Sudah lebih dari satu minggu setelah kematian kakek laurent, gadis itu memilih mengurung diri didalam kamarnya sendirian,mogok makan, diajak bicara pun tidak akan ditanggapi sama sekali. Bisa dibilang laurent terlihat seperti orang yang depresi berat....atau dia memang sedang depresi? Kadang disaat malam hari laurent akan bangun dan tiba-tiba saja menangis terisak-isak membuat alex kalang kabut diluar kamar adiknya itu karena takut laurent akan berbuat hal yang bodoh.
"Halo...jacob" lirih laurent saat mendengar sambungan teleponnya sudah terhubung dengan jacob diseberang sana "laurent, kenapa? Kau tidak bepikir untuk berbuat hal aneh kan?" Tanya jacob dengan suara yang terdengar sedikit waspada apabila gadis yang sedang meneleponnya berbicara hal yang tidak-tidak dia akan segera melajukan mobilnya kesana. Terdengar laurent terkekeh sebentar kemudian hening sejenak "temani aku ke makam kakekku mau?" Tanya balik laurent dengan nada suara seperti biasanya gadis itu bicara. Jacob yang mendengar hal itupun langsung bernapas lega. Akhirnya laurent mau keluar dan memilih menjadi laurent yang semua orang kenal "aku segera kesana" setelahnya sambungan terputus dan laurent menghela nafas dengan berat, entahlah hanya saja pikirannya masih sedikit kacau dan masih membenci mamanya karena kejadian minggu lalu ditambah lagi dirinya yang tanpa sadar membawa-bawa nama lira kedalam perdebatan itu tanpa menyadari bahwa mereka sedang di kerubungi banyak orang.
Dua puluh menit kemudian jacob sudah tiba dirumah laurent dengan kaos hitam putih, celana hitam panjang,juga sepatu kets. Laurent turun ke lantai bawah dan mendapati jacob sedang duduk di salah satu sofa ruang tamu dan berbincang dengan alex. Sesekali pria itu tertawa canggung saat alex bertanya 'kenapa akhir-akhir ini kau pergi dengan adikku?' laurent terkekeh dalam hati lalu menghampiri keduanya yang entah sedang membicarakan apa. "Ayo!" Ujar laurent mengejutkan alex juga jacob yang sontak bangkit dari sofa dan balik menatap laurent "lain kali jangan seperti itu. Ayo" ujar jacob dan menarik tangan laurent keluar dari rumah gadis itu hal yang baru daja jacob lakukan sontak membuat wajah laurent merona "emm...kau--"
"Naik. Hari ini aku akan jalan bersamamu seharian karena kau sudah terlalu lama didalam kamar." Jelas jacob panjang lebar, mau tidak mau gadis itu mengedikkan bahu tidak peduli lalu naik ke atas motor jacob "kenapa harus motor?"
"Aku tidak ingin kau terkurung di suatu ruangan sepanjang perjalanan" jelasnya lagi membuat laurent memutar bola mata dengan malas "kau banyak bicara hari ini" protes laurent yang tidak ditanggapi oleh jacob yang langsung melajukan motornya menuju makam kakek laurent.
Sesampainya disana laurent turun dari atas motor sport milik jacob kemudian duduk di samping batu nisan kakeknya, dan sesekali gadis itu menyeka airmatanya yang tiba-tiba saja jatuh membasahi pipi. "Aku akan baik-baik saja kan?" Tanya laurent tiba-tiba pada dirinya sendiri namun dijawab oleh jacob "tentu saja" kali ini kalimat jacob akhirnya mampu mengukir seulas senyuman ceria diwajah laurent. Rasanya sangat aneh melihat laurent yang biasanya seorang gadis yang periang, ramah, juga sedikit gila itu berubah murung dan irit bicara padahal biasanya gadis itu sangat cerewat dan bisa-bisa saat dia bercerita orang yang mendengarnya tidak akan sempat menanggapi cerita tersebut, tak lama kemudian seulas senyum ikut terukir diwajah jacob dan mampu membuat laurent tertegun tanpa bisa mengalihkan pandangannya dari wajah pria dihadapannya ini, pada akhirnya hari ini laurent resmi mengagumi pahatan wajah jacob yang begitu sempurna ditambah lesung pipinya yang terlihat manis saat ia tersenyu--gadis itu mengerjap beberapa kali kemudian terlihat kernyitan didahinya seolah ia sedang berpikir keras "dasar bodoh apa yang baru saja kau pikirkan" gumamnya berupa bisikkan yang langsung menarik perhatian jacob "kau bilang apa barusan?"
Laurent menggeleng dengan cepat kemudian segera bangkit berdiri dan berlari menjauhi jacob yang masih menatapnya dengan bingung.
"Aduh!!"
"Nala? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya jacob sembari mengulurkan tangannya agar membantu nala yang barusan jatuh terduduk di hadapannya. Gadis dihadapan jacob itu tersenyum manis melihat uluran tangan dari jacob dan segera menerimanya, sedangkan laurent yang melihat adegan mesra tersebut mengernyitkan dahi dan juga ia kesal? Ini membingungkan baginya tapi adegan yang baru saja ia lihat sangat menyebalkan ditambah tatapan jacob yang menatap lembut kearah nala membuat amarahnya memcapai ubun-ubun. Tanpa hitungan detik laurent berjalan kearah kedua orang itu dan melepas genggaman keduanya ditambah deheman yang dibuat-buat "hai nala! Senang bertemu denganmu disini" sapa laurent dan segera menggandeng tangannya ke tangan jacob. Nala yang melihat hal tersebut pun menatap sinis laurent sekilas kemudian memaksakan senyumannya tanpa berniat membalas ucapan laurent, "apa yang kau lakukan?lepaskan" geram jacob berupa bisikan tajam di dekat telinga laurent yang membuat senyum paksa gadis itu semakin melebar dan mengeratkan gandengannya pada tangan jacob.
"Nala apa kau mau ikut jal--" belum selesai bicara laurent segera memotong perkataan jacob dengan nada penuh penekanan.
"Kau bilang apa? Kau dan aku akan jalan seharian berdua saja" ujar laurent dan menekan kata berdua seraya menatap nala dengan sebelah alis terangkat. Yah seperti dugaannya nala hanya tersenyum kikuk kemudian berjalan meninggalkan mereka dengan hati dongkol, sedangkan jacob menatap tajam kearah gadis pendek dihadapannya saat ini "kenapa kau melakukan itu?" Tanya jacob sambil membungkukkan tubuhnya karena tubuh laurent yang pendek dan alhasil hal tersebut pada akhirnya mengikis jarak diantara mereka. Namun entah bagaimana laurent dengan mudahnya menyembunyikan ekspresi gugup plus terkejut saat jacob menunduk dan merubah ekspresinya menjadi cemberut.
"Kau tidak pernah menatapku selembut itu?" Sebelah alis jacob terangkat karena bimgung dengan maksud gadis mungil didepannya ini. "Jadi?" Mendengar balasan jacob, laurent akhirnya bingung sendiri kenapa ia jadi seperti ini.
"Yah gitu" ujarnya sedikit tergagap.
"Dasar pendek" ejek jacob membuat laurent cemberut dan melipat kedua tangannya didepan dada seperti anak kecil "pendek lebih cocok saat berjalan dengan pria jangkung" mendengarnya pun akhirnya reflek membuat jacob tertawa dan mengacak rambut laurent dengan gemas. "Kau baru saja menyindir Nala?"
"Siapa bilang?!!" Bentak laurent secara tiba-tiba dengan mata melotot akhirnya membuat jacob tersentak dan hampir setengah berlari menjauh dari laurent.
🌸
Entah kejutan menyenangkan apa hari ini yang membuat gadis bertubuh pendek juga bersurai panjang itu berlari dengan senyuman merekahnya menuju kelas jacob. Namun setelah sampai di depan kelas jacob, senyuman gadis itu pudar saat melihat bangku pria itu kosong, hal tersebut berhasil menimbulkan kernyitan di dahi laurent kemudian clingak-clinguk mencari keberadaan jacob dan pada akhirnya ia menyerah dan berbalik menjauhi kelas jacob dan berjalan melewati koridor barat hingga dua sosok di depan lorong menuju taman belakang sekolah menghentikan langkahnya. Itu.....jacob dan nala!! What the hell! Apa yang mereka lakukan dengan keadaan seserius ini? Laurent akhirnya mulai berpikir keras kemudian satu kalimat yang keluar dari mulut nala pada akhirnya mampu membuat gadis mungil itu terdiam dan mendengarkan pembicaraan kedua orang itu dengan seksama.
"Kenapa kau dekat dengan laurent akhir-akhir ini?" Tanya nala di tengah lorong yang sepi itu dan koridor yang memang sudah kosong karena murid-murid seluruhnya pergi ke kelas dan kantin.
"Jadi?" Tanya balik jacob yang mampu membuat laurent manahan tawa dibalik tembok tempat ia bersembunyi sekarang. Jacob pria bodoh itu sungguh tidak tau apa yang baru saja ia katakan sangat berdampak buruk.
"Kau menyukainya kan?" Tuduh nala membuat laurent yang tertawa pelan segera mematung di tempatnya. Rasanya ia ingin berlari dan membiarkan dirinya tidak tau jawaban apa yang keluar dari mulut jacob namun entah kenapa tubuhnya saat ini snagat susah untuk di ajak kompromi. Setelah hening beberapa saat akhirnya terdengar tawa jacob yang terdengar sinis? Entahlah apa pun itu.
"Yang benar saja aku menyukai gadis menyedihkan dan terlihat seperti ingin mati itu" hanya dengan kalimat itu laurent tertegun di tempatnya dan bahkan tidak mendengar lanjutan pembicaraan keduanya dan pada akhirnya ia kembali kaku saat mendengar langkah kaki mendekati tempatnya bersembunyi dan seperti dugaannya jacob tercengang saat melihat laurent sedang menatapnya dengan tatapan kosong. "H-hei jangan salah paham dulu aku t..tidak bermaksud--"
"Aissh sialan. Laki-laki bodoh! Apa kata mu?" Bentak laurent sekaligus mendaratkan pukulan di kepala jacob yang alhasil membuat pria itu meringis sembari mengusap-usap kepalanya juga menatap gadis pendek dihadapannya ini dengan bingung, karena ia pikir laurent mungkin akan menangis saat mendengar semuanya. "Kau bilang aku menyedihkan?!ingin mati?! Wow luar biasa!" Bentak laurent seraya menepuk tangan seolah-olah ia kagum mendengar perkataan jacob tadi. "Okey aku minta maaf bodoh!" Ujar jacob setengah berteriak
"Fine! Jadi begini caramu bermain?aku ikuti alurnya!" Kemudian lairent berlalu begitu saja dari hadapan jacob yang kbali bingung "apa yang dia bicarakan?bukan kah tidak nyambung?"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Last words
Teen FictionLaurenta morris. Seorang gadis yang kehidupannya terpenuhi karena kedua orang tuanya yang bekerja sebagai pengusaha terbesar di kota london juga seorang kakak laki laki yang tampan, dia sangat muda tersenyum karena hal hal kecil namun kehidupannya t...