31. Arwah terkutuk, Perjalanan

31 8 20
                                    

Aku berjalan menjauh meninggalkan Selena dengan menyimpan rasa bersalah padanya. Tapi, itu jauh lebih baik daripada dia harus melihat kondisiku saat ini. Aku tak mau dia merasa sedih melihatku, dan aku tak mau hubunganku menjadi erat dengannya. Cukup sudah! Cukup sekali saja aku merasakan kehilangan.

Kini, aku menapak jalan ke arah kegelapan. Dalam naungan awan hitam, dan embusan angin dingin, kuputuskan untuk menghilang dari semuanya. Lagipula, semua akan berakhir.

Namun, aku masih bingung tentang ke mana aku harus pergi. Aku terus saja berjalan lurus sambil meneteng kedua buah pedang baruku. Sesekali aku berjumpa dengan mayat hidup dan aku mengabaikan mereka begitu saja. Memang untuk apa aku harus membunuh mereka? Apa untungnya? Tidak ada!

Sekarang aku mulai sadar. Aku dulu ternyata sangat bodoh. Aku menyerang mayat hidup dan jerangkong yang tak menyerangku hanya karena waktu itu aku berpikir bahwa akulah pahlawannya. Aku bahkan jijik dengan diriku waktu itu. Tanpa sadar aku menyerang musuh yang lemah untuk mendapat pengakuan, tapi takut dengan musuh utamaku, Mal'Ganis.

Aku berjalan cukup jauh, tanpa sadar memasuki area kuburan masal. Begitu aku masuk, perlahan namun pasti, arwah-arwah mereka yang dikubur mulai keluar dari dalam tanah. Mereka serentak memandangku dan mulai terbang mendekat. Wajah-wajah mereka mengerikan, hancur dalam bentuk yang menjijikkan. Secara aneh, entah kenapa ada sesuatu yang dikatakan melalui pikiranku.

"Jangan takut, kami tidak bermaksud menyerangmu"

Aku rasa, aku hanya berangan-angan. Aku tetap berjalan mundur. Kali ini, aku mengacungkan kedua senjataku kepada mereka. Namun, lagi-lagi "kata-kata" itu muncul di pikiranku lagi, seolah sebagai suara.

"Kami mohon turunkanlah pedangmu. Itu tak akan bisa menyakiti kami."

"Kami sadar, rupa kami mengerikan, namun kami bukanlah dari golongan iblis."

Setelah itu, aku baru sadar. Arwah-arwah di depanku ternyata hanya mengajakku berkomunikasi, tapi lewat pikiran. Apakah ini telepati? Aku menyimpan kembali pedangku lalu menanyakan sesuatu kepada mereka.

"Siapa kalian sebenarnya? Kenapa kalian muncul di hadapanku?!" ucapku lantang. Mereka pun menjawabnya dengan memasukkan ucapan mereka ke pikiranku seperti sebelumnya.

"Kami adalah roh para pejuang yang gugur. Namun, roh kami terkutuk karena kami dibunuh dalam ritual gelap bangsa iblis."

"Benar! Kami tidak bisa pergi dengan tenang, dan tak dapat kembali ke keluarga kami."

"Apa bukti jika kalian tidak berbohong kepadaku?! Jangan harap bisa menipuku!" ujarku kepada mereka. Aku ingat momen saat diriku berhasil ditipu oleh penyusup yang menyamar menjadi Borin di Bermuda.

"Tunggulah di situ! Kami akan menunjukkan sesuatu kepadamu."

Para arwah terkutuk itu segera kembali ke area kuburan, lalu membentuk formasi lingkaran besar. Mereka menghadap pusat lingkaran, lalu terbang perlahan ke samping, membuat formasi tersebut berputar. Sebuah cahaya hijau tua muncul di dalam formasi tersebut. Tanah di dalamnya terangkat, diikuti oleh jasad-jasad manusia yang kondisinya sangat memprihatinkan dan tak lagi dikenali. Terakhir, sebuah lempengan batu besar berpola pentagram terangkat. Tanah dan jasad mereka kembalikan ke tempat asalnya. Tak lupa, mereka menghadapkan lempeng batu tersebut ke arahku, sehingga aku dapat melihat dengan jelas.

Ingatanku pun menyusur ke masa lalu. Aku ingat, benda itu sebelumnya pernah kulihat di Bermuda, yang katanya sebagai tempat persembahan. Sekarang aku tahu, mereka tak berbohong.

Cahaya hijau dalam formasi mereka lenyap, dan para arwah tersebut berhenti berputar dan kembali terbang ke hadapanku.

"Sekarang, apakah kau sudah percaya kepada kami."

Nightwalker (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang