Tiga Puluh Delapan

9.8K 2.4K 190
                                    

Yuhuuu!
Met Senin malem, met istirahat juga beibeh. So, Steven-Keke di sindang, buat nemenin kalian yang kecapekan menghadapi awal minggu yang pasti berat.

Sekalian ngingetin, buat yang belum mampir di akun Winnyraca di Karyakarsa, cuss deh melipir ke situ. Ada Mbak Vivian yang ternyata punya cerita cukup memilukan, Sheina yang naksir Kenneth setengah mati, Padma dan Ferdian yang ketemu di Surabaya, Barry ex tukang selingkuh dan Meghan yang mantan pelakor, dan Kang Mas Pandu yang cinta Mbak Arini sampe enggak bisa naksir Yemima.

Sstt ... Ada cerita yang cukup dewasa juga, judulnya My Sexy Mr Armstrong. Pokoke seru deh.

Sekarang, cuss deh dibaca.

*

"Pak Teddy meminta saya melaporkan perempuan mana saja yang berurusan dengan Bapak serta keperluan mereka tanpa terkecuali."

Steven termenung mendengar keterangan Wiki. "Ada lagi?"

"Itu saja. Saya sudah keburu minta diri untuk menjemput Bapak di parkiran."

Steven menghela napas. "Lakukan saja. Siapa pun yang saya temui di kantor, kamu laporkan saja," putusnya.

Wiki ragu sejenak. "Uhm ... bagaimana dengan wanita yang saya kirimi cokelat setiap tiga hari sekali? Perlu saya laporkan juga?"

Steven menatapnya tajam. "Pak Teddy minta yang menemui saya di kantor saja, kan?"

Wiki menggeleng. "Semua yang berurusan dengan Bapak dan sepengetahuan saya."

"Kalau begitu kecuali perempuan itu, jangan laporkan apa pun tentang dia. Kalau sampai bocor...."

"Yang jelas bukan dari saya."

Steven mendengkus. "Berarti kamu tahu seberbahaya apa saya, kan?" ancamnya.

Wiki mengangguk. "Menurut saya, lebih berbahaya daripada Pak Teddy."

Steven termangu. Aneh juga kalau asistennya berkata begitu, padahal Wiki pasti tahu siapa Teddy Darmawan. "Kok kamu bisa bicara begitu?"

Wiki tercenung, mencoba memilah jawaban paling bijak untuk disampaikan, tapi, Goni yang malah menjawab untuknya.

"Biasanya, kalau orang oportunis yang membangun perusahaan dari nol serta tidak punya rasa takut melakukan apa pun, terlebih mereka yang pernah hidup di titik nadir, akan jauh lebih berbahaya dari seseorang dengan segala hal yang dimilikinya sejak lama dan terbiasa hidup dalam kemudahan. Itu sih logika sederhana, Pak. Cukup kenal orang seperti itu sedikit, pasti tahu seberbahaya apa dia. Contohnya, ya Bapak ini."

Steven langsung memberinya tatapan tajam yang hanya dibalas Goni dengan cengengesan, sementara Wiki tertunduk, hampir tertawa karena sikap urakan si kepala pemrogram tidak akan pernah bisa membuatnya dipecat. Goni jelas punya kekebalan hukum di mata Steven.

Sebuah ide mendadak melintas, Steven memandang Wiki. "Wik, tolong kamu hentikan kontrak dengan Tatia, lalu buat draf kontrak untuk Devara. Berikan ke saya siang ini juga."

Goni dan Wiki langsung termangu.

"Baik, Pak," sahut Wiki kemudian, patuh. Dia terbiasa tidak mempertanyakan keputusan dan perintah Steven, berbeda dengan Goni.

"Bapak enggak khawatir kalau mengikat kontrak dengan Devara akan membuat gosip tentang hubungan kalian menguat?" tanya si ahli IT.

Steven tersenyum. "Tidak masalah, karena Devara sudah membuktikan kalau dirinya mampu menaikkan keuntungan kita, jadi kenapa tidak menggunakan popularitasnya?" sahutnya. Dalam hati dia mulai mereka-reka taktik untuk membuat ayahnya mati langkah. Dia yakin kalau Teddy saat ini sedang membuat rencana untuk memblok Devara dari berita tentang Steven dan akan mendorong media menulis tentang Steven dan Vivian hanya agar Steven tidak punya pilihan. Namun, langkah itu sudah bisa diterka Steven, dan dia tidak akan takut meniru kelicikan sang ayah dan membalikkan keadaan. Menguatkan gosip tentang dirinya dan Devara akan membuat Vivian terkesan sebagai orang ketiga, dan itu tidak masalah. Meski cukup menyukai Vivian yang memiliki kisah hidup serupa dengannya, Steven tidak keberatan mengorbankannya demi menutupi hubungan dengan Keke. Kepeduliannya hanya satu, melindungi si mungil kesayangannya.

A Simple LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang