Taman yang sering aku kunjungi hari ini terlihat sangat sepi. Langit juga terlihat mendung pertanda bahwa sebentar lagi akan turun hujan.
Saat ini aku dalam perjalanan menuju rumah sakit. Karena tidak membawa mobil hari ini, aku terpaksa pergi menggunakan bus kota dan berhenti dekat taman ini. Rumah sakit tak jauh dari taman ini. Bahkan letak taman rumah sakit dan taman ini hanya dibatasi oleh pagar selutut.
Taman ini mengingatkanku tentang Lira--kembaranku--karena dulu saat masih menduduki bangku SMP, kami sering berkunjung ke taman ini dan bermain biola bersama-sama sambil menghibur orang orang sekitaran taman. Tapi sekarang semuanya telah berubah. Terkadang ketika datang sendirian ke taman ini aku mendengar beberapa orang yang berbicara tentang dua gadis kembar yang sering bermain biola disini.
Tanggapan ku? Aku hanya diam ketika mendengar mereka berbicara soal itu. Itu hanyalah kisah masa lalu yang berakhir tragis.
Cukup lama aku duduk di salah satu bangku taman tersebut tanpa melakukan apapun. Ketika aku memutuskan untuk pergi ke rumah sakit, tiba-tiga nafasku sesak dan dadaku nyeri.
Apapun ini aku sangat berharap jangan terjadi di tempat ini karena siapa yang akan membantuku. Tubuhku melemas dan sesak di dada semakin menjadi-jadi. "Help... " gumamku berupa bisikan dan sialnya tidak ada orang sama sekali.
Mataku mulai berkaca-kaca. Perlahan tanganku mencari obat dalam tas sekolah milikku berharap masih ada obat yang tersisa namun hasilnya nihil. Pandanganku mulai kabur, keringat bercucuran disekitar pelipisku.
Untuk beberapa saat aku pikir aku akan mati hari ini. Namun samar-samar aku mendengar suara yang amat sangat ku kenali. Ini adalah suara Sean. Dia beberapa kali memanggil namaku tapi aku sudah tidak memiliki tenaga bahkan hanya untuk membuka mata.
Detik itu juga aku kehilangan kesadaran. Aku pingsan. Terakhir yang ku ingat adalah kurasakan tubuhku yang di bopong oleh Sean.
🌸
Putih. Itu adalah hal pertama yang aku pikirkan ketika membuka mata. Ruangan serba putih ini terlihat familiar bagiku. Ternyata aku dibawa ke rumah sakit oleh Sean.
Aku langsung mengedarkan pandangan ku ke setiap sudut ruangan untuk mencari sosok pria itu. Senyum tipis tercetak sempurna di wajahku ketika melihat Sean yang sudah terlelap di salah satu sofa dalam ruangan ini.
Ingin sekali aku mengelus rambutnya ketika dia sedang tertidur. Tapi untuk berbicara saja nafasku terasa sesak. Perlahan, tanganku bergerak kearah nakas yang menyimpan beberapa barangku seperti ponsel.
Aku ingin menelpon Sara. Tapi belum sempat aku menyentuh ponsel milikku, tiba-tiba tangan kiriku terasa sangat nyeri sampai hampir tidak bisa digerakkan. Hal itu berhasil membuat barang-barang di atas nakas berjatuhan menciptakan bunyi yang mengganggu tidur Sean.
"Hey, kau tidak apa? " aku mengangguk sebagai jawaban kemudian menerima ponsel yang diberikan olehnya.
Terdengar bunyi menghubungkan dari seberang sana dan tak lama setelah itu suara Sara mulai terdengar. "Aku di rumah sakit. Bisakah kau datang?"
Aku meringis ketika Sara yang tiba-tiba berteriak keras saking terkejutnya. Yah.. Mungkin karena aku yang kembali masuk rumah sakit lagi padahal belum sampai sebulan aku keluar dari rumah sakit waktu itu.
Setelah memberitahu apa saja yang aku butuhkan, sambungan terputus dan aku mengalihkan pandanganku pada Sean yang masih duduk di salah satu sofa dalam ruangan ini. "Kapan kau kembali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Last words
Teen FictionLaurenta morris. Seorang gadis yang kehidupannya terpenuhi karena kedua orang tuanya yang bekerja sebagai pengusaha terbesar di kota london juga seorang kakak laki laki yang tampan, dia sangat muda tersenyum karena hal hal kecil namun kehidupannya t...