29🍀

9 1 0
                                    

🌸

Hampir setengah jam berlalu, dan yang kami lakukan hanyalah diam tanpa seorang pun mengeluarkan suara. Aku melirik Jacob yang sedari tadi diam dengan raut wajah kesal. Sekarang dia telah mengetahui segalanya, tentang diriku yang penyakitan, yang bisa pergi kapan saja jika belum juga mendapatkan pendonor jantung.


"Kenapa hanya aku yang tidak diberitahu?"


Suara seraknya berhasil membuat hatiku mencelos. Aku tidak tahu jawaban yang tepat untuk pertanyaan seperti ini.


Tatapan mata pria itu kini beralih padaku, aku bisa melihat ada kekecewaan disana, seolah apa yang aku lakukan benar-benar membuatnya sakit.


"Lupakan, Kau tidak perlu--"


"Karena aku tidak ingin kau kasihan padaku." Sergahku sebelum Jacob benar-benar akan melangkah keluar dari ruangan ini.


Dia berbalik menatapku lagi, namun kali ini aku mendapatkan sorot kekesalan dari tatapannya. Pria dengan setelan serba hitam itu menghembuskan nafas gusar lalu berkacak pinggang.


"Apa aku terlihat seperti kasihan padamu sekarang?"


Sebelum aku ingin membuka mulut untuk membalas ucapannya, Jacob mengangkat sebelah tangannya pertanda bahwa aku tidak boleh menyela ucapannya sedikitpun.


"Yang kau lakukan padaku saat ini hanya membawa rasa khawatir yang besar!"


"Untuk apa kau khawatir padaku?" Tanyaku dengan nada kesal karena baru saja di bentak oleh Jacob, pria yang selama ini aku sukai, dan rindu dengan segala perlakuannya padaku, yang ternyata malah menyukai gadis lain.


"Selama ini yang ada di kepalamu hanyalah Nala, Nala, dan Nala! Kau bahkan--"


"Apakah kau sebodoh itu untuk menyadari bahwa aku menyukaimu?!"


Aku dibuat bungkam seribu bahasa. Ingin sekali aku membalas ucapannya namun lidahku terasa kelu. Dia menatap dalam kearahku lalu mengacak rambutnya frustasi. "Selamat, kau benar-benar membuatku kacau."


Setelah mengatakan kalimat yang menyayat hatiku, Jacob pergi dari hadapanku, meninggalkan aku yang kini terdiam dengan pikiran yang penuh akan kebingungan. Berkali-kali aku mencoba untuk memejamkan mata dan membukanya kembali berpikir bahwa mungkin saja yang aku alami saat ini adalah mimpi. Namun hampir belasan kali aku melakukannya, yang aku lihat tetaplah sama, yaitu Sara yang berdiri di depanku sembari melipat kedua tangannya di depan dada.


"Aku tidak menyangka kau akan sebodoh ini."


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Last wordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang