Empat Puluh Satu

8.8K 2.3K 141
                                    

Met Sabtu siang!

Yuhuuu ... kenapa eike rajin? Gak usah ditanya, pasti oh kalian seneng, kan? Di bab ini kalian bakal ngerti, kenapa judulnya A Simple Love. Wokeh.

Oh, ngingetin, jangan sampe kelewatan. Kisah Vivian dan orang yang dia cinta, serta masalah dalam hidupnya di Paket Only Love Needed lagi harga khusus karena eike lagi hepiii banget, berlaku paling lambat besok, lho. Kalo kelewatan, yo wes, jangan salahin eike ya. Cuss meluncur ke Karyakarsa. Warning, cerita itu khusus dewasa. Oke?

Now, cekidot

***

Media dihiasi berbagai artikel spekulasi tentang hubungan selebgram Devara dengan pemilik perusahaan e-commerce Lavender. Berita tentang ditandatanganinya kontrak kerja untuk mewakili perusahaan tersebut, menguatkan kalau gosip itu kemungkinan benar. Namun, tidak ada klarifikasi dari kedua pihak, meski Devara tampak semringah saat ditanya sana-sini.

Belum satu hari gosip lama itu kembali viral, tiba-tiba saja foto CEO Lavender yang sedang makan siang bersama dengan Vivian Sumitro, si cantik nan sempurna dari negeri dongeng, terpampang hampir serentak di berbagai media. Seolah-olah ada pihak yang ingin membocorkan soal hubungan sang CEO dengan Vivian untuk menepis berbagai rumor yang sudah beredar lebih dulu. Namun, lagi-lagi tidak ada satu pun keterangan atau klarifikasi dikeluarkan.

Anehnya, hampir bersamaan waktunya, mendadak foto tentang masa lalu dan segala hal yang mungkin ingin disembunyikan Devara dari publik, muncul begitu saja ke permukaan. Fakta soal pendidikannya yang kurang memadai, latar belakangnya yang pernah bekerja di dunia hiburan malam, juga tentang ayahnya yang ternyata ada di penjara. Seolah-olah ada tangan tak kasat mata sedang bekerja keras menjatuhkan Devara dan menghancurkan reputasinya.

Tentu saja Steven tahu siapa yang melakukan sabotase terhadap wanita itu, pihak Teddy Darmawan, bahkan mungkin juga Hadi Sumitro. Namun, dia sama sekali tidak peduli. Selama Keke belum terusik, apa yang terjadi kepada Devara tidak penting baginya. Toh, wanita itu juga yang cari masalah dengan memulai gosip di awal. Tak urung, dia sempat berpikir juga, bagaimana pendapat Keke tentang sikapnya yang membiarkan seorang gadis tak bersalah seperti Devara harus terjebak dalam perang mental yang diciptakan oleh kelompok konglomerat yang tidak rela perempuan dari kaum berbeda digosipkan dengan salah satu dari mereka? Apakah Keke akan menganggapnya kejam, mengingat gadis itu sangat baik hati?

"Nona Devara menelepon, Bapak bisa terima?" suara Wiki memberi tahu melalui interkom.

Steven menghela napas. "Sambungkan."

"Baik, Pak."

Terdengar bunyi klik sebentar, lalu suara Devara bergaung di seberang. "Selamat pagi, Pak Steven."

Tanpa sengaja Steven hampir mengangkat sudut bibirnya, mentertawakan nasib perempuan itu, tapi rasa iba aneh tiba-tiba menyeruak, menghentikan hasrat sadis yang biasa muncul dengan spontan. "Pagi, Nona Devara."

"Apakah saya mengganggu?"

"Tergantung, apa topik pembicaraan Anda akan sangat panjang?"

"Tidak. Saya hanya ingin memastikan sedikit hal saja mengenai kontrak. Ini tidak bisa saya bicarakan dengan Pak Wiki."

Mau tak mau, rasa kagum muncul di benak Steven mendengar suara Devara yang tenang dan terkendali. Padahal, menilik citra manja dan kekanakan yang ditampilkannya di luaran, Devara seharusnya sudah merengek kepadanya sekarang. Memprotes ketidakadilan yang diterimanya sejak menandatangani kontrak dengan Lavender, dan tidak adanya pembelaan sama sekali dari perusahaan untuknya.

"Baiklah, silakan," kata Steven lembut, untuk pertama kalinya, bersedia meluangkan waktu untuk sesuatu yang dianggapnya tidak penting.

Devara berdeham lebih dulu. "Baru satu hari menandatangani kontrak dengan Lavender, tapi mendadak ada pihak tertentu yang mengusik saya. Apakah itu kesalahan saya atau Lavender?"

A Simple LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang