8. Shiho

1.8K 149 9
                                    

"BAKAAA!!!ECHIII!!!"
Seru Haibara melempar semua benda yang berhasil diraih oleh tangannya.

"Maaf! Maaf!" Ucap Shinichi ketika Haibara dewasa mulai melempar ke segala arah. Shinichi meraih gagang pintu untuk segera menutupnya.

"BLAM!!!"
Pintu tetutup dengan kasar. Haibara mengunci pintu itu dari dalam. Ia menyandarkan punggungnya pada pintu  sambil menekan dadanya, degub jantungnya tidak beraturan. Ia mencoba menetralisir rasa gugupnya.

"Baka! Baka! Baka! Kenapa pria bodoh itu bisa ada disini? Bodoh sekali masuk ke kamar wanita tanpa mengetuk pintu! Tapi salahku juga tidak menguncinya, arghhhh!"  Ucap Haibara dalam hati merutuki dirinya sendiri.

Di sisi lain pintu itu pula Shinichi menyandarkan punggungnya. Dadanya berdesir menahan gejolak yang aneh pada dirinya.

"Astaga! Aku mimisan," desis pria itu menyadari sedikit darah keluar dari hidungnya.

"Gadis itu bisa-bisanya tidak mengunci pintu," ucapnya ketika berjalan ke kamar mandi sambil terus menggerutu. Ia membersihkan darah di hidungnya dengan air dari wastafel. Shinichi menatap wajahnya sendiri di depan cermin.
Lagi lagi ia teringat kejadian barusan, hal itu membuat bayangan Haibara tak kunjung menghilang dari pikirannya. Ia yakin Haibara tidak akan memaafkannya kecuali Shinichi memohon.

"Arghh!" Erang Shinichi ketika kejadian itu terlintas kembali di pikirannya. Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Mungkin kalau aku segera minta maaf aku akan bisa melupakannya! Semoga saja dia bisa memaafkanku!"
Desis Shinichi kemudian keluar dari kamar mandi.

Tepat ketika Shinichi melangkah ke ruang tamu. Seorang gadis berusia delapan belas tahun menatapnya tajam dengan wajah memerah. Sialnya kejadian itu terlintas kembali di pikiran Shinichi, padahal gadis itu sudah mengenakan hodie pink tebal dan celana jeans panjang.
Mereka saling diam. Hanya saling tatap. Suasana terasa semakin canggung.
Sementara pikiran Shinichi terus berkelana, Haibara menahan rasa malu yang enggan ia tampakkan. Gadis itu berusaha bersikap sesinis mungkin. Sampai akhirnya Shinichi memutuskan untuk membuka suara.

"Ha-ha-haibara..." panggil Shinichi dengan lembut dan sangat berhati-hati.

"KAU PIKIR APA YANG KAU LAKUKAN, BODOH?! MASUK KE KAMAR WANITA TANPA MENGETUK PINTU DAN MELIHAT YANG TIDAK SEHARUSNYA KAU LIHAT! BODOH! GILA! MESUM!!"

Ucap Haibara yang sudah menahan amarahnya. Ia menyalahkan Shinichi atas tindakan bodohnya. Shinichi yang merasa dirinya adalah detektif hebat tidak terima dengan sebutan bodoh.

"HEY!! SIAPA YANG KAU SEBUT BODOH? KAU SENDIRI TIDAK MENGUNCI PINTU! BUKAN SALAHKU JIKA AKU YANG KHAWATIR PADAMU INI LANGSUNG MEMBUKA PINTU TANPA PIKIR PANJANG! UNTUNG SAJA AKU MELIHATMU SAAT KAU SUDAH MEMAKAI HANDUK! BAGAIMANA JIKA AKU MELIHATMU HANYA DENGAN PAKAIAN DALAM ? BAGAIMANA JIKA AKU MELIHATMU SAAT KAU TELANJANG BULAT? BAGAIMANA JIKA AKU MELIHATMU SAAT KAU MANDI? ASTAGA! MEMBAYANGKANNYA SAJA BISA MEMBUATKU GILA!"

Shinichi mengutarakan semuanya panjang lebar seperti sedang ngerap ala Suga-BTS dalam album Daechwita.

Wajah Haibara memerah mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Shinichi.

"JADI KAU MEMBAYANGKAN AKU TELANJANG? MESUM!"
Seru Haibara kembali meluap-luap. Semua urat kemarahannya seakan keluar.

"TI-TIDAK!!" Seru Shinichi dengan cepat.

"Astaga! Matilah aku!"

Ia sedikit khawatir jika gadis mantan anggota Organisasi Hitam itu memenggal kepalanya tanpa ampun.

"Aku pulaaang!!!"
Seru seseorang di depan pintu membuat mereka sedikit beralih dari peperangan. Itu pasti professor yang baru pulang dari mempresentasikan benda kurang bermutu miliknya.

"Ai-chan??!!" Seru professor tampak terkejut dengan keadaan Haibara saat ini. Pasalnya saat ia berangkat tadi ia masih berupa gadis kecil mungil tak berdaya.

"Apa yang terjadi?"
Tanya professor yang masih sedikit bingung. Shinichi pun begitu. Ia ingin bertanya kenapa ia berubah menjadi Shiho. Karena gadis itu pernah bilang kalau ia ingin menjadi Haibara Ai selamanya.

"Aku ingin mengambil obat penurun panas dan meminumnya, lalu aku merasa tubuhku semakin memanas, aku mencoba mencari bantuan, datanglah seorang bibi memanggil ambulance, saat di dalam ambulance aku merasa dadaku sesak, saat itu aku baru sadar kalau yang kuminum adalah penawar APTX 4869, lalu aku melarikan diri saat ambulance itu berhenti, lalu aku terjatuh berguling dan pundakku tergores sesuatu, seorang perawat melihatku, tapi aku berhasil melarikan diri, tepat saat aku tiba di rumah, tubuhku kembali menjadi Shiho,"
Jelas Haibara dengan runtut.

Professor dan Shinichi mengangguk, pertanda bahwa mereka faham dengan apa yang baru saja terjadi.

"Lalu, apa yang Shinichi lakukan disini?" Tanya professor

"Ah, tadi aku bertemu grup detektif cilik, lalu mereka bilang Haibara sakit, lalu saat aku pulang sekolah, aku mendengar orang orang membicarakan anak yang kabur dari ambulance, dan ciri cirinya sangat mirip dengan Haibara, kemudian aku berlari ke mari mendapati bercak darah di depan pintu, lalu aku masuk dan mendengar suara benda jatuh dari kamarnya, tanpa pikir panjang aku membuka kamarnya, dan betapa terkejutnya aku melihat..."
Shinichi sengaja memotong ucapannya untuk melirik Haibara. Gadis itu memelototkan matanya dengan pipi yang sudah memerah. Seakan memberi isyarat untuk tidak mengatakan apapun.

"Melihat apa Shinichi?"
Tanya Professor yang antusias mendengarkan.

"Melihatnya sudah berubah menjadi dewasa," balas Shinichi dengan santainya.

"Kupikir kau melihat dia mandi," gurau professor yang sontak membuat raut kedua remaja di hadapannya memerah.

"Jangan dipikirkan! Ayo makan! Aku bawa banyak ayam karena hari ini aku merasa sangat senang!" Ucap professor.

Shinichi dan Haibara hanya mengikuti kakek tua itu menuju meja makan.

"Aku mau yang besar!" Ucap Shinichi seperti anak kecil. Ia sudah siap dengan piring dan berbagai peralatan makannya.

"Kalau begitu kau mau dada atau paha? Hanya perlu memilih mana yang menurutmu lebih besar, kan?" Ucap professor membuat ekspresi Shinichi berubah.

"Sial! Mendengar kata dada dan paha membuatku teringat tubuh Haibara, kenapa bayangan itu tidak bisa minggat dari otakku?"
Gumam Shinichi dalam hati.

"Terserahmu saja professor!"
Lanjut Shinichi.

"Kalau kau menginginkan keduanya juga tidak masalah! Dada dan paha sama besarnya bukan?" Ucap professor Agasa.

"KAU PIKIR AKU SERAKUS ITU MENGINGINKAN DADA DAN PAHA? SEKALIAN SAJA BERIKAN TUBUHNYA PADAKU! " Seru Shinichi membuat wajah Haibara serasa terbakar. Sedangkan Professor Agasa tidak terlalu paham dengan ucapannya.

"Kau kenapa?" Tanya Professor sukses membuat Shinichi sedikit sadar.

"Aku tidak enak badan, aku mau pulang dan tidur!" Ucap Shinichi langsung berdiri dari bangkunya dan berjalan lunglai.

"Kau tidak mau membungkusnya untuk kau bawa pulang?" Tanya Professor lagi.

"Ti-ti-tidak!" Ucap Shinichi langsung melesat ke rumahnya.

"Aneh!" Ucap professor Agasa.

Haibara memilih untuk tidak memikirkannya. Hanya saja orang bernama Kudo Shinichi itu membuat nafsu makannya berkurang. Meskipun begitu ia tetap berusaha makan untuk menghormati Professor Agasa.

"Drrtttt!"
Ponsel Haibara bergetar. Ia membuka pesan itu.

Pesan dari Edogawa Conan?

"Maafkan aku!"

Haibara tersenyum tipis, kemudian kembali melahap makanannya. Seperti biasa, ia tidak akan pernah bisa marah pada Kudo Shinichi.

***
Ceritanya nggak jelas ya?

Bodo amat lah!

Jangan lupa vote!

See you!

VOTE and comment!

The Cause Of My EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang