15. Reruntuhan, Monster, Sosok misterius (!)

81 25 57
                                    

[Chapter ini terlalu banyak typo dan kesalahan ketik karena pas ngetik, authornya lagi digempur di real life. Mohon maaf bila menjumpai banyak typo]

Kupindai sekeliling tempat ini. Dari sekilas saja, aku sudah tahu kalau ini bukan Bermuda. Aku telah dipindahkan keluar dari Bermuda.

Bulan purnama memancarkan sinar khas kebiruan malam ini. Menyinari gelapnya dunia. Menyibak apa yang tersembunyi di dalam kegelapan.

Sejumlah peralatan logam tercecer dimana-mana. Helm besi, pedang, kapak, semua ada di sejauh mata memandang. Zirah yang penyok dan senjata yang patah cukup menggambarkan pertempuran yang telah terjadi di sekitar sini.

Mayat-mayat manusia tergeletak begitu saja, tersebar dimana-mana. Darah menggenang di tanah, dan meresap ke dalamnya. Organ dalam dan tulang mereka hancur lebur. Sebuah pemandangan yang sungguh mengerikan. Para pejuang gugur dengan mengenaskan dengan badan tidak dapat dikenali lagi.

Secara tiba-tiba, bola sihir memelesat cepat dari langit jatuh tepat didepanku. Membuatku terlempar ke belakang. Beruntungnya, hasil latihanku selama di bermuda berguna. Aku tancapkan pedangku di tanah, mengirisnya, untuk menghentikan lajuku.

Dalam waktu singkat, daging pasukan-pasukan malang tersebut mencair, menyisakan tulang belulang. Mereka kemudian terbang dan berkumpul pada suatu titik, membuatku waspada-pedangku teracung ke arahnya. Tulang-tulang berkumpul, saling menempel satu sama lain, seolah sedang merakit sebuah sosok.

Dari sini, aku sudah tahu ini tidak benar. Dengan segera aku menyimpan pedangku, dan berlari menjauh dari arah tulang belulang tersebut. Naluriku mengatakan, monster tersebut akan bangkit dan segera menyerang apapun yang terlihat. Jadi, aku harus segera menjauh.

Teriakan keras memekakan telinga terdengar dari arah belakang, membuatku penasaran dan memalingkan pandangan ke sumbernya, sambil tetap berlari. Sosok monster tulang raksasa terlihat jelas di bawah sinar bulan. Bentuknya seperti kerangka manusia berukuran kolosal, namun memiliki kepala anjing dengan tanduk melengkung di ubun-ubunnya. Matanya merah menyala, dan giginya tampak sangat tajam.

Tubuhku gemetar, sebuah perasaan ngeri datang menyerang. Dengan takut aku berlari lebih kencang tatkala mendapatinya memandang ke arahku. Suasana gelap dan suram menambah rasa takutku.

Kualihkan pandanganku ke depan. Terlihat hanyalah reruntuhan sebuah kerajaan. Sepertinya kerajaan Ebenholz yang beberapa tahun lalu ditaklukkan.

Tiba-tiba, sesuatu memukul punggungku dengan keras dari arah belakang. Membuatku terlempar ke depan dengan cepat, hingga menghantam sebuah dinding dengan keras. Beruntungnya, jubah yang kupakai mampu menahan hantaman, membuatku hanya sedikit tergores di beberapa bagian.

Sial, serangan monster itu kuat juga. Parahnya, dia berlari ke arahku dengan begitu cepat dan bersiap memukulku lagi dengan kepalan tangannya. Ah, apa boleh buat? Sepertinya aku harus menghadapinya.

Gerakan monster ini lamban--mudah saja membaca arah geraknya. Cukup melompat ke samping untuk menghindari serangannya. Aku ambil pedang dari balik punggungku, dan kuarahkan ke monster tersebut. Berharap dengan ini dia akan mundur.

Sayangnya, monster ini bodoh. mencoba menyerangku dengan serangan yang hampir sama, hanya saja dengan kakinya. Dengan lamban, ia mencoba menginjakku. Tentu saja langsung kutebaskan pedangku ke arah kakinya, membuat telapak kakinya langsung terbelah dua.

Monster itu ambruk ke arahku, membuatku reflek melompat ke samping. Kuputar tubuhku, sembari mengayunkan tebasan kuat yang memotong lututnya. Terdengar suara raungan keras darinya, menandakan rasa sakit yang teramat tatkala tulangnya dipatahkan.

Meski tulang adalah benda keras, namun senjataku mampu membelahnya seperti sebuah pisau yang merobek kertas. Menjadi sangat tajam setelah diriset oleh para ilmuan.

Nightwalker (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang