26.End?

2K 105 12
                                    

Shinichi baru saja membeli bubur di warung sekitar rumah sakit. Ia berjalan dengan riang di lorong. Ia sangat bahagia menyambut kesadaran Shiho. Shinichi sepenuhnya sadar jika gadis itu telah menjadi alasan untuk Euphoria-nya.

Salju sudah mulai mencair, kuncup kuncup sakura mulai bermunculan. Shinichi sudah tidak sabar menantikan kesembuhan Shiho, apalagi kencan yang pernah mereka janjikan sebelumnya. Shinichi tidak tahu kenapa, tapi sepertinya kencan itu akan sangat berkesan.

Shinichi menghentikan langkahnya di depan ruangan Shiho, samar samar ia mendengar suara tangisan dari ruangan itu. Suara itu tidak asing. Tapi ia yakin itu bukan suara Shiho tidak mungkin Shiho akan menangis begitu heboh.

"Maafkan Aku, Miyano!" seru gadis yang kini menangis memohon pada Shiho.

Shinichi terkejut, ia tidak menyangka Sonoko akan datang dan meminta maaf langsung pada Shiho.
Jika biasanya Shiho selalu terlihat dingin, kali ini ia terus tersenyum tulus.

"Aku sudah memaafkanmu, Suzuki..." desis Shiho sambil mencoba bangun. Tapi Sonoko mencegahnya, gadis bar bar itu menangis melihat Shiho yang tampak begitu lemas. Ia baru sadar selama ini banyak melakukan hal buruk, dan semakin merasa bersalah saat tahu Shiho tidak pernah dendam padanya.

Shinichi menunggu di luar ruangan. Sesekali menguping pembicaraan mereka. Sonoko terlihat menyesal, ia juga berkata bahwa ia sudah mengajak Ran untuk menjenguk. Tapi entah kenapa Ran tidak mau datang.

***

Sonoko keluar dari ruangan itu setelah beberapa saat. Terkejut mendapati Shinichi ada disana.  Ia lalu melewati Shinichi begitu saja. Gengsi ketika sadar jika Shinichi mengetahuinya.

"Kudo-kun..." desis Shiho ketika Shinichi masuk ke ruang rawatnya.

"Bagaimana keadaanmu? Apa kau merasakan sakit lagi?" tanya Shinichi.

Shiho menggeleng pelan. Ia berusaha menahan rasa nyeri itu. Meski tangannya yang terus saja berada di pinggang tidak dapat membohongi Shinichi.

"Kalau sakit bilang saja..." ucap Shinichi menggengham telapak tangan Shiho. Mengusapnya lembut untuk menyalurkan ketenangan.

Lagi lagi gadis itu menggelengkan kepalanya dengan senyum tulus. Seolah berkata jika tidak terjadi apa apa.

Shinichi benar-benar khawatir. Pasalnya ia tahu Shiho selalu dapat menyembunyikan lukanya dan bertingkah seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

"Ayo makan!" ucap Shinichi dengan membuka semangkuk bubur yang baru ia beli.

Shiho menggeleng, ia tidak ingin makan apapun untuk saat ini. Shinichi sudah memaksanya, tapi Shiho tidak mau. Ia terus menggeleng setiap Shinichi memajukan sendoknya.

Shinichi menghela nafas kesal. Kemudian meletakkan mangkuk bubur itu di meja dengan malas. Ia hanya memandangi wajah Shiho yang tampak senang. Gadis itu pikir Shinichi sudah menyerah. Tapi salah, Shinichi justru berdiri dan mendekatkan wajahnya pada wajah Shiho, membuat Shiho terkejut.

"Kau mau makan bubur ini atau aku yang akan memakanmu?" ucap Shinichi semakin mendekatkan jarak wajah mereka. Bahkan jarak bibir mereka hanya terpaut dua sentimeter.

Shiho menggeleng kuat sambil menutup bibirnya dengan kedua tangan.
Sumpah! Wajahnya lucu sekali. Shinichi bisa saja benar benar memakannya.

Pria itu tertawa nyaring. Ia kembali meraih mangkuk buburnya dan menyuapkan pada Shiho dengan lembut.

"Musim dingin sudah berakhir, kau harus cepat sembuh, Tuan Puteri!" ucap Shinichi memandang keluar jendele. Shiho melihat arah pandang Shinichi. Shiho tersenyum, hanya saja terlihat sedikit aneh. Shinichi merasa ada yang sedang Shiho sembunyikan darinya.

The Cause Of My EuphoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang