🎻15

9 2 0
                                    

Jacob melangkah kearahku dengan tatapan tajam. Aku menelan saliva ku dengan susah payah. Sungguh aku sangat takut sekarang walau aku bingung kenapa bisa bertingkah seperti ini.

Tubuh jangkung milik Jacob semakin mendekat. Aku memejamkan mataku karena tidak ingin melihat wajah mengerikannya saat ini.

"Pulang. "

Hanya satu kata namun sangat berdampak bagi tubuhku yang seketika lemas karena nada suaranya yang terbilang memerintah.

"Aku masih mau disini. "

Entah darimana keberanian ini muncul tapi bibirku seolah-olah berbicara tidak sesuai dengan otakku.
Rahang jacob mengeras begitu mendengar penuturanku. Kalau kalian ingin tahu, saat ini jantungku berdebar amat sangat kencang. Pria dihadapanku ini entah kenapa terlihat begitu tampan walaupun sedang marah.

"Pulang sekarang atau kau ku seret keluar dari tempat ini. "

Saat itu aku berniat membantah namun begitu menyadari tatapan matanya yang semakin tajam aku segera meng-iyakan suruhannya.

Sesampainya di tempat teman-temanku duduk aku tersenyum canggung kearah mereka yang ikut melakukan hal yang sama padaku. Baru saja aku ingin pamit pada mereka, luna terlebih dahulu memotong ucapanku.

"Laurent? Kenapa kau datang ke club sendirian? Seharusnya kau mengajak kami untuk menemanimu. "

Aku mengernyit mendengar perkataannya dan berusaha untuk mencerna dengan baik. Apakah dia sengaja agar aku terlihat bersalah disini? Sial!

"Tas ku ketinggalan." hanya itu yang ku katakan dan segera mengambil barang tersebut sambil tersenyum miring melihat mata Luna yang hampir keluar dari tempatnya.

Tanpaku sadari aku berjalan keluar dari club tersebut sambil menggengam tangan Jacob. Sesampainya ditempat parkir, langkahnya terhenti tepat di depan mobil hitamnya. Karena merasakan hal itu, akupun ikut berhenti.

"Kenapa kau pergi ke club malam ini?"

"Bukan urusanmu."

Jacob mengernyit. Dia terlihat kesal, entah apa yang mengganggu pikirannya hari ini tapi sepertinya aku baru saja mengeluarkan kalimat yang tidak seharusnya ku ucapkan.

Perlahan dia melangkah mendekatiku yang mundur ketika jarak diantara kami semakin menipis. Dia menunduk seraya menatapku dalam -dalam. Seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Dari sekian banyak orang kenapa harus--"

Aku semakin dibuat bingung olehnya. Sebenarnya apa yang ingin dia bicarakan?

"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku kalau kau adalah kembaran Lira? " Aku tercengang mendengar perkataan Jacob. Dia menatapku dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Seketika pikiranku jadi kacau. Yang dapat ku pikirkan saat ini adalah bagaimana Jacob tahu tentang aku dan Lira, juga apa hubungannya dengan Lira.

"Dimana dia sekarang?"

Mataku mulai berkaca-kaca. Nafasku tercekat ketika pertanyaan itu terlontarkan. Aku benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Haruskah aku menjawabnya dengan jujur atau dengan sedikit kebohongan?

"Aku mau pulang."

Hanya itu yang bisa aku katakan padanya. Seharusnya dia tahu kalau aku sedang tidak ingin membahas hal tersebut.

Aku akhirnya bisa bernafas lega ketika Jacob memilih untuk masuk kedalam mobil. Dia terlihat tidak puas dengan jawabanku akan tetapi untuk hari ini dan beberapa minggu atau bulan berikutnya dia harus bersabar.

Last wordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang