"Ada apa Haibara? Kau terlihat pucat," ucap Shinichi tepat saat jam istirahat. Ia menangkap ekspresi wajah Shiho yang terlihat tidak nyaman.
Shiho menggeleng dengan cepat. Jujur saja, luka di pinggangnya kembali terasa nyeri. Mungkin karena ia kelelahan.
"Katakan saja! Kenapa? "
Paksa Shinichi, ia terlihat sedikit khawatir."Aku lapar," desis Shiho memalingkan wajahnya. Tentu saja ia sedang berbohong. Shinichi tidak akan mau diam kalau dia tidak menjawab.
Shinichi tersenyum simpul. Senyum tulus seperti menghadapi anak kecil yang sangat menggemaskan. Shiho sedikit terkejut melihatnya tersenyum begitu menawan. Ia lebih terkejut lagi ketika merasakan tangan Shinichi menyentuh tangannya, kemudian menggenggamnya.
"Apa-apaan ini? Aku bisa sakit jantung mendadak!"
Ucap Shiho dalam hati. Wajahnya sudah pasti ingin meledak. Tapi bukan Shiho namanya jika tidak bisa mengontrol ekspresi. Ia tetap terlihat dingin."Ayo ke kantin! Kau belum tahu tempatnya, kan?"
Ucap Shinichi. Ia membimbing Shiho melewati koridor sambil menunjukkan ruangan demi ruangan di sekolah itu seperti tour guide.
Mereka sampai di kantin dengan cepat. Di saat itu pula hampir seisi kantin menoleh ke arah mereka. Pasalnya dulu Shinichi selalu bersama Ran. Sampai akhir-akhir ini mereka tidak pernah terlihat bersama. Kini murid-murid lain mulai berpikir bahwa ada pengaruh gadis lain di balik kerenggangan hubungan mereka."Mau makan apa? Biar kupesankan," ucap Shinichi.
"Terserahmu saja!"
ucap Shiho, sebenarnya ia tidak lapar, tapi melihat semangat Shinichi seperti itu Shiho memilih menurut."Hmm, baiklah!" balas Shinichi, kemudian meminta Shiho duduk. Shiho menurut, tapi lagi-lagi lukanya terasa nyeri. Ia duduk dengan perlahan. Sesekali meletakkan tangannya pada bagian pinggang. Shinichi memergoki ekspresi Shiho seperti menahan sesuatu.
"Kau kenapa? Kau tidak sedang baik-baik saja, kan?" tanya Shinichi. Shiho melihat raut khawatir dari wajahnya.
"Aku ingin ke kamar mandi," ucap Shiho. Ia ingin memeriksa lukanya.
"Ya ampun! Kenapa tidak bilang dari tadi? Ayo kuantar! Tenang saja! Aku tidak akan mengintip! Hanya menunjukkan tempatnya saja," ucap Shinichi lengkap, ia tidak mau gadis di hadapannya itu lagi-lagi menyebutnya mesum.
"Oke," ucap Shiho mengangguk. Ia dengan susah payah menahan rasa sakitnya seolah sedang baik-baik saja.
Ia berdiri mengikuti Shinichi hingga berjalan sejajar dengannya. Baru beberapa langkah, seorang gadis mencegat mereka. Siapa lagi kalau bukan Sonoko dengan wajah sewot. Haibara menghindari sorot matanya. Ia merasa saat ini Sonoko sangat membencinya.
"Sepertinya aku pernah bertemu dengan selingkuhanmu ini, Kudo!"
Ucapnya memandang sinis Shiho yg sudah menatap tajam ke arahnya.
Selingkuhan???!!
Kata itu seolah mengatakan bahwa Shiho adalah perebut lelaki. Hampir saja ia meneriaki Sonoko. Tapi ia terhenti menyadari tangan Shinichi menggenggam telapak tangannya, seakan berusaha menenangkannya."Sudah kuduga kepergianmu selama ini memang mencurigakan, kau bermain di belakangnya dan saat... "
"DIAM!!" seru Shinichi menunjuk wajah Sonoko. Sonoko terkejut, begitu pula Shiho dan seisi kantin.
Pasalnya Shinichi tidak pernah terlihat seperti ini, dia pria dingin, tenang, dan tidak pernah menyakiti kaum wanita."Hati-hati dengan ucapanmu! Harusnya kau tahu apa yang di lakukan Ran di belakangku," ucap Shinichi begitu dingin. Shiho bingung. Memang apa yang sudah dilakukan Ran di belakang Shinichi?
Shiho yang biasa tidak peduli itu menunduk. Ia merasa tidak baik.
Sonoko diam, lalu pergi melewati mereka dengan sengaja menubruk Shiho. Shinichi menggeram dan hampir saja mengejar Sonoko. Tapi Shiho menahannya. Gadis itu meringis memegang pinggangnya. Ia sudah tidak bisa menutupi rasa sakit itu. Gerakan kasar Sonoko tadi mengenai lukanya."Kau kenapa, Haibara?" Tanya Shinichi sedikit panik.
Shiho hanya menggeleng meski terasa sangat sakit, bahkan lebih sakit dari waktu pertama kali ia mendapat luka itu. Rasanya seperti ditusuk berulang ulang. Shinichi menjadi lebih panik ketika melihat Shiho terus memegangi perutnya. Sampai ia melihat begitu banyak cairan berwarna merah menembus baju seragam Shiho."Darah?!!"
Seru Shinichi begitu panik melihat Shiho melemas danmulai mengeluarkan keringat dingin. Shinichi segera mengalungkan lengan Shiho di pundaknya. Ia tidak peduli dengan tatapan atau bisikan Orang-orang di sekitarnya. Ia dengan segera membopong tubuh ringan Shiho. Ia tahu gadis itu sudah sangat menderita, bahkan ia tidak sanggup untuk menolak.
Shinichi datang ke UKS dengan gugup. Ia membaringkan Shiho di atas bangsal. Lalu mengambil kotak P3K.
"Hei! Penjaga!"
seru Shinichi dengan gugup. Sialnya UKS sedang kosong. Entah kemana perginya penjaga ruangan itu.Ia semakin panik melihat darah Shiho yang semakin banyak. Tisak ada pilihan lain selain melakukannya sendiri. Meskipun sangat memalukan.
Shiho terkejut merasa tangan Shinichi mementuh seragamnya. Ia menggeleng dengan sisa tenaganya.
"Maaf Haibara, aku harus mengobatinya, kumohon...
Aku tidak bisa melihatmu seoerti ini, percayalah!!
Aku tidak akan prnah berani melakukan apapun kecuali melindungimu..."
ucap Shinichi menatap Shiho, ia tampak sangat khawatir.Shiho memejamkan matanya.
Shinichi mulai perlahan menaikkan seragam Shiho sebatas perutnya. Ia fokus pada balutan kapas penuh darah pada pinggang Shiho. Perlahan ia melepaskan kapas lusuh itu. Betapa terkejutnya ia melihat luka tusukan yang cukup dalam dan menganga sekitar 3 cm. Ia penasaran luka apa itu, tapi pria itu menahan pertanyaannya. Ia membersihkan darahnya dengan alkohol. Shiho mulai mengerang pelan. Gadis itu menahan tangan Shinichi. Entah kenapa ini terasa lebih menyakitkan dari sebelumnya."Maaf, kalau terlalu sakit kau bisa remas sprai, tangan, atau rambutku sebagai pelampiasanmu!Tapi jangan meremas dadaku, ukurannya tidak terlalu bes... Awkh!!"
ucap Shinichi langsung mendapat cubitan dari Shiho di tangannya. Gadis itu kini malingkan wajah, ia sangat malu."Maaf, aku hanya tidak mau kau terlalu takut, hanya ingin sedikit mencairkan suasana, aku takut tidak bisa melindungimu, aku sudah beejanji dan... " Shinichi tidak melanjutkan kalimatnya, ia menghela nafas sambil terus mengobati Shiho.
Shiho sedikit terenyuh mendengar pemaparannya. Tapi tetap saja, ia kesal. Bisa bisanya dia berbicara seperti itu, apalagi kini ia sedang mengobati pinggangnya. Haibara menutup kedua kelopak matanya. Ia pura-pura tertidur agar tidak semakin merasa malu.
"Huah, sudah selesai! Sudah kubilang,kan? Kalau kita bercanda tidak akan terasa sakit" cengir Shinichi. Kemudian merapikan seragam Shiho.
"Eeh? Sudah selesai? Aku bahkan tidak merasa perih saat dia memberiku obat merah? Tapi tetap saja dia Bodoh! Candaanmu itu membuatku malu, mesum!!"
umpat Shiho dalam hati. Ia benar-benar kesal. Sangat kesal. Ia tidak memandang Shinichi sama sekali dan masih pura-pura tertidur.
"Wah, tertidur ya?" desis Shinichi tersenyum lembut.
Shiho diam, nada bicara Shinichi terdengar begitu lirih, terdengar nyaman. Ia terus terdiam.
Sampai ia terkejut merasakan sesuatu. Tangan Shinichi mengelus pucuk kepalanya dengan lembut.
Shiho menahan matanya agar tidak terbelalak. Ia akan sangat malu jika ketahuan pura-pura tidur."Tidurlah! Aku tahu kau lelah, Tenang saja! Aku akan melindungimu, Haibara! Selalu!"
Desis Shinichi begitu lembut dengan suaranya yang khas.Ia mengambil sebuah selimut tipis dari loker, kemudian menutupi tubuh Shiho. Haibara hampir saja menangis. Ia ingin menangis, tapi tidak melakukannya. Air matanya telah habis untuk menangisi kehidupannya yang kelam.
"Aku akan pergi sebentar membuatkan ijin untukmu, kau harus kubawa pulang, tetaplah tenang, aku akan kembali!"
bisik Shinichi kembali mengusap pucuk kepala Shiho. Ia berdiri dari kursi di depan bangsal. Baru saja Shinichi akan melanhkah, ia dikejutkan dengan tangan mungil yang menahannya. Tangan Shiho. Ia menoleh, mendapati Shiho yang menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca. Gadis itu menggeleng pelan."Jangan pergi!" desis Shiho.
Shinichi terpaku. Ia tidak pernah melihat haibara bagitu manis seperti ini.
"Baiklah...
Kalau kau bilang begitu aku akan tetap disini, Ai-chan!! Cepat beristirahatlah dan segera sembuh!"***
Langsung aja VOTE!!
Okey!!
See you!!VOTE!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cause Of My Euphoria
FanficAku ingin berada disisi Shinichi Kudo sampai akhir. He is the cause of my euphoria.