48. Bangkitnya Kekuatan Penghancur

33 5 23
                                    

(Flashback of)
(Lotus pov)

Dadaku serasa sesak oleh rasa bersalah setelah menyaksikan kilas balik barusan. Sekarang aku tahu bahwa selama ini Nero selalu sendirian, setidaknya sampai bertemu dengan Felix. Pantas saja sifatnya menjadi seperti itu, padahal dia dahulu adalah anak yang menggemaskan. Nero selalu melakukan semua sendiri. Aku tidak sanggup membayangkan betapa besar rasa kesepian yang dia alami. Harusnya, aku datang lebih cepat untuk menolongnya, mencegahnya kehilangan orang tersayangnya.

Dari situ pula, aku tahu kalau ternyata Nero lah yang telah menyelamatkanku dari Mal'Ganis setelah aku dikalahkan. Sayangnya, dia terlambat menolong sahabatku (chapter 28). Dia sengaja menguburku dangkal supaya tidak terlihat oleh musuh, dan mengambil semua barangku. Mungkin, inilah karma yang kuperoleh karena bersenang-senang di Bulan di saat Nero menderita sendirian.

"Di situ kau rupanya. Cepat ikut ... tunggu dulu, kau menangis?!"

Nero tiba-tiba datang. Dia berjalan dari sebuah lorong ke arahku, memperhatikanku yang tanpa sadar meneteskan air mata. Setelah melihatku seperti itu, ia mengambil sebuah lap dari sakunya dan melemparnya ke arahku. Aku melompat untuk menangkap lemparannya yang terlalu tinggi.

"Lap air matamu dengan itu, dan sekarang ikuti aku!" perintahnya.

Dia berjalan memasuki ruangan ini, lalu berjalan ke arah sebuah lorong lain. Aku mengikutinya, berjalan di sampingnya sambil mengusap air mata dengan lapnya. Aku berusaha berhenti menangis.

"Maafkan aku," ucapku dengan masih terisak.

"Kau sepertinya sudah melihat semuanya. Jangan dipikirkan, lakukan saja tugasmu!" ucapnya. Dia tidak sedikitpun menoleh ke arahku.

Tidak ada sepatah kata apapun yang terucap setelahnya. Satu-satunya suara yang terdengar hanyalah langkah kaki kami. Suaranya menggema sepanjang lorong.

Cahaya lembut yang berasal dari dinding lorong benar-benar membuat suasana di sini begitu tenang. Meski begitu, tempat ini tetap saja berbahaya dan menyesatkan. Ngomong-ngomong soal menyesatkan, kira-kira bagaimana cara Nero bisa menemukanku ya?

"Mumpung tidak ada siapapun di sini, aku ingin mengakui sesuatu," ucap Nero tiba-tiba. Aku sontak terkejut karenanya. Mataku terbelalak, alisku sedikit terangkat, sedikit kerutan muncul di dahi. Itu tidak seperti Nero yang biasanya.

"Kau adalah orang kedua yang kupercaya setelah Felix. Entah kenapa, setiap kali melihatmu, aku teringat dengan mendiang ibuku yang dulu," imbuhnya.

Bersamaan dengan terucapnya kata-kata itu, aku merasakan adanya energi besar yang timbul dari balik saku celananya, tempat dia menyimpan kelereng hitam.

"Lotus, sebenarnya aku ...."

Tanpa sempat mendengar kelanjutan dari kalimatnya, energi yang timbul dari kelereng hitam miliknya menerpaku. Kepalaku pusing, keseimbanganku terganggu. Seketika, semuanya menjadi gelap.

#####

Kesadaranku perlahan terisi kembali. Mataku terbuka pelan-pelan saat cahaya lembut dari dinding lorong mengenai wajah. Aku segera bangkit, namun tidak bisa. Aku pun tersadar bahwa selama diriku pingsan, Nero menggendongku seperti sebuah mayat, di depannya.

Setelah mengetahui aku sudah siuman, Nero menurunkanku dari gendongannya dan mendudukkanku di salah satu sisi dinding. Meminumkan air ke dari botol ke dalam mulutku, setelahnya duduk menunggu di sebelahku.

"Jika kau sudah pulih, kita harus kembali berjalan!" ucapnya datar.

Aku mengucek mataku yang masih kabur. Kucoba mengingat-ingat apa yang sebelumnya terlewat. Aku seperti orang linglung untuk beberapa saat, sampai aku mulai mendapatkan ingatan itu.

Nightwalker (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang