Sembilan Belas

17.2K 2.8K 297
                                    

Malem!

Ada yang kangen si PNS mungil Keke dan pacarnya yang ngeselin? Cuss.

*****

Matahari menerobos melalui celah di tirai jendela, alarm berbunyi nyaring, dan jalan di luar rumah sudah mulai terdengar hidup dengan orang melintas serta bunyi mesin kendaraan bermotor, tapi, si ASN mungil Keke yang awet muda masih bergelung di ranjangnya. Memeluk guling sambil sesekali menyeka liur yang mengalir dari mulutnya yang terbuka. Dia sedang bermimpi indah, berduaan dengan pria tampan yang kini jadi pacarnya di pantai. Bersantai menunggu matahari terbenam sambil menikmati air kelapa dengan payung kecil di sedotannya.

Steven tampak begitu menawan dengan latar belakang sinar matahari keemasan, kemeja putihnya yang tak terkancing membentuk siluet indah hasil olahraga, dan barisan otot yang mengintip di dada dan perutnya membuat Keke terus mencuri pandang ke situ. Hm ... ini bukan pelecehan, kan? Melihat bodi pacar sendiri?

Steven tertawa, barisan giginya putih sekali. Dia senang mendengar pengamen yang menyanyi dengan nada fals, dan terkadang kepalanya ikut berayun mengikuti nada yang berlarian tak jelas itu. Keke ikut merasa riang, sampai kemudian bayangan tinggi besar mendadak menutupi Keke dan membuatnya menoleh. Dia terkejut. Rio berdiri dengan kemeja pantai biru, tak terkancing juga dan ototnya mengintip seperti Steven, tapi tidak sekekar pacar Keke. Tapi, senyum Rio indah sekali, membuat Keke melayang dan jadi bingung sendiri. Kalau ada dua cowok cakep begini, siapa yang harus dia pilih?

Susah payah Keke menghitung kekurangan dan kelebihan memilih salah satu, tapi tiba-tiba Rio melangkah melewati Keke dan mendekati Steven. Keduanya saling berpandangan dan Keke khawatir mereka akan kembali berdebat. Tapi ... lho ... lho ... kenapa Rio malah mengulurkan tangan dan merapikan rambut Steven?

"Hai, Sayang. Sudah lama nunggu?" tanyanya.

Steven menggeleng, lalu merangkul lengan Rio. "Selamanya juga aku akan menunggu kamu, Mas Rio," jawabnya kenes.

Keke mengedip-ngedip, lalu dia merasakan dunia berputar. "Tidaaak!"

Napas Keke memburu, dia bangun dan memeluk gulingnya erat. Apa-apaan itu? Kenapa Steven dan Rio malah jadian? Hiiii ... Keke merinding sendiri. Itu baru mimpi horor, seramnya luar biasa, lebih seram dari cerita zombie.

"Ke!" Fey muncul di pintu, dia masih terlihat berantakan seperti Keke, dan wajahnya tampak panik.

"Kenapa?" tanya Keke, masih belum sepenuhnya terbangun.

Fey melongo sejenak, seperti mendadak blank, lalu menunjuk ke arah ruang tamu. "Ada yang ngetuk pintu, gue intip dari jendela, ternyata cowok. Ganteng kek artis Korea," jawabnya dengan ekspresi terpukul. Logat khasnya keluar tiap kali kehilangan kontrol begitu.

Keke mengerjap-ngerjap lambat, tidak mengerti maksud perkataan Fey. Dia bangkit dari ranjang dan melangkah keluar untuk membuka pintu. Fey kembali melongo.

"Eh, Ke ... lo enggak cuci muka dulu? Itu iler...."

Terlambat, rumah Keke tidak besar dan kamarnya berada paling depan menghadap ruang tamu, hanya beberapa langkah dia sudah sampai di pintu dan membukanya sebelum sempat mencerna kalimat Fey. Di sana, di ambang pintu berdiri Steven yang tampak rapi dengan rambut basah dan senyum indah secerah matahari pagi. Senyum Steven menggantung di bibirnya melihat Keke yang masih belum sepenuhnya bangun.

"Selamat pagi, Keke. Apa ... aku terlalu pagi?" sapanya sambil mengangkat satu alis.

Keke melongo, mengerjap-ngerjap, lalu ....

"Wuaaa!!!"

Pintu pun ditutup di depan wajah Steven.

****

A Simple LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang