Akhir-akhir ini Shiho semakin menjauh dari Shinichi. Sejak kejadian hari itu Shiho tidak pernah mau mendengarkan Shinichi. Padahal Shinichi sudah pernah menjelaskan bahwa Ran menjebaknya. Shiho tetap tidak peduli, ia takut tersakiti lagi dan lagi. Ia merasa Shinichi memang tidak seharusnya bersama mantan narapidana sepertinya.
Shiho keluar dari kamarnya, sudah seminggu sejak kejadian itu dan Shiho masih menghindar dari Shinichi. Jika saja Shinichi tidak pernah bilang pada Shiho bahwa ia mencintainya, mungkin Shiho tidak akan sekecewa ini. Baru saja ia menuju ke ruang tengah, didapatinya Shinichi sudah menunggu. Beginilah setiap hari, Shinichi datang untuk meminta maaf. Meski Shiho sudah berulang kali memaafkannya Shinichi tetap tidak puas. Ia merasa hampa tanpa Shiho.
Shiho berbalik sebelum Shinichi mengetahui kedatangannya, sialnya pria itu lebih dulu menahan pergelangan tangannya. Shiho mendengus kesal.
"Haibara! Sampai kapan kau mau menjauhiku?" tanya Shinichi.
"Kita memang tidak bisa terlalu dekat!" desis Shiho tanpa menoleh.
"Aku mencintaimu, Haibara..." desis Shinichi.
"Aku sudah sering mendengarnya!" sahut Shiho dingin. Ia mencoba melepas genggaman tangan Shinichi, tapi sia-sia.
"Haibara... Apakah kau mencintaiku?" tanya Shinichi terdengar begitu rapuh. Jujur saja, Shiho belum pernah mengatakan perasaannya secara langsung. Shiho tahu sebenarnya ia sangat mencintai Shinichi. Tapi, alangkah baiknya ia tidak bersamanya.
"Haibara..." panggil Shinichi masih meminta jawaban.
"Tidak!" jawab Shiho dingin. Shinichi menggeleng, ia yakin Shiho mengucapkannya karena emosi.
"Aku tidak mencintaimu," ucap Shiho sekali lagi. Ia sama sekali tidak menatap Shinichi. Dadanya sesak, ia ingin menangis tapi menahannya.
"Tatap mataku jika kau jujur!" desak Shinichi.
Shiho menghela nafas, lalu berbalik dan menatap tepat di bola mata Shinichi.
"Aku tidak mencintaimu, kau tahu bukan? Aku hanya kesepian dan kebetulan kau hadir! Itu saja! Kenapa aku harus menolak?" ucap Shiho dengan seringaian mengerikan. Dalam hatinya ia tidak sedang baik baik saja.
"Cih! Seharusnya aku tahu!"
Decak Shinichi yang langsung pergi meninggalkan Shiho.Shiho mematung, lalu jatuh tersungkur. Kemudian menangis tanpa suara. Ia telah membuat sesuatu yang paling berharga miliknya menghilang.
Mungkin ini memang yang terbaik, agar Shinichi tidak lagi terbawa oleh masalahnya.***
Shinichi melamun di dalam kelas, ia melihat keluar jendela dengan tatapan kosong. Dilihatnya salju yang menyelimuti dunia. Musim dingin kali ini terasa sangat panjang. Bahkan hampir membekukan hatinya.
Diluar jendela, ia melihat dua orang anak bermain salju. Seorang anak lelaki berkacamata dan gadis kecil berambut blonde. Mereka tertawa bahagia. Seperti tidak ada hal istimewa yang anak-anak itu lakukan, tapi kenapa mereka terlihat bahagia?
Shinichi sadar, bukankah itu seperti ia dan Shiho dulu?Kemudian bayangan anak-anak itu menghilang. Mereka dulu selalu bahagia asalkan mereka bersama. Tapi sekarang?
Shinichi menghembuskan nafas lelah, ia tidak tahu apa yang sedang menguji mereka.
Bel sekolah berbunyi, Shinichi segera duduk di bangkunya. Biasanya di sampingnya akan ada Shiho. Tapi sudahlah!
Sensei masuk, kemudian memberi berita bahwa Shiho mengundurkan diri dari sekolah. Itu cukup membuat teman sekalas mereka gempar. Sedangkan Shinichi hanya tersenyum masam. Sebegitu kuatkah tekad Shiho ingin menjauhinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Cause Of My Euphoria
FanfictionAku ingin berada disisi Shinichi Kudo sampai akhir. He is the cause of my euphoria.