"Terima kasih sudah datang tepat waktu." Yaar memulai diskusi.
"Seperti yang telah dikabarkan, wabah misterius telah menyebar. Distrik 1 dan 2 sudah terkena dampaknya," lanjutnya.
"Wabah seperti apa yang terjadi?" tanya Eiras penasaran sembari mengacungkan tangan.
"Wabah ini!" Yaar memutar tongkatnya dan menghantamkan bagian bawahnya ke lantai.
Kristal Etherian (yang oleh bangsa elf dinamai kristal mus) di bagian atas tongkatnya mulai terbang naik. Berputar dengan cepat, hingga menampilkan sebuah gambar bergerak keadaan di salah satu distrik yang terdampak wabah.
Terlihat sangat jelas bagaimana orang-orang yang tertular tidak bisa berhenti menggaruk kulit mereka bahkan saat berdarah sekalipun. Mereka seperti terserang penyakit gatal misterius, yang tidak bisa disembuhkan. Beberapa diantara mereka tampak berlarian kesana-kemari. Bahkan ada yang sampai menyayat kulit sendiri dengan benda tajam saking parahnya rasa gatal yang (sepertinya) mereka terima. Sungguh sebuah wabah gatal yang sangat mengerikan.
"Jadi, apa yang harus kita lakukan dengan mereka? Apa kita harus mengakhiri penderitaan orang-orang itu dengan membakar mereka?" tanya Medenia.
"Itu terlalu kejam! Mungkin ada sebuah cara untuk menyembuhkan mereka. Bubuk suci yang diproduksi di Pusat Riset mungkin membantu," timpal Abel.
"Memang bisa, sayangnya produksinya sangat terbatas. Kami hanya bisa memproduksi satu tabung tiap harinya." Seorang pria tinggi dengan pakaian serba biru datang bergabung ke dalam rapat.
"Sementara itu, dari hasil pengamatan kru kami, penyakit menyebar jauh lebih cepat daripada kemampuan produksi kami. Jumlah penderita meningkat 10% dari total kasus tiap jamnya," imbuhnya.
"Satu-satunya cara paling efektif adalah dengan membakar orang-orang yang terinfeksi. Kami telah menghitung, cara ini memiliki peluang berhasil 96% dengan perkiraan waktu 6-8 hari," lanjutnya sambil menunjukkan hasil perhitungan rumit di atas sebuah kertas.
Diskusi berlangsung dengan suasana menegangkan. Pendapat demi pendapat dilontarkan pesertanya. Medenia sepakat untuk membakar mereka, itu dirasa lebih cepat mengakhiri penderitaan yang berkepanjangan. Profesor juga sependapat dengan Medenia, namun alasanya berbeda. Sementara aku dan Abel tidak setuju dengan alasan tindakan itu terlalu kejam. Sisanya, hanya netral. Hingga akhirnya, keputusan pun didapat.
"Ini memang terdengar kejam, tapi kita tidak punya pilihan. Kita harus membakar mereka sebelum wabah makin menyebar. Aku juga tidak tahan melihat rakyatku menyiksa diri sendiri karena penyakit ini," ujar Yaar dengan pasrah.
"Medenia, Profesor, jalankan misi!" perintah Yaar.
"Dengan senang hati," jawab Medenia dengan senyuman tipis terukir di wajahnya.
"Siap tuan," jawab Profesor.
Mereka berdua pun berlalu pergi. Hanya tinggal kami berempat yang ada di ruang rapat ini.
"Apa yang kau pikirkan? Kau membakar rakyatmu sendiri? Dimana hati nuranimu sebagai pemimpin?" Eiras naik pitam dan menampar Yaar dengan begitu keras. Namun, Yaar tidak membalas.
"Seorang pemimpin hebat rela dibenci demi rakyatnya. Seorang tirani akan memperbudak rakyatnya demi kepentingan pribadi." Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Yaar. Hanya 2 kalimat sederhana, namun memiliki makna yang sangat dalam.
Abel berusaha menenangkan Eiras yang terbawa emosi. Melepaskan cengkraman tangannya pada kerah Sang Pemimpin. Hingga dia berhasil tenang dan duduk di sampingku dengan ratapan sedih dan mata berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightwalker (tamat)
FantasyCerita pertama, teaser. Banyak kesalahan eja, typo, alur kurang pas, dan banyak lagi. Sengaja tidak direvisi soalnya fokus membuat cerita lain. Status: tamat GENRE: fantasy (dark fantasy), action, adventure 18+ Dahulu kala, dunia adalah tempat yang...