Jadi ini namanya hujan ya? Belum pernah aku mengalami hal ini saat ada di Bulan. Jika titik-titik air ini terus jatuh, apa mungkin Bumi akan tenggelam? Tapi, sepertinya ada hal lain yang perlu kukhawatirkan saat ini. Saat terkena air hujan, api di obor kami mulai redup hingga akhirnya mati tertiup angin. Semua yang awalnya terlihat jelas sekarang yang tampak hanya kegelapan.
Beruntungnya, pedangku bisa memancarkan cahaya yang lebih terang dari sebuah obor. Jadi, aku gunakan mana-ku untuk menyalakannya. Sekarang, semua terlihat jauh lebih jelas dan terang.
Kami bertiga berjalan menyusul Abel yang tengah sendirian dalam kegelapan. Tapi, aku tidak perlu khawatir jika memang benar dia bisa melihat dalam kegelapan dengan sebelah matanya.
Begitu tersusul, tampaklah Abel tanpa penutup mata yang menutup sebelah matanya. Mata kirinya yang tak pernah kulihat sekarang tampak jelas. Mata oranye dengan bagian tengahnya (iris mata) bewarna biru. Tampak ada sejumlah motif di bagian tengah matanya. Sayangnya, aku tidak mengetahuinya karena dia segera menutupnya dengan penutup mata begitu kami mendekat. Sepertinya dia selalu menutup mata kirinya saat ada sumber cahaya.
"Teman-teman, sepertinya kita tidak bisa makan daging bakar dulu. Tapi aku melihat seekor naga mendekat kemari," ucap Abel dengan tertawa kecil.
"Jadi ... bagaimana kalau kita panggil dia kemari agar menembakkan bola api untuk memasak daging-daging ini?" Tawarnya sambil menunjukkan daging tak berbentuk yang dia pegang.
"T-tidak perlu ... kami tidak lapar, sebaiknya kita segera pergi ke Bermuda dulu," jawabku spontan. Yang benar saja, aku tidak mau berurusan dengan seekor naga untuk saat ini, tapi Abel seperti menganggap (enteng) makhluk berbahaya itu sebagai alat.
"Oh ... ya sudah kalau begitu, kita pergi saja ke Bermuda dan mencari makanan enak yang dijual pedagang di sana," ucapnya sembari membereskan barang-barang jarahannya yang basah karena hujan. Fiuh, aku selamat.
"Wah ... aku ingat sesuatu. Lotus, apa kantung di jubahmu itu mampu menampung banyak benda sekaligus? Kemarin kulihat kau memasukkan banyak pasir dan sebuah mutiara ke dalam, tapi muat, seolah tidak ada apa-apa di dalamnya," tanyanya panjang lebar.
"Kantong ini ya?" Aku menunjukkan kantung tersebut. "Ya. Ini mampu menampung apapun yang bisa dimasukkan. Jadi ... tidak perlu susah payah membawa barang-barangmu," jelasku.
Setelah mendengar itu, dia meminta izinku untuk memasukkan jarahanya di kantung ini. Aku mengizinkanya, rasanya tidak tega melihat seorang teman kepayahan membawa banyak barang. Koin logam (mata uang umat manusia), bola mata, beberapa botol ramuan, kantung, dan banyak benda jarahan lain dia masukkan ke dalam. Aku mungkin bisa memahami kalau dia memasukkan benda-benda yang tampak berharga (bagi manusia). Tapi, kenapa dia juga memasukkan bola mata dan sebuah botol berisi cairan hitam?
"Selesai. Sekarang, ayo berangkat," ajaknya seraya meninggalkan kami bertiga.
"Hei, kau salah arah!" Seru Medenia.
Abel terkekeh dan mengatakan bahwa dia lupa kalau Medenia yang tahu arah di sini. Akhirnya pun kami melanjutkan perjalanan dengan Medenia yang memimpin di depan.
Suara gemuruh langit memekakan telinga. Cahaya dari langit beriringan menghantam bumi. Cahaya yang mampu menampakkan segalanya meski hanya sekilas. Angin dingin bertiup kencang. Tetes-tetes air hujan terus menghantamku dengan sangat keras, membuatku menutup mata dengan tanganku. Alam di Bumi sangat kejam, membuatku kagum akan dua orang manusia di depanku yang seolah mengabaikannya.
Berjalan mendaki dan menuruni bukit. Masuk ke dalam hutan. Menyebrangi sungai dengan air merah berbau busuk. Hingga kami berempat berhasil sampai di tepi laut. Perjalanan ini sangat lama dan hujan masih belum terhenti. Belum lagi, aku kehilangan banyak mana untuk menyalakan pedangku sebagai sumber cahaya di kegelapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightwalker (tamat)
FantasiaCerita pertama, teaser. Banyak kesalahan eja, typo, alur kurang pas, dan banyak lagi. Sengaja tidak direvisi soalnya fokus membuat cerita lain. Status: tamat GENRE: fantasy (dark fantasy), action, adventure 18+ Dahulu kala, dunia adalah tempat yang...