16. Salju Pertama

1.6K 123 4
                                    

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti-bulan. Musim pun hampir berganti. Seperti biasa di Bulan Desember, meski belum turun salju udara sudah terasa menusuk.

"Ayo Haibara!!" seru Shinichi dari depan pintu rumah professor agasa.

"Cerewet! Udara sangat dingin, jadi aku perlu mencari pakaian yang cocok," balas Shiho sambil membuka daun pintu.

"Apapun cocok di tubuhmu, bodoh!" gumam Shinichi.

"Apa? Suaramu seperti nyamuk!" dengus Shiho mencibir Shinichi.

"Bukan apa-apa," balas Shinichi memalingkan wajahnya, untung Shiho yidak mendengarnya dengan jelas.

Hening melanda selama beberapa saat, terasa canggung. Dua remaja berjalan berdampingan di hari minggu seperti ini terlihat seperti... Kencan?
Sayangnya bukan itu, mereka hanya berencana mencari hadiah untuk teman sekelas mereka yang berulang tahun besok.
Meski begitu, pandangan orang-orang tentu saja berbeda.

"Haibara..." panggil Shinichi memecah hening.

"Hm?" balas Shiho mengendikkan dagu.

"Apa kau percaya? Ketika kau berdo'a disaat salju pertama turun, do'amu akan terkabul!" ucap Shinichi menatap langit-langit.

"Entahlah! Aku tidak terlalu percaya mitos, tapi aku suka salju! Meskipun dia dingin dan membuatku menggigil," balas Shiho menghembuskan nafasnya. Ia tersenyum lembut, sembari mendongakkan kepalanya seperti Shinichi.

"Bukankah salju itu lembut?" celetuk Shinichi beralih menatap Shiho.

"Ya, dan juga indah!" sambung Shiho berargumen.

"Seperti kau, bukan?" ucap Shinichi. Kali ini ia membuat wajah Shiho memerah.

"Ap-apa?" tanya Shiho tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Sedangkan Shinichi yang merasa salah bicara langsung mengubah topik.

"Hei, kita sudah sampai! Ayo cepat!!" seru Shinichi menarik pergelangan tangan Shiho. Gadis itu mendengus, mentang-mentang kakinya itu sudah sembuh, pria itu selalu menariknya dan berlari seenaknya.

"Menurutmu apa yang cocok untuk Hajime?"

"Seharusnya kau yang lebih tahu, kalian kan sesama pria, kulihat akhir-akhir ini kalian sedikit akrab, menurutmu sendiri apa yang paling cocok?"

"Hmm, dia pria yang cerdas, rapi, baik, selalu tepat waktu... Eh, waktu? Kalau begitu aku akan membelikannya jam tangan yang bagus!"

"Begitu ya? Aku akan membelikannya syal saja, ini kan sudah memasuki musim dingin!"

"Ya... Terserah saja!"

Lagi-lagi mereka berjalan dengan saling diam. Entah kenapa bagi Shinich rasanya tidak seperti dulu, akhir-akhir ini ia sering salah tingkah. Entah ketika ia melihat Shiho tersenyum, melihatnya tertawa, mencium aromanya yang khas, terutama saat melihat garis bibir merah mudanya. Rasanya ingin...
Tunggu dulu! Selama ia berpacaran dengan Ran, Shinichi tak pernah sekalipun ingin mencicipi bibir gadisnya. Tapi kenapa saat melihat Shiho yang bukan siapapun...
Sudahlah!

"Kau mau kopi atau coklat panas, Kudo-kun?" ucap Shiho dingin seoerti biasa.

Shinichi menoleh dengan sedikit canggung.

"Jangan khawatir! Aku yang bayar!"

Shinichi tertawa sumringah, entah apa yang ia tertawakan Shinichi sendiri tidak tahu.

***
Shiho tersenyum memandangi dua orang gadis kecil yang sedang menggendong adiknya di punggung. Shinichi memerhatikan Shiho, gadis itu mulai melamun, dari ujung kelopak matanya terdapat bintik bening yang berusaha ia tahan.

The Cause Of My EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang