20.You

1.5K 106 15
                                    

Shinichi mengompres dahi Shiho dengan lembut. Sudah dua hari gadis itu tidak masuk sekolah. Ia masih trauma dengan kejadian yang menimpanya beberapa hari lalu.

"Sudahlah, Kudo-kun! Jangan pedulikan aku yang hanya merepotkanmu! Kau bahkan tidak ke sekolah karenaku," desis Shiho, ia merasa bersalah karena akhir-akhir ini Shinichi selalu sibuk mengurusnya.

"Jangan khawatir! sekalipun aku tidak pernah masuk ke sekolah nilai ujianku pasti bagus," ucap Shinichi dengan cengiran khasnya.

"Sombong!" dengus Shiho kesal. Shinichi tersenyum geli melihat senyum manis itu. Ia mengacak rambut Shiho seperti anak kecil.

"Sebenarnya tadi pagi Inspektur Megure menelpon, dia bilang ada kasus, tapi aku menolak!"
ucap Shinichi.

"Kenapa? Bukankah maniak misteri sepertimu sangat mencintai kasus?!" tanya Shiho sedikit penasaran.

"Ya, tapi tidak lebih dari cintaku padamu, kau lebih penting dari kasus-kasus itu, Haibara!" balas Shinichi dengan senyum tulus. Ia mengelus rambut Shiho dengan begitu lembut. Ia ingin menunjukkan pada gadis itu, bahwa ia sangat mencintainya.

Shiho diam, ia juga sangat mencintai Shinichi. Tapi entah kenapa ia merasa seperti ada hal buruk yang sedang menanti. Entahlah, mungkin hanya imajinasinya.

"Tidurlah, Haibara! Aku akan menjagamu," ucap Shinichi membuyarkan lamunan Shiho. Gadis itu mengangguk, kemudian menutup kedua kelopak matanya. 

***
Shinichi tersenyum tenang menatap gadis yang dengan riang menginjakkan kakinya di tumpukan salju. Tawa kecil gadis itu memeng selalu menjadi alasan untuk euphoria nya.

"Haibara! Kau baru saja sembuh dan sudah bermain salju! Bagaimana kalau kau kedinginan?" ucap Shinichi dengan kesal.

"Bilang saja kau yang kedinginan!" balas Shiho dengan senyum mengejeknya.

Shinichi hanya memonyongkan bibirnya, ia kesal karena Shiho tidak memerhatikannya. Entah kenapa Shinichi menjadi lebih kekanakan ketika bersama Shiho. Tapi di saat Shiho dalam bahaya, Shinichi akan menjadi sangat ganas.

Pluk!!
Sebuah bola salju mengenai wajah Shinichi, pria itu menggeram kesal ke arah Shiho. Sedangkan Shiho yang ditatapnya malah menggeleng sambil mengangkat kedua tangannya seakan dia tidak bersalah.

"Bukan aku! Sumpah!!" ucap Shiho mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.

Shinichi mengernyitkan dahinya, samar-samar ia mendengar suara seseorang menahan tawa. Ia mwnoleh ke kanan, dilihatnya tiga anak kecil sedang menertawakannya.

"Kalian pikir itu lucu?" ucap Shinichi mendekat ke arah tiga anak kecil itu. Mereka adalah temannya saat masih dalam eujud Conan.

"Setelah Haibara pergi kakak tidak pernah mau main dengan kami!" dengus Genta sedikit kesal.

"Maaf, aku sibuk!" balas Shinichi mengatupkan kedua telapak tangannya.

"Ngomong-ngomong dia siapa?" tanya Mitsuhiko melirik Shiho.

"Namaya Miyano Shiho," ucap Shinichi.
Mitsuhiko mengangguk, kemudian tersenyum ke arah Shiho yang juga tersenyum ke arahnya.

"Apa dia kakaknya Ai-chan?" tanya Ayumi dengan polos. Yang lain juga berfikiran begitu, mereka memang mirip karena mereka adalah orang yang sama.

"Aku saudaranya," ucap Shiho mengelus pucuk kepala Ayumi.

"Kalian seperti Conan dan Haibara, kalau mereka besar nanti pasti mirip seperti kalian," ucap Genta.
Mereka bertiga mengangguk angguk, Shinichi dan Shiho tersenyum. Sepertinya mereka merindukan Conan dan Haibara.

"Ayo main!" ucap Shiho pada yiga bocah itu. Shinichi sempat terkejut. Pasalnya yang ia tahu Shiho adalah gadis pendiam, hemat energi, tidak suka bermain, menjaga image, gengsi, dan dingin. Tapi melihat gadis itu kini bermain bola salju dengan anak anak itu membuatnya sadar bahwa Shiho bisa menjadi siapapun yang sempurna. Tawanya yang lepas menunjukkan betapa Shiho menikmati hidup barunya. Shinichi harap ia akan selalu melihat tawa itu, kapanpun dan dimanapun.

Shinichi menghembuskan nafas panjang, ini saatnya untuk berubah. Ia bukan Shinichi dengan image nya yang tinggi. Bukan Shinichi yang dingin. Bukan Shinichi yang lebih mementingkan kasus dan pujian dari pada orang yang ia cintai. Inilah Shinichi yang baru. Shinichi yang siap mengikuti kata hatinya sendiri menuju Euphoria.

***
Shinichi menatap wajah lucu Shiho yang sedang menikmati ice cream nya. Di musim dingin begini bukannya memesan minuman hangat, gadis itu malah meminta satu cup besar ice cream.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Shiho dingin seperti biasa.

"Karena aku menyukaimu,"
Jawab Shinichi dengan entengnya, ia masih terus memandangi wajah Shiho yang semakin merona.

"Baiklah, Kudo-kun ! Kau yang bayar ini, oke?! " ucap Shiho menunjuk ice cream di hadapannya.

"Hah?" Shinichi bingung. Tidak biasanya Shiho meminta Shinichi membayarkan miliknya. Gadis selalu bersikap mandiri.

"Voucher gratis! Aku tidak bawa dompet," balasnya tak peduli.

"Hei hei, kau pikir berapa lama kau akan terus memanfaatkan vouchermu itu?" protes Shinichi mendengar alasan konyol itu.

"Mungkin... Selama kau masih menyukaiku?"

"Dasar!!" ucap Shinichi mencubit hidung Shiho. Membuat gadis itu kini memelototkan bola matanya. Kemudian kembali menikmati ice cream nya sembari bermain ponsel. Shinichi hanya memerhatikan, lagi lagi ia diacuhkan.

"Hei Kudo-kun! Sepertinya kau akan segera mendapat panggilan untuk suatu kasus," ucap Shiho masih fokus dengan ponselnya.

"Kasus apa?" tanya Shinichi sedikit penasaran.
Shiho menunjukkan sebuah halaman berita pada Shinichi. Shinichi membaca berita itu dengan serius, kemudian tersenyum miring.

"Aku akan menangkapmu, Kaito KID..." desis Shinichi masih manatap layar ponsel Shiho.

"Berikan!" ucap Shiho merebut ponselnya dari tangan Shinichi. Wajah pria itu terlihat mengerikan ketika berurusan dengan Kaito KID yang misterius.
Sepertinya Shinichi sudah sangat terobsesi untuk menangkap rivalnya itu.

"Aku ikut," ucap Shiho, hal itu sontak membuat Shinichi mengernyitkan dahinya.

"Kau tidak bermaksud menyukai KID, kan?" tanya Shinichi, meski terdengar konyol ekspresi wajahnya tampak serius.

"Tergantung keadaan," jawab Shiho. Shinichi hanya memasang ekspresi datar sampai ice cream Shiho habis.

***
Shinichi dan Shiho berjalan beriringan keluar dari dalam restoran. Bukan bergandeng tangan atau berpelukan layaknya sepasang kekasih, mereka justru bertengkar di sepanjang jalan. Meskipun begitu, raut bahagia dari keduanya tidak bisa di pungkiri lagi.

Dari atas sebuah gedung, seseorang dengan pakaian serba putihnya melihat mereka dengan senyum simpul yang sulit di artikan.

"Kau sudah menemukan permatamu, Kudo! Dan aku masih harus mencari milikku! Sampai bertemu besok, Tantei-kun!"

***
Ceritanya makin nggak jelas ya? Maaf!

Jangan lupa vote!
See you!

VOTE!!!

The Cause Of My EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang