Empat

22.4K 3.4K 146
                                    

Met Selasa pagi!

Gimana hari ini? Semangat dong? Seberat apa pun hari ini, mulai selalu dengan semangat dan rasa syukur ya.

Oce deh ... Keke indehaus, Koko Steven lagi disimpen dulu, di part depan baru muncul.

Cekidot.

*****

"Kenapa, Ke?" Fey bertanya heran melihat Keke melamun sepanjang perjalanan. Teman seperjalanan Keke di KRL itu memang cukup akrab dengannya, sampai bisa mengerti kalau Keke tidak seperti biasanya.

Keke menoleh dan menatapnya. "Kenapa? Eh ... enggak pa-pa," jawabnya gugup.

Fey mengamatinya sejenak, lalu mengangkat bahu. Meski akrab, bukan berarti dia merasa harus tahu semua. Kalau Keke memang tidak ingin memberi tahu penyebab dia tampak aneh, itu haknya.

"Fey ...."

"Hm?"

"Lo pernah diajak makan siang sama cowok yang baru lo kenal?"

Fey berpikir sejenak. "Pernah. Sekali."

"Terus, lo terima? Atau tolak? Lo merasa heran, enggak?"

"Ngapain heran? Jaman sekarang mah sudah biasa tuh, baru kenal langsung jalan bareng. Tinggal kitanya, mau atau enggak."

"Oh."

"Tapi tergantung masing-masing sih, ada juga yang waspada kayak elo gini, yang mikirnya macem-macem, saking enggak biasa."

"Tahu aja."

"Tahulah."

Keke berpikir sejenak. "Waktu itu lo terima? Habis itu gimana?"

"Terima, kita makan bareng, dan langsung jadian. Sebulan setelah itu kita putus."

"Oh ...."

Fey tersenyum. "Enggak pa-pa kali, Ke. Kenal terus langsung pepet kayak gitu udah jamak sekarang, sama sekali bukan tabu. Kalau lo enggak mau, boleh tolak, tapi kalau penasaran, ya jabanin. Nerima ajakan makan siang enggak otomatis mengubah lo jadi cewek bandel atau gampangan kok. Selama lo waspada dan enggak melebihi batas, lo akan baik-baik aja. Oke?"

Keke termangu. Fey menyuarakan persis seperti kekhawatirannya. Tadinya dia berpikir begitu, kalau langsung menerima ajakan makan siang itu, pria bernama Steven akan menganggapnya gampangan. Yah, Keke memang belum pernah mengalami ini, diajak keluar oleh seorang pria, makanya jadi berpikir macam-macam. Ternyata, Fey yang cewek baik-baik dan dikenal Keke aktif di gereja menganggap hal itu biasa selama tidak melewati batas, jadi, kenapa dia malah berlebihan?

Ya ampun ... dia ketinggalan zaman sekali, ya? Jangan-jangan ... selama ini ada cowok yang melemparkan sinyal-sinyal serupa meski tidak terlalu frontal, tapi karena Keke yang enggak nyambung atau malah kadang terlalu dibatasi oleh pola pikir makanya tidak mengerti. Pantas, sampai umur dua lima dia masih belum pernah merasakan yang namanya pacaran. Lah, dia kebanyakan mikir?

Keke cengengesan. Aneh, menyadari kalau ternyata dia masih bisa dibilang polos, padahal dia tidak merasa begitu.

"Dih, tadi bengong, sekarang malah cengengesan. Enggak jelas!" sindir Fey.

Cengiran Keke melebar. "Jadi kepikiran soalnya, Fey. Jangan-jangan gue enggak ada yang mau sampai sekarang gara-gara kebanyakan mikir kali, ya?" ujarnya.

Fey tertawa. "Bisa jadi. Atau ... bisa aja karena cowok-cowok yang mau naksir lo mikir dua kali, nih cewek udah gede, belum?"

"Lho, kok gitu?"

"Lah ... muka lo aja kayak baru belasan gitu, padahal udah PNS, terus bodi lurus enggak ada lekukannya."

"Ih, Fey. Lo kok body shaming gitu?"

A Simple LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang