32. Reuni, Perjumpaan

28 7 22
                                    

Aku akhirnya dapat bernapas lega setelah Medenia pergi. Tidak kusangka, dia yang selalu bersikap ramah di hadapanku ternyata menyimpan sisi lain yang mengerikan. Pantas saja tidak ada yang berani memandang matanya di Bermuda. Jika saja aku ketahuan, pasti aku bisa mati mengenaskan.

"Kurasa, kami bisa kembali ke dalam tubuhmu. Jika kau merasa kesepian, cukup tidur saja, kami akan hadir di dalam mimpimu." Setelah mereka mengatakan itu, cahaya pada pedangku berpindah ke badanku dan merasuk ke dalamnya. Arwah-arwah itu masuk dan tinggal di dalam badanku.

Sesaat setelahnya, terdengar suara guntur dari langit yang diikuti gugusan awan hitam tebal dan angin dingin. Sepertinya akan ada badai, aku harus mencari tempat berlindung. Sepertinya, desa yang baru dilewati Abel dan Medenia tadi cocok untuk tempat berlindung sementara. Mereka sudah membersihkannya dari musuh, jadi aku hanya tinggal singgah di salah satu bangunannya.

Tidak berselang lama, hujan deras mengguyur. Aku segera bergegas pergi ke desa sana dan berlindung di salah satu bangunannya, di sebuah menara yang tampak kokoh. Sembari menunggu hujan reda, tidak banyak yang bisa kulakukan selain melihat-lihat sekitar.

Kilat-kilat terus menyambar silih berganti. Angin berembus semakin kencang. Hawa dingin pun masuk melalui pintu dan jendela di bangunan ini, membuatku segera menutup keduanya dan mengganjalnya dengan kayu. Sepertinya, badai semakin kencang. Untuk sementara, aku akan bertahan di tempat gelap ini.

Suara guntur menghilang dengan cepat, diikuti hujan yang tiba-tiba mereda dan angin yang berhenti bertiup. Aneh, baru saja badai mulai mengamuk, tapi sudah berhenti saja. Begitu menyadari itu, aku pun teringat. Badai ini juga mulai dimulai secara tiba-tiba, padahal sebelumnya langit terlihat cukup cerah. Ini pasti sihir gelap. Aku harus memastikannya.

Aku singkirkan pengganjal yang sebelumnya kutempatkan di pintu, lalu kubuka secara tiba-tiba. Aku berlari keluar dan kulihat sekeliling. Tidak ada apa-apa selain mayat monster yang bergelimpangan, Nero, dan bangunan-bangunan hancur serta genangan air hujan.

"Akhirnya berhenti ju.. tunggu dulu!" gumamku yang terhenti begitu menyadari sesuatu. Nero!

Seketika, aku kembali memandang ke arah di mana Nero terlihat. Dan benar saja, dia tampak berdiri di atap sebuah rumah sambil menatapku dengan sorot mata tajamnya. Dari tatapan matanya, dapat kubaca sebuah pesan untuk mengikutinya, diikuti oleh isyarat tubuhnya. Sesaat setelah menatapku, ia melompat turun dan berlari ke sebuah jurang.

Tanpa basa-basi, aku mengejarnya. Aku tidak bisa pulang ke Bermuda dengan keadaan seperti ini, dan aku tidak bisa kembali ke Avein juga. Satu-satunya yang bisa kuharapkan untuk menerimaku adalah Nero. Hanya dia yang mungkin bisa menerimamu, karena satu-satunya orang yang hidup sendiri.

Aku mengejarnya melompati sebuah jurang yang sangat lebar tanpa ragu. Menerobos kawasan rawa dan menebas tiap musuh yang kutemui. Sampai akhirnya, dia berhenti, berbalik dan memandangku. Aku akhirnya berhasil menyusulnya.

"Dengan begini, kau sudah pantas," ujarnya yang seketika mengingatkanku akan apa yang pernah kualami sebelumnya. Aku ingat momen di mana aku terjatuh ke jurang karena mengejarnya. Jadi, sejak awal dia hanya berniat mengujiku ya? Tapi kenapa? Tunggu dulu, dia juga masih mengenaliku bahkan setelah aku mengalami perubahan besar?

"Sekarang kau sudah tahu maksudku kan? Sekarang ikutlah denganku," ajaknya. Dia segera berbalik dan berlari melintasi jalanan tanah, aku mengikutinya dari belakang.

Saat melihat rupa jalan ini, aku dapat mengingat dengan jelas bahwa ini adalah jalan penghubung antar kerajaan manusia sebelum era kegelapan datang. Jalan yang menghubungkan kerajaan-kerajaan besar pada masanya, seperti Ebenholz dan Verdamnt. Dulu, di jalan inilah para pedagang keliling menyintas dan menukar barang dagangan antar kerajaan. Persis seperti yang Abel ceritakan dulu, yang mana dia juga bercita-cita menjadi pedagang keliling saat dunia berhasil bebas dari kekuatan gelap. Namun, sekarang, jalan lebar ini tak lagi digunakan oleh manusia. Jalanan ini lebih sering digunakan oleh para kultus, iblis, dan monster untuk bepergian antar kerajaan.

Nightwalker (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang