Pilihan Takdir
Oleh : Endah Ayu AdistiMaaf, setelah kau lelah dengan aktivitasmu yang menjarah, kini aku malah membuatmu patah. Hatiku memang payah, mudah goyah karena suatu masalah. Harusnya kau melepasku tanpa ragu. Sebab aku adalah alasan pilu dan sendu di wajahmu.
Aku berusaha mengeja namamu sebelum tidur malamku. Meski terkadang air mata berlinang di pelupuk mataku. Sebenarnya, melukaimu bukanlah pilihanku. Namun, pilihan takdir yang tak memihak kepada kita, menggoreskan luka kian menganga.
Tidurlah, 'tak perlu menunggu ucapan selamat malam dariku lagi. Izinkan aku tenggelam dalam air mata yang kuciptakan sendiri. Ternyata, melukaimu bukanlah bakatku. Aku yang melukai, aku pula yang turut merasakan luka dan tersakiti, payah kan?
Jikalau nanti aku menuai penyesalan, 'tak apa bila kau menertawaiku dari kejauhan. Namun, mengapa tak kutemukan kebencian di sorot matamu yang tajam? Mengapa cintamu tetap utuh meski berkali-kali kubuat runtuh? Kini, aku bergulat dengan diriku sendiri di tengah sepi yang mengoyak hatiku yang mati.
Blora, 28 April 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Labirin Intuisi
ПоэзияWelcome!! Pecinta puisi mari merapat. Gumpalan lara yang terpecah lewat kata. Harap yang tertuang dalam aksara. Serta cinta yang memainkan rasa. Semua bersatu dalam sebuah labirin intuisi.