Met siang menjelang sore!
Keke and Steven indehaus! So, ada yang nungguin pasangan terbaru ini? Berhubung cerita ini masih anget, eike masih rajin apdetnya, enggak tahu deh kalo ... hehehe.
Doain aja ide eike tetap lancar ya. Betewe, udah nabung buat ikutan PO Pak Kapolres dan Mbak Debbie akhir bulan nanti? Buruan nabung biar kalian enggak ketinggalan, ya.
Now, enjoy.
*****
Keke memandang Steven dengan bingung, matanya membulat sementara kepalanya dimiringkan. "Mas Steven kenapa ke sini? Memangnya enggak sibuk? Bukannya tadi meeting, ya?" tanyanya.
Steven mengangguk. "Iya, tapi meeting pun pasti selesai, kan, Ke? Karena besok tidak bisa dinner, ya hari ini saja," jawabnya sambil tersenyum. Lesung pipit melekuk dalam di pipinya.
Keke terpana sebentar melihat senyum itu. Astaga, orang ini cakep banget! Tersadar, dia melihat ke arah Rio yang masih bicara dengan atasan mereka. "Waduh ... saya harus buru-buru pulang supaya cepat beristirahat, Mas. Enggak bisa mampir untuk dinner atau lainnya, takut besok enggak sehat," jelasnya. "Barusan saya sudah mau di-drop sama atasan di stasiun."
Steven melihat ke arah Rio dan sempat menangkap lirikannya. Dia mendengkus meremehkan karena langsung menyadari kalau si atasan menunjukkan kesan persaingan dengannya.
"Saya bisa mengantar kamu sampai rumah, kenapa harus sampai stasiun?" tanyanya.
Keke menggeleng cepat. "Saya enggak suka naik mobil di jam pulang kerja begini, Mas. Macet! Kalau naik kereta kan bebas macet. Maaf, nanti saya kabari saja kalau sudah bisa, ya, Mas. Maaf banget."
Steven mengerutkan kening. "Kamu tega, saya sudah susah payah menembus kemacetan untuk bisa ke sini tepat waktu, lalu menunggu selama satu jam lebih, dan gagal keluar dengan kamu?" tanyanya dengan nada rendah.
Keke termangu. "Tapi ...."
"Kalaupun tidak bisa keluar untuk makan malam, setidaknya izinkan saya mengantar kamu, jadi perjalanan saya tidak sia-sia. Oke?"
Keke kembali melihat ke arah Rio yang kali ini menoleh dan melemparkan pandangan bertanya. "Uhm ...."
"Apa perlu saya minta izin pada dua atasan kamu itu?"
Keke berdecak. Dia langsung memutuskan tidak menyukai pria tampan ini sekarang. Pemaksa sekali, sih.
"Oke, saya pamit dulu sama mereka ya, Mas."
"Baik. Saya juga."
Keke memutar mata saat Steven mengikutinya untuk berpamitan dengan dua atasannya. Entah kenapa, dia menangkap kesan tidak suka yang ditunjukkan Steven kepada Rio, tapi tidak ingin mengambil pusing. Yang ada di kepalanya saat ini hanyalah bagaimana cara menyingkirkan Steven dengan cepat agar dia bisa pulang dengan nyaman menggunakan kereta.
******
"Kamu takut saya akan melakukan sesuatu?" tanya Steven geli. "Atasan kamu kan tahu saya yang mengantar kamu? Mana mungkin saya macam-macam padahal ada saksi mata?"
Keke menoleh sambil mengerutkan alis. "Saya enggak takut. Kenapa Mas tanya begitu?" Dia balik bertanya.
Steven tersenyum geli. "Karena kamu mengamati dan sepertinya menghafal nomor mobil saya, lalu kamu mengirimkan pesan pada seseorang soal kamu sedang dengan siapa," jawabnya. "Saya merasa dicurigai, lho."
Keke tertegun, lalu mengangguk. "Oh. Itu sih cuma kebiasaan, Mas. Bukan karena takut," jawabnya ringan. Tidak merasa canggung sama sekali karena ketahuan melakukan seperti yang dikatakan Steven.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Simple Love
RomanceSteven Darmawan, pelaku ekonomi. Seorang pria sukses yang terlihat ramah dan karismatik meski sebetulnya arogan, perfeksionis, egois, dan sering merasa tidak nyaman dengan banyak hal, serta mencintai uang lebih dari apa pun. Dia tidak mengira akan j...