Sean berjalan santai melewati koridor SMA OXFRD sembari memasukan tangan sebelah kedalam saku celana sedangkan tangan satunya memegang kantung plastik berwarna putih berisi beberapa makanan dan minuman yang tak perlu disebut untuk siapa semua makanan dan minuman tersebut, sesekali ia meringis saat tak sengaja menyenggol luka diwajahnya menggunakan tangan. Tak lama kemudian terlihat kelas laurent semakin dekat dan setelah berada diambang pintu ia mengetuk beberapa kali sehingga semua mata tertuju padanya, beberapa dari siswa menatapnya bingung lalu sisanya menatap sinis karena tahu asal sekolahnya. Salah satu teman laurent datang dengan wajah merah merona dengan gerakan tubuh yang sedikit kikuk "kau pasti mencari laurent. Aku cloe sahabatnya" seraya mengulurkan tangan pada sean yang menaikkan sebelah alis kemudian mengangguk lalu menjabat tangan cloe. "sean. Emm...dimana dia?" cloe menoleh kebangku kosong laurent lalu teringat akan sesuatu yang baru saja terjadi membuat semua orang heboh didalam kelasnya. "dia berada di ruang UKS, tadi sempat pingsan-" belum selesai berbicara sean berlari ke arah ruang UKS dengan raut wajah panik.
Didalam ruang UKS dia bisa melihat laurent yang masih terbaring lemas dengan wajah pucat pasi seperti mayat, dengan napas yang masih tersengal-sengal sean berjalan menuju laurent yang sontak membuka mata saat mendengar langkah kaki pria itu yang menuju kearah ranjang UKS "kau seperti mayat hidup" seketika wajah laurent yang pucat menyunggingkan seulas senyum ceria "sejak kapan kau kesini" sean mengedikkan bahu membuat gadis yang terbaring di atas ranjang UKS mencibir sambil menggelengkan kepala. Laurent mengeryit saat melihat wajah sean yang lebam karena perkelahian yang bisa ditebak langsung olehnya.
"menang atau kalah?" sean berpikir sejenak seraya mengerutkan dahinya lalu menjawab.
"lebih tepatnya...seri,aku dipanggil kepala sekolah dan mereka mendapat hukuman karena lebih duluan menyerang" laurent terkekeh mendengar penjelasan sean lalu bangkit dan berjalan kearah lemari obat-obatan dan mengambil kotak P3K untuk mengobati wajah sean, semenjak SMP laurent sangat atau lebih tepatnya amat sangat sering mengobati wajah sean sehingga dirinya bisa dikatakan perawat pribadi pria itu-sean tersenyum miring melihat laurent yang mengambil kursi didekatnya kemudian duduk sambil mencari beberapa obat dan kapas.
"kau sungguh pria aneh yang ingin merusak wajah" sean menahan senyum saat laurent mendekatkan wajahnya untuk membersihkan luka diwajahnya, laurent melirik wajah pria dihadapannya itu yang sedang menunjukkan raut wajah menahan senyum membuat gadis itu mendesah "berhenti menunjukkan tampang menjijikkan itu" laurent mundur lalu mengambil obat merah.
"aku tidak melakukan apa-apa" akunya masih menahan senyum. Laurent berdecak kesal dan melirik sean dengan tatapan menusuk.
"tampangmu sangat menggelikan" laurent bergidik, kemudian menyimpan peralatan P3K dan menyimpan kotak tersebut diatas meja. Sesekali sean tersenyum saat menangkap basah laurent yang menatapnya kemudian memunculkan rona merah di pipi. Laurent berdeham kemudian mengambil kantung plastik putih dari tangan sean tanpa mengatakan apapun lalu membuka isinya. Kali ini tak bisa di tahannya lagi pria itu mencubit pipi laurent dengan cengiran bodoh diwajahnya "kau sungguh baik-baik saja?" tanyanya sembari menurunkan tangannya yang mencubit pipi gadis didepannya itu, hal tersebut sontak membuat laurent sedikit salah tingkah barulah ia mengangguk sambil memasukkan sandwich kedalam mulutnya dan memakannya dengan sangat lahap.
Hening, sejenak dalam ruangan itu membuat udara disekitar terasa berat juga kecanggungan di antara mereka berdua secara tiba-tiba, laurent meminum jus jeruknya lalu melirik sean yang sedang asyik dengan ponselnya. Gadis itu ragu sejenak kemudian memberanikan diri untuk bertanya "apa yang akan kau lakukan kalau aku mati di umur yang muda?" sean mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap bingung pada laurent yang masih menunggu jawaban darinya, pria itu mengedikkan bahu dengan santai "akan kupastikan tidak ada yang boleh membawa pergi petimu. Itu saja" gadis itu terkekeh dan mereka kembali terhanyut dalam keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last words
Teen FictionLaurenta morris. Seorang gadis yang kehidupannya terpenuhi karena kedua orang tuanya yang bekerja sebagai pengusaha terbesar di kota london juga seorang kakak laki laki yang tampan, dia sangat muda tersenyum karena hal hal kecil namun kehidupannya t...