19. Elf Bulan dan Endarkelf

78 16 58
                                    

"Yaar?" ucapku terkaget melihat sosoknya.

"Lotus? kau sampai di sini?" ujar sosok roh tersebut heran begitu berbalik melihatku.

"Tunggu dulu! kalian saling kenal?" tanya Selena heran.

Sementara itu, kudapati Endarkelf yang ada di ruangan ini sangat terkejut mengetahui hal ini. Sepertinya, yang perlu kuluruskan di sini. Namun, saat aku hendak menjelaskan semuannya, Roh Alam (Yaar) mengambil alih, Roh Alam (Yaar) mengambil alih. Dari cerita Yaar, aku mengetahui dirinya yang sebenarnya.

"Aku sudah tidak memimpin Order lagi. Jasad yang dititipkan padaku sudah begitu rapuh, membuatku harus melepasnya. Kini, aku bergabung bersama kalian lagi setelah kabar kepergian Felix ke masa lalu kuketahui dari roh leluhur," ujarnya.

"Jika begitu, apa Guru sudah wafat?" tanyaku penasaran pada sosok yang melatih dan mengajariku banyak hal saat masih hidup di Bermuda. Tapi, aku masih ragu apakah dia benar-benar Yaar yang kukenal.

"Tidak, aku hanya melepas 'pakaianku'," jawabnya yang tidak kumengerti. Padahal, sudah jelas kalau orang yang kehilangan nyawanya pasti mati. Meski begitu, aku lega karena dapat menemuinya.

"Tunggu dulu, jadi selama ini Tuan bersama para manusia? Pantas kami hanya bisa mengubungi Tuan pada waktu tertentu," ujar Selena.

Aku mencoba mencerna kata-kata Selena. Aku pun paham. Waktu itu, aku pernah melihat Yaar yang tertidur di sebuah gudang dengan segel aneh yang menyala di bawahnya. Dia tampak mengigau, seolah sedang berbicara sendiri tiap kali segel tersebut aktif. Dia selalu mengelak saat aku menanyainya akan hal ini, berdalih dengan memberi alasan yang sama, mengigau. Sekarang, semua sudah terjawab jelas. Aku yakin, sosok di depanku benar-benar guruku.

"Lotus! lagi-lagi kau melamun. Roh Alam memanggilmu!" Selena menepuk pundakku, menyadarkanku dari lamuan.

"Kami akan meninggalkan kalian, mohon undur diri." Selena membungkuk ke arah Yaar, lalu pergi membawa para Endarkelf lain keluar ruangan, meninggalkanku berdua bersama Roh Alam.

Pintu besar ditutup rapat. Keheningan langsung menyergap. Tidak lama kemudian, kami beserta ruangan ini terdistorsi. Sensasinya hampir mirip saat memakai terminal perpindahan di Bermuda. Semua perlahan memudar, dan menjadi putih, benar-benar putih. Apa yang terjadi? Ke mana pintu keluarnya?

"Guru, apa yang terjadi?"

"Aku bukan lagi gurumu. Aku sekarang bagian dari alam, bersama para roh leluhur dari bangsa elf alam ratusan tahun silam."

Tak berselang lama, muncul sosok-sosok baru di samping Yaar, yang muncul di balik cahaya kehijauan. Sosok yang hampir mirip denganku. Mereka adalah elf alam, dapat kukenali dari pakaian dan atribut mereka yang didominasi oleh materi dari alam. Bahkan, terdapat sulur-sulur di kulit mereka, serta warna hijau daun pada iris matanya juga.

"Mereka adalah leluhur bangsa kita," ucap Yaar.

Dia perlahan berubah menjadi wujud elf. Telinganya menjadi lancip, keriput di wajahnya pudar, jenggotnya berguguran. Warna kulit dan pakaiannya juga berubah menjadi mirip seperti sosok-sosok di sebelahnya. Kini, Yaar berubah menjadi elf alam. Tidak, lebih tepatnya roh alam yang berwujud elf.

Bersamaam dengan berubahnya wujud Yaar, lingkungan yang tadinya serba putih, berubah menjadi lingkungan baru. Sebuah peradaban elf alam diantara lebatnya hutan terlihat jelas. Bangunan-bangunan megah menjulang, menyatu dengan pohon-pohon yang begitu besar. Elf alam berlalu-lalang diantara bangunan dan pepohonan. Mereka melakukan berbagai kegiatan. Ada yang membimbing hewan-hewan bermigrasi, menanam pohon, hingga memanen hasil alam.

Aku mencoba menyapa para elf itu, namun tidak digubris. Kucoba untuk berlari dan berdiri di depan salah satunya, lalu melambai untuk menarik perhatian. Namun, elf itu tidak menganggapku. Terus berjalan sampai menabrakku. Namun, alih-alih terjatuh, elf itu malah melewatiku begitu saja, seolah dia tidak menabrak apapun.

Nightwalker (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang