🌷02

25 3 0
                                    

Laurent bediri di depan cermin sambil mengenakan jam tangannya.

Bsst...bsst

Begitu melihat siapa yang menelepon Laurent bergegas mengangkatnya "Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Laurent ketus lalu mengambil tasnya yang tak sengaja menyenggol biola dan beberapa kertas musik lamanya. Tiba tiba nafas laurent memburu dan tangannya gementaran "Laurent? Kau bisa keluar sebentar?" Ujar Sean dari telepon dengan nada suara sedikit khawatir, namun Laurent tidak peduli dengan suara sean yang sedari tadi memanggil namanya. Dadanya sesak tidak bisa bernafas, hal itu membuatnya jatuh terduduk sambil menepuk-nepuk dadanya.

Tak lama kemudian terdengar pintu kamarnya terbuka dengan keras dan terlihat sosok sean yang nafasnya terengah-engah sehabis berlari dari depan gerbang rumah laurent, melihat laurent yang jatuh terduduk menghadap biolanya, Sean segera memeluk Laurent dan membalikkan badan gadis itu agar tidak melihat benda itu. Setelah Laurent cukup tenang Sean melepas pelukkannya dan menatap wajahaurent yang merah padam karena malu.

"Kau sakit?" Tanya Sean dan meletakkan tangannya didahi gadis itu yang kemudian terbelalak dan membatu. Astaga kumohon jangan seperti ini!!! Teriak Laurent dalam benaknya memaki jantungnya yang berdegup amat kencang serasa ingin meloncat keluar. "Aku sehat. Sebaiknya aku berangkat sekarang, bye." Laurent bergegas keluar dari kamarnya tapi dengan cepat Sean menggenggam pergelangan tangannya "Aku antar. Okey?"

"Sungguh? aku mau ice cream mint saat pulang nanti. Ayo." dengan riang Laurent berjalan menuruni tangga rumah dan keluar meninggalkan Sean yang berdiri kebingungan "Aku hanya menawarkan pergi ke sekolah bersama tidak dengan pulang bersama." Gumam Sean bingung tapi tersenyum saat mengingat Laurent "Imut" Gumamnya dan keluar.

🌸

"Jemput aku jam 3." Kata laurent sambil turun dari atas motor dan....seperti biasa para gadis di sekolah hanya memperhatikan Sean karena wajahnya dan itu membuat laurent kesal.

"Wow...kurasa sekolah ini akan jadi milikku lagi kalau saja saat itu aku nendaftar disini" Ujar Sean sedikit angkuh lalu melirik gadis yang baru lewat di sebelah mereka yang tak hentinya menperhatikan Sean, begitu mereka berdua bertatapan Sean melakukan mengedipkan mata dan seketika wajah gadis itu berubah nenjadi tomat. Karena kesal Laurent mencubit perut Sean sehingga pria itu meringis sambil cekikikan.

"Okey...okey..aku pergi. Dekatkan wajahmu." katanya sambil mengangkat kedua tangan tanda menyerah. Laurent yang tidak mengerti maksudnya langsung mendekatkan wajahnya dan mendapat satu kecupan dipipinya "Bye" dan langsung menancap gas dengan cepat sebelum Laurent sadar dan memukulnya habis habisan.

Setelah Sean pergi Laurent merasa waktu berhenti sekejap dan dia tidak bisa berbuat apa-apa. "Oh my god!!!!! Who is that boy!" Pekik Luna kegirangan dari depan Laurent dan berlari memeluk gadis itu yang terlihat tidak bernyawa.

Setelah sadar Laurent dan Luna berjalan ke kelas sambil mendengar cerita dari Laurent "Wajahnya sungguh ajaib" Seru Luna. "Apa maksudmu ajaib?"

"Dia bisa menyihir mata para gadis untuk tertuju padanya." Laurent langsung tertawa terbahak bahak mendengar sahabatnya dan memasuki pintu kelas yang langsung disambar Alice "Hei persiapkan dirimu Mrs.Casnof menyuruhmu mengikuti kompetisi bola tenis antar sekolah." Seru Alice sambil menyodorkan pakaian tenisnya dan berbisik "Siapa pria itu?" Bisik alice membuat senyum Laurent mengembang.

"Tanyakan pada Luna." Balas Laurent dan menarik Cloe keluar dari kelas menuju pohon rindang di taman belakang sekolah yang sering mereka kunjungi.

Disana jarang sekali murid-murid datang karena tamannya sedikit mungil jadi mereka lebih sering pergi ke taman depan sekolah yang lebih besar.

Ditaman belakang sekolah biasanya Laurent dan Cloe menghabiskan waktu makan siang, dengan membaca buku, dan bercerita.

Last wordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang