🎻10

7 2 0
                                    

"apa yang membuat ayah berani membuatnya kembali memainkan barang sialan itu?!!" Teriakkan Mom pada kakek yang bisa ku dengar dari teras depan rumah, aku meremas dan memainkan ujung rokku sendiri karena nafas yang mulai sesak mendengar perdebatan didalam rumah. "Jaga mulutmu! Barang yang kau bilang sialan itu adalah barang yang sangat disayangi salah satu putrimu sendiri yang masih tersisah!!"

"Maka dari itu berhenti menghasutnya untuk memainkan benda terkutuk itu!!!!"

Deg

Jantungku serasa berhenti seketika begitu mendengar kalimat terakhir yang keluar dari mulut kakek. Okey, tak bisa ku tahan lagi karena airmata yang mulai membendung dan nafas yang sesak membuatku berlari masuk kedalam mobilku yang terparkir rapi di dekat gerbang keluar, tanpa bisa di cegah airmataku jatuh tanpa seizin dari diriku sendiri dan sialnya tak mau berhenti *kalau kau menangis artinya kau adalah gadis yang lemah* perkataan itu kembali terngiang-ngiang di benakku. Rasanya sangat ingin berteriak sekeras mungkin agar mereka semua tau kalau bukan mereka saja yang menderita.

Drrt...drrt...drrt

Secepatnya aku menyeka airmata yang membasahi pipi dan merogoh saku tas yang berisikan ponsel yang berdering menandakan ada panggilan masuk sekaligus nama 'jacob' yang terpampang jelas di layarnya.

"Halo"

"Bagaimana kompetisimu kemarin?lancar?" Aku tersenyum kecut mendengar pertanyaan jacob dari seberang sana. "Lancar. Aku mendapatkan posisi kedua dan itu memuaskan" kudengar jacob terkekeh kemudian memilih memutuskan sambungan. Aku menaruh handphoneku di sembarang tempat dan hendak menyalakan mobil tiba-tiba teriakan Mom membuatku terdiam "AKU MEMBENCI AYAH!!" Teriakkan Mom sangat kuat hingga terdengar sangat jelas untukku yang sudah berada di dalam mobil. Tidak ingin membuang waktu aku menyeka airmata yang tiba-tiba turun tanpa seizinku dan berangkat ke sekolah.

Aku duduk di dalam kelas sambil menelungkupkan wajahku di atas meja tanpa berniat keluar menuju kantin. Ya kalian benar sekarang adalah waktunya istirahat dan entah untuk ke berapa kalinya luna,cloe,juga alice bertanya kepadaku 'apakah kau ingin ke kantin?' Tapi jawabanku selalu gelengan kepala dan kembali pada pikiranku sendiri. Tak lama kemudian kurasakan rambutku ditarik oleh seseorang dan sontak aku mendongak lalu mendapati jacob yang sedang menatapku sambil tersenyum jahil. "Kau sangat cantik hari ini" pujinya membuat sebelah alisku terangkat.

"Apa yang kau inginkan?" Sekali lagi jacob menunjukkan cengiran bodohnya padaku yang masih menunggu jawaban.

"Bisakah kau datang kerumahku hari ini? Ibuku beberapa hari yang lalu melihat kita berdua jalan-jalan dan ingin bertemu denganmu" aku melongo tak percaya dan segera menggeleng membuatnya menunjukkan wajah memelasnya itu seolah-olah akan mati hari ini "ibuku sangat mengerikan saat marah" aku menghela nafas panjang kemudian menyetujui hal tersebut.

Sepulang sekolah kami berdua pergi menuju rumah jacob. Pria bodoh tak peka yang saat ini sedang memboncengku menggunakan motor sportnya dengan kecepatan cukup tinggi membuatku kesal setengah mati karena disuruh pegangan yang erat "jangan berharap. Aku hanya takut badanmu yang kurus itu ditiup angin" itulah kalimat yang keluar dari mulut jacob saat aku menolak untuk pegangan. Jika kalian bertanya apa aku ingin mengumpat? Ya. Apa aku kesal dan ingin melemparnya kedalam sungai di venecia? Jawabannya Ya sangat ingin, kalau dipikir-pikir kenapa tuhan mau menciptakan manusia seperti dia?

"Ehem!segitu inginnya kau memelukku?" Seketika aku melepas pelukkanku dan memukul pundaknya membuat dia terkekeh. Aku turun dari atas motornya sambil menunggu jacob melepas helm full facenya yang secara otomatis membuat rambutnya urak-urakkan seperti habis bangun tidur, demi tuhan penampilan jacob saat ini sangat menggemaskan dan imu--aku mengerjap menyadari apa yang baru sajaku katakan dalam benakku sendiri. Kalau sampai jacob mengetahui apa yang aku pikirkan sekarang mungkin dia akan sangat besar kepala.

Last wordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang