🍀01

36 4 0
                                    

Gadis itu mengendap endap melewati ruang tamu yang gelap akibat lampu yang sudah dimatikan sejak tadi, yah tentu saja karena jam telah menunjukan pukul 23.20 malam semoga tidak ketahuan kalau tidak aku akan tamat gumam laurent dalam benaknya.

"Darimana saja kau?" Suara berat Alex dari sudut ruang tamu yang gelap membuat Laurent melompat terkejut dan segera berbalik menghadap Alex yang menatapnya dengan tatapan menerawang sambil melipat kedua tangan didepan dada.

"Kau tidak ingin menjawab?" Tanya Alex sekali lagi dan kali ini wajahnya berubah semakin serius, Laurent menelan ludah dengan susah payah kemudian membuka mulut untuk menjawab namun entah kenapa suaranya tidak terdengar jelas. Mendengar jawaban laurent yang terdengar seperti gumaman kecil dahi Alex berkerut,lalu sekali lagi laurent berdeham "Aku ke spa bersama Sara" ulang Laurent dan memaksakan seulas senyumannya yang tentu saja tidak terlihat dipaksakan

"Kau tidak tau sudah jam berapa sekarang? Dan tentu saja kau tidak hanya dengan Sara" tuduh Alex yang kini membuat Laurent marah, sejak kapan Alex peduli dengan jam pulang laurent? Mereka bahkan tidak peduli laurent akan pulang atau tidak. Tanpa menjawab laurent melewati Alex dan berjalan lurus ke dalam kamarnya "Hei kau mau kemana?!" Kali ini suara Alex meninggi akan tetapi Laurent tidak peduli dan langsung membanting pintu kamar dan tidur.

Keesokkan harinya....tok..tok..tok "Nona Laurent, sarapan sudah siap." ujar Lara-- pengurus rumah--dari balik pintu kamar Laurent. "Aku segera ke sana!" Teriaknya sambil memasukkan buku pelajaran kedalam tas dan bergegas turun ke bawah. Seperti biasanya rumah sudah sepi dan tidak ada orang lagi yang duduk dimeja makan selain Alex. Orang tua mereka terlalu sibuk untuk meluangkan waktu sarapan, makan siang, dan makan malam bersama dan terkadang mereka merasa amat sangat canggung dengan orangtua mereka sendiri karena alasan yang sama pastinya. Laurent meletakkan tasnya di samping kursi dan memakan pancake madu tanpa bersuara sedikit pun, dia tau kalau Alex sedang menatapnya dan itu artinya dia ingin melanjutkan percakapan itu, laurent bahkan bingung dengan tingkah lagu kakaknya ini, sejak kapan dia begitu peduli dengan Laurent dan satu lagi beberapa hari ini Alex selalu bersikap menjadi seorang kaka yang amat sangat protektif padanya dan membuatnya kesal setengah mati.

"Alex kumohon ini masih sangat pagi untuk berdebat" ucap Laurent malas sebelum Alex sempat berbicara "Aku hanya ingin tahu kau pergi dengan siapa sehingga pulang selarut itu." Laurent memutar bola matanya dan mendesah, apakah ia harus ulangi lagi jawabannya semalam? Ini sangat tidak penting untuk diperdebatkan "Kau tau ayah dan ibu sangat khawatir kau belum pulang padahal sudah jam 22.00?"

"Kau juga tau betapa khawatirnya aku."

"Sejam kapan kalian khawatir?" Tanya laurent dengan alis berkerut.

"Laurent aku berbicara demi kebaikanmu." Jawab Alex dengan nada suara semakin meninggi, itu membuat wajah laurent merah padam karena kesal.

"Kebaikan?"

"La-"

"kebaikan katamu? Kalian bahkan tidak peduli saat aku pulang!"

"laurent hentikan bicaramu." tegur alex menahan amarah.

"Apakah kalian bahkan peduli saat aku sendirian dan sakit?! Tidak pernah!"

"Laurent kubilang hentikan!" Bentak alex membuat mata laurent membelalak terkejut dengan wajah merah padam karena marah dan langsung mengambil tasnya lalu berangkat ke sekolah tanpa memedulikan alex yang memanggil namanya.

Disepanjang perjalanan dia mencaci maki kakaknya karena menghancurkan harinya pagi ini dia jadi malas pulang ke rumah dan tempat paling nyaman baginya adalah sekolah dan rumah kakak sepupunya Sara, dengan berada di sana dia tidak merasa tertekan. Jika dia berada dirumah itu artinya hanya akan dipaksa belajar, dimarahi karena nilai bodoh yang hanya turun 0,5 saja dan dipaksa mengikuti les piano padahal dia menyukai Ballerina dan biola tapi ayah, ibu, dan kakaknya membantah kalau ballerina dan biola adalah hal terkonyol yang pernah ada.

Last wordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang