Sepuluh

17.1K 3.1K 201
                                    

Met Selasa sore!

Masih nungguin Keke-Steven? Mon maap kemaren eike gak bisa apdet, masalah sinyal Telkomsel dan masih banyak lagi deh. So, sekarang enjoy deh.

******

Mulut Keke masih melompong efek mendengar kalimat Steven yang diucapkannya sambil tersenyum manis, semanis gulali. Matanya membesar, beradu dengan sepasang mata sipit yang bersinar tajam milik pria tampan yang menurut Keke, terlalu tampan untuk cowok yang benar-benar nyata.

"Ke," panggil Steven.

Keke mengerjap. "Ha?"

"Awas, ada lalat masuk, lho."

Spontan, Keke menutup mulutnya. Steven terkekeh, dan menatapnya lekat.

"Kamu ternyata menggemaskan," komentarnya.

Keke berkedip cepat, dan wajahnya pun memerah. "Jadi orang kok suka ngegodain orang sembarangan. Kalau orangnya ge-er, gimana?" lirihnya. Dia mengalihkan pandangan ke bakminya dan berpura-pura tenang, padahal hatinya sudah kebat-kebit mendapat tatapan yang intens begitu.

Steven menggigit bibir menahan tawa. Astaga, gadis ini bukan cuma baik hati, tapi juga sangat menggemaskan. Tidak salah kalau dia benar-benar tertarik untuk mengenalnya lebih dekat, kan?

Agar tidak membuat Keke salah tingkah, Steven ikut mengalihkan pandangan dan fokus dengan makanannya. "Saya tidak sedang menggoda kamu, lho, Ke. Barusan itu sungguhan dan kalau boleh, saya minta jawabannya," katanya sambil mencampur bakmi dengan saus.

"Jawaban apa, Mas? Memangnya barusan Mas tanya?" sahut Keke, pura-pura sibuk dengan bakminya.

Steven terkekeh. "Kok tanya, sih, Ke? Jawaban itu, saya boleh, suka sama kamu?"

Keke yakin wajahnya sudah merah padam saat ini. Untung cahaya dalam mobil tidak terlalu terang, jadi dia masih bisa berharap Steven tidak menyadarinya.

"Boleh aja, Mas. Kita kan memang harus saling mengasihi sesama manusia, jadi silakan aja," sahutnya. Ealah, Ke... lagi ngeles atau apa sih? batinnya sambil membodoh-bodohi dirinya sendiri.

Steven melongo sebentar, lalu kembali terkekeh. "Wah ... betul. Mengasihi sesama, ya, Ke? Jadi enggak pa-pa kalau saya suka Keke, ya, kan?" godanya.

Keke mengangguk menyembunyikan salah tingkah. "Iya, Mas. Lagian, saya enggak bikin salah sama Mas, kan? Jadi enggak ada alasan untuk enggak suka."

"Nah ... tepat! Berarti kamu juga suka sama saya karena saya enggak bikin salah sama kamu, kan? Saya juga sesama manusia, lho."

"Iyalah, Mas," sahut Keke makin salah tingkah dan dengan suara melemah. Lalu dia mengerutkan kening. "Walaupun Mas Steven orangnya suka memaksa, sedikit ribet, dan kayaknya agak susah dihadapi. Saya enggak punya alasan buat enggak suka."

Steven termangu. Astaga ... bahkan gadis ini bisa menyuarakan sedikit rasa tidak sukanya dengan cara jujur yang imut begini? Bukannya tersinggung, Steven malah jadi merasa gemas, apa salah kalau dia semakin ingin dekat?

"Ke," panggilnya dengan suara serak.

Keke menoleh, wajahnya merah padam karena salah tingkah. "Ya?"

Steven menatap lekat. "Apa ada yang pernah bilang kamu itu menggemaskan?"

Keke mengedip cepat. "Enggak. Memangnya iya?"

Steven mengangguk sambil tersenyum. Tangannya bergerak seperti punya mata, meletakkan stirofoam bakmi di atas dasbor, lalu mengambil bakmi punya Keke juga dan meletakkan di sebelahnya. Keke melongo dan matanya mengikuti stirofoam bakmi itu.

A Simple LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang