🎻03

25 3 0
                                    

Gadis itu berdiri didepan rumah Luna dengan perasaan khawatir yang mulai merasuki seluruh tubuhnya seakan-akan sesuatu yang buruk akan terjadi. Laurent menggeleng untuk menjauhi perasaan itu dan berjalan memasuki rumah Luna dengan membawa tas biolanya. Begitu memasuki rumah sahabatnya itu, matanya menangkap sosok Luna sedang melambaikan tangan ke arahnya.

"Apa yang terjadi. Kau bilang akan datang menjemput." Bisik Laurent geram pada Luna yang memaksa untuk tertawa

"Maaf mobilku disita." Jawab Luna dengan perasaan bersalah. Laurent memutar bola matanya dan mendengus kesal. "Fine. Kapan aku mulai?" Tanya gadis itu. Luna menjentikkan jari kemudian menariknya menjauh dari kerumunan "Sebentar lagi. Jangan biarkan ayah dan ibu melihatmu." Laurent mengangguk mengerti dan melirik kearah ayah dan ibu Luna yang sedang berbincang-bincang dengan para tamu undangan. Untuk pesta seperti ini biasanyanya diadakan di hotel mewah, namun orang tua luna memilih untuk merayakan ulang tahun pernikahan mereka di rumah sendiri karena rumah mereka yang tak kalah besar seperti hotel. "Laurent sudah saatnya." Ujar Luna kemudian Laurent memainkan biolanya, mendengar suara biola yang begitu indah semua tatapan orang hanya terpaku padanya. Dengan sangat tenang ia menggesek biola yang mengeluarkan bunyi merdu.

🌸

Jacob baru sampai ke rumah saudari perempuan ibunya yang merayakan ulang tahun pernikahan ke 25 mereka, begitu masuk kedalam wanita paruh baya itu langsung berlari kearahnya dan memeluk erat erat dirinya "Jacob, kau tumbuh dengan baik sayang." puji adik ibunya seraya menyodorkan sampanye. Saat ingin menolak bunyi merdu membuat semua orang yang berada di ruangan itu tatapannya terpusat pada seorang gadis yang memainkan biolanya dengan santai dan tenang.

Entah kenapa gadis itu telihat familiar dengannya. Jacob mengerutkan alis untuk mengingat dan sesuatu terlintas di benaknya, gadis itu Laurent.

Dia terlihat sangat anggun dengan balutan dress berwarna biru gelap yang ia kenakan saat ini ditambah lagi kulitnya yang putih terlihat sangat cocok menggunakan dress itu. tak lama gadis itu berhenti dan semua orang bertepuk tangan untuknya kecuali Jacob yang langsung mengalihkan pandangannya saat mereka hampir bertatapan. Tantenya berjalan dan memeluk Laurent untuk berterima kasih setelah itu kembali ke para tamu undangan lainnya.

Jacob berjalan kearah meja yang menyajikan makanan dan minuman di sudut ruangan, ingin mengambil segelas sampanye tapi tangannya berhenti saat melihat gadis di depannya yang berdiri membelakanginya kemudian meneguk habis tiga gelas berisi sampanye.

"Apa kau sudah benar-benar cukup umur untuk itu?" Laurent menoleh kebelakang dan langsung tersenyum gembira "Jacob. Apa yang dilakukan berandalan sepertimu dipesta ini?" Ujar gadis itu sedikit mabuk padanya, Jacob tau gadis itu sedang gementaran entah kenapa ia tidak tahu tapi yang jelas wajah gadis itu pucat sehabis memainkan biola. "Ck. Kau mabuk." Aku Jacob dan menahan gadis itu saat ingin mengambil segelas sampanye lagi.

"Hei. Dasar kau kunyuk mesum, aku tidak mabuk aku hanya sedikit pusing." Jacob berdecak kesal dan clingak-clinguk tak jelas kearah kerumunan untuk mencari Luna. "Hei." Panggil Laurent sambil tersenyum lebar pada Jacob yang kini menatapnya kesal. Kalau saja Laurent adalah pria dia sudah menonjok wajah kecil itu dari tadi.

"Kau memgikutiku sampai kesini?sesuka itukah kau padaku sampai harus menguntitku sampai kesini. Hah, dasar hidung belang." Laurent terus berceloteh tapi jacob tidak peduli dan menghampiri Luna yang tengah berbicara dengan kedua orang tuanya.

"Sahabatmu mungkin sudah gila sekarang." Sambil menunjuk kearah Laurent yang meneguk segelas sampanye lagi. Luna menatap curiga kearah Jacob "kenapa baru sekarang kau beritahu?" Omel Luna kemudian menghampiri sahabatnya itu.

Last wordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang