Hari jumat. Hari paling menyenangkan bagiku karena...entahlah aku seringkali menyukai sesuatu tanpa alasan, atau mungkin aku bingung dengan alasannya sendiri. Kemarin aku berbaikkan dengan kedua orangtua ku dan itu membuat hari jumatku semakin menyenangkan dan hari ini aku akan berkencan dengan sean, tapi sebelum itu aku harus mencari jacob dan memberitahunya kalau aku berbaikkan dengan orangtuaku maka dari itu saat ini aku sudah berdiri di depan kelasnya. Aku mengintip kedalam kelas pria bodoh itu tapi anehnya jacob tidak terlihat didalam kelasnya "william!" Panggilku begitu melihat salah satu teman jacob yang sering bersamanya, baru saja william menoleh dan berniat menyapa aku merasa tubuhku ditarik ke belakang dengan kasar.
"Siapa yang--" mataku terbelalak begitu melihat jacob sedang menatapku dengan tatapan dinginnya yang tidak biasa. senyumku mengembang saat melihat dia yang terlihat seperti menunggu aku berbicara "hei..emm aku punya kabar gembira"
"Aku--"
"Apa? Bahwa kau baru saja melukai siku kiri nala?" Sekali lagi aku dibuat terkejut olehnya. Dahiku berkerut bingung tidak mengerti dengan apa yang dibicarakannya, nala? Siku kiri? "yang ku maksud bukan--" "diam. Kau jelaskan di taman belakang sekolah" potongnya kemudian menarikku dengan kasar ke taman belakang sekolah. Air mataku menggenang karena sakit di siku kiriku yang sedang dicengkram oleh jacob.
Begitu sampai di taman belakang sekolah jacob melepas cengkramannya namun tetap melemparkan tatapan tajam dan menuduh padaku, sekarang aku baru sadar arti perkataan nala kemarin ditempat ini, ternyata yang ia maksud adalah dia akan bersandiwara dengan cara berpura-pura terluka dan mengatakan bahwa lukanya disebabkan oleh...aku! Gadis sialan itu sepertinya suka sekali bersandiwara.
"Kenapa kau melukai nala?" Tegasnya sekali lagi padaku yang langsung buyar dari lamunan.
"Dia berkata bahwa aku menjambak rambutnya, mendorongnya, dan berakhir dengan sikunya sobek?" Tanyaku pada jacob yang berjalan ke depan dan mencengkram tepat pada luka di tanganku dan bisa kurasakan lukanya terbuka lagi "aku bertanya kenapa kau melakukannya?" Geramnya yang membuat cengkraman di tanganku semakin menguat membuat airmataku kembali menggenang dan bisa ku pastikan bisa jatuh kapan saja "sakit. Lepaskan genggamanmu" gumamku dengan suara bergetar menahan sakit yang semakin menjadi-jadi tapi dari tatapan wajah jacob bisa kulihat dia menolak mentah-mentah untuk melepas cengkramannya.
"kau sama saja dengan dia." Jacob menatapku dengan bingung sambil menaikkan sebelah alisnya.
"kupikir kau berbeda tapi kau sama saja dengan yang lainnya. Cuma mendengar dari satu sisi! Aku memcarimu karena ingin memberitahu bahwa aku berbaikan dengan orangtua ku!" Cengkramannya mulai mengendur dan dengan sekali hentakkan aku menarik tanganku dan menyembunyikannya dari pandangan jacob agar ia tidak melihat tanganku.
Aku berlalu dari hadapannya dan berlari menuju uks. Sesekali aku meringis karena perih dari luka di siku kiriku "laurent!" Langkahku terhenti saat mendengar suara sean memanggil namaku dari belakang, dan ternyata benar saat aku menoleh ke belakang sean sudah berada tepat dihadapanku dan menarik tangan kiriku sambil menatapnya dengan seksama. "Apa yang terjadi?" Tanya sean padaku sembari menggulung lengan sweterku keatas sehingga terlihat perban yang basah karena luka di siku kiriku terbuka semakin lebar. "Dimana jacob sekarang?"
"Bagaimana kau--"
"Dimana dia laurent?!" Aku sedikit terlonjak kaget karena suara sean yang meninggi di tengah koridor sekolah membuat beberapa siswa yang lewat menatap kami bingung. Baru saja sean akan berjalan kearah taman belakang sekolah, dengan cepat aku menarik tangannya "kau mau apa sekarang?! Berkelahi? Kemarin hidung hampir patah dan sekarang kau mau mencari masalah lagi. Sebenarnya apa masalahmu!" Aku menangis saat itu juga seperti anak kecil, bukannya menangis karna sean ingin berkelahi tapi tanganku sungguh sakit sampai tidak bisa ku tahan lagi dan sekarang aku yakin seratus persen sean menatapku dengan wajah kebingungan "kau kenapa?" Pertanyaan itu membuat tangisku semakin menjadi-jadi ditengah koridor, untungnya sekolah sudah mulai sepi jadi aku tidak perlu menahan malu "tanganku sakit bodoh!"
"Dan kau menangis" ujarnya membuat kekesalan ku mencapai ubun-ubun.
"Sean!!!!kau menyebalkan!" Teriakku dan membuatnya tertawa kemudian membawaku ke uks untuk mengobati tanganku.🌸
Taman bermain hari ini di isi cukup banyak orang. Sebagian besarnya anak kecil yang datang bersama orang tua mereka, sedangkan aku datang bersama si bodoh sean--lebih lengkapnya si bodoh,si ceroboh, si keras kepala, dan si tampan sean. "Sial apa yang baru saja aku pikirkan" gumamku pelan begitu buyar dari lamunan. Ini semua karena sean yang entah kemana dia selama setengah jam ini hanya untuk mencari camilan kami--atau mungkin dia jadi ikut membantu mengolah bahan. Tak lama kemudian dia datang membawa satu bungkus kecil keripik kentang?!
"Demi tuhan! Selama satu jam kau meninggalkanku dan yang kau bawa satu bungkus kecil keripik ini?!" Sean tersentak lalu tersenyum jahil kearahku sembari mengacak-acak rambut ku sampai berantakan, lalu beralih ke pipiku dia mulai mencubitnya hingga merah "hari ini hari yang buruk" keluhku lalu menepis tangan sean dari wajahku.
Matahari mulai terbenam, lampu-lampu jalanan yang berjejer di pinggir taman menyala mengeluarkan cahaya kekuningan. Aku sengaja menyuruh sean menurunkanku disini walaupun pada akhirnya aku harus melewati perkelahian kecil dengan si keras kepala sean tapi syukurlah diakhir perdebatan dia mau mengalah dan pergi begitu saja, akan tetapi pria bodoh itu tidak pergi juga sampai sekarang dia masih bersembunyi di seberang taman yang lampunya rusak sehingga tidak ketahuan. Aku mendengus lalu dengan suara yang dibuat-buat agar terdengar olehnya aku menoleh "kalau kau belum pergi juga aku benar-benar akan marah!" Tepat pada saat itu juga dia menghidupkan motornya dan berhenti didepanku "kau yakin mau disini?" Aku memutar bola mata dengan malas, entah keberapa kalinya dia bertanya seperti itu aku bahkan sampai malas menjawabnya.
"Jawabanku tetap sama" aku tersenyum begitu melihat sean menghela nafas panjang dan terlihat lelah menghadapi diriku yang keras kepala akhirnya, aku menyerah "Baiklah. Antar aku pulang" ujarku padanya yang langsung menyalakan mesin motor kesayangan miliknya.
Seperti biasanya diperjalanan pulang semuanya hening dan hanya ditemani oleh suara deru angin kencang, juga kendaraan di sepanjang perjalanan. Tidak satu pun diantara kami yang berani membuka topik untuk berbicara. Aku menggigit bibir bagian bawah, mencoba untuk memikirkan topik pembicaraan namun otakku benar-benar kosong sekarang.
"Laurent!"
Aku tersentak karena suara sean yang memanggilku dengan keras dan setelah sadar, ternyata kami sudah di depan rumahku. Dasar bodoh!! Teriakku dalam benak kemudian turun dari motor dan bergegas pergi dari hadapan sean tak lupa berterima kasih. Tapi lagi-lagi langkahku terhenti akibat tangan sean yang menahan pergerakanku.
"Dengarkan dengan cermat apa yang ku katakan ini" ujarnya
"Aku menyukaimu"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Last words
Teen FictionLaurenta morris. Seorang gadis yang kehidupannya terpenuhi karena kedua orang tuanya yang bekerja sebagai pengusaha terbesar di kota london juga seorang kakak laki laki yang tampan, dia sangat muda tersenyum karena hal hal kecil namun kehidupannya t...