30. Sang Penyintas Malam

39 8 31
                                    

Entah sudah berapa hari aku menangis tersedu hingga tetes air mataku berganti dengan darah. Sudah banyak luka kuukir di badanku untuk mengobati kepedihan jiwaku, sampai-sampai darah yang keluar darinya membasahi badanku. Namun, tetap saja, luka di jiwaku jauh lebih besar daripada luka di badanku, sampai-sampai rasa sakit dan nyeri tak kurasakan.

Aku masih belum bisa menerima kenyataan ini. Bangsa elf bulan binasa karena kegagalanku, bahkan sahabatku mati karena kebodohanku. Seandainya saja, aku lebih kuat. Seandainya saja, aku berjuang sekeras para manusia, maka tidak akan begini jadinya. Namun, semua sudah terlambat. Satu-satunya yang tersisa dari elf bulan adalah aku, dan satu-satunya yang tersisa dari sahabatku adalah cincin ini.

●●●
(Selena Pov)

Aku bergegas keluar Avein dan pergi menemui Lotus dengan mengikuti jejaknya. Meski teman-temanku mencegahku, aku tetap kukuh untuk pergi. Entah kenapa di saat sinar bulan lenyap, aku merasakan firasat yang sangat buruk, sampai-sampai membuat rasa khawatirku mengalahkan ketakutanku. Aku jauh lebih khawatir terjadi apa-apa terhadap utusan tersebut daripada takut bertemu dengan Nero.

Saat ini, bulan telah kehilangan cahayanya. Tanpa cahaya bulan, para elf yang tinggal di bulan binasa. Kini, aku dan para endarkelf-lah yang menjadi penerus garis keturunan bangsa elf. Sementara, hanya ada dua elf bulan tersisa, Eiras dan Lotus. Tetapi itu belum bisa dipastikan sampai aku menemukan mereka. Kuharap firasatku salah dan semoga mereka baik-baik saja.

Aku terus berlari menerjang gelapnya dunia. Meski dengan sangat sedikit cahaya, mataku dapat melihat dengan jelas layaknya saat dulu aku menjadi iblis. Terus berlari dan berlari sembari sesekali memperhatikan arah dan bersembunyi dari monster yang sesekali melintas.

Dalam gelapnya malam, dapat kulihat dengan jelas keadaan dunia yang kian suram. Entah kenapa, monster dan iblis terasa muncul lebih sering. Mungkin karena energi gelap yang semakin pekat semenjak sinar bulan lenyap, sehingga mereka lebih sering muncul. Aku pun harus sering bersembunyi. Hingga akhirnya, aku pun terkepung oleh pasukan mayat hidup dan beberapa kultus di sebuah pondok kecil. Sepertinya ini pos milik manusia, terlihat dari adanya seorang perajurit manusia yang sedang meringkuk ketakutan di pojok sana.

Pondok ini terletak di kaki sebuah gunung, tepatnya di sebuah lembah. Saat ini, aku terkepung oleh pasukan mayat hidup di sini. Dapat dilihat di jendela, mereka ada di segala penjuru dan jumlahnya sangat banyak. Mereka terlihat mondar-mandir di lembah ini, beberapa berjalan berkelompok bersama tuan mereka. Lebih buruknya, aku bahkan terjebak dengan seorang manusia. Aku benci manusia, rasanya aku ingin membunuhnya saat itu juga. Namun, jika aku membunuhnya, bau darahnya bisa menarik perhatian mayat hidup di sekeliling dan membuatku ketahuan saat sedang bersembunyi. Sial!

Perlahan, manusia di pojok sana mengarahkan pandangan ke sekeliling. Sepertinya dia tahu kalau ada yang masuk ke pondoknya, meski aku berusaha bergerak tanpa suara saat masuk tadi. Dia pun menyalakan sebuah lampu yang redup, menerangi ruangan ini dengan sinar lembut, hingga terbelalaklah matanya begitu melihatku.

Dalam diam, dia mencoba mengeluarkan sesuatu dari kantongnya, dan aku tahu apa yang akan dia lakukan. Dengan sigap, aku langsung melompat ke arahnya dan mendekapnya, membuat pisau di kantongnya terlempar menjauh. Kututup rapat mulutnya lalu kuberikan sebuah isyarat untuk diam sembari memberitahunya bahwa kita dikepung mayat hidup.

Tubuhnya yang awalnya gemetar pun akhirnya bisa merasa lebih tenang tatkala aku perlahan membuka dekapannya. Itu cukup untuk memberitahunya bahwa aku tak berniat membunuhnya, setidaknya untuk saat ini. Aku pun duduk dan menyandarkan padanku pada tembok, meregangkan kaki yang pegal seusai berlari cukup lama.

"Siapa kau sebenarnya? Kau tidak seperti kebanyakan iblis lain," ujarnya pelan.

"Itu tidaklah penting, yang terpenting saat ini adalah bagaimana caraku keluar dari sini," ungkapku.

Nightwalker (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang