Tiga Puluh Tiga

10.3K 2.5K 193
                                    

Yuhuuu ...

Met pagi epribadeh. Mon maap, kayak terakhir eike kasih tahu kalian, Senin, eike banyak kerjaan banget jadi enggak sempet apdet, makanya minggu kemarin waktu tayang dimajuin kan, dua kali dalam seminggu? Tapi ... hari ini Keke-Steven tayang lagi, dong. Kayaknya bukan kalian aja yang kangen mereka, mereka juga kangen tuh sama komen dan vote kalian, uhuy!

Buat kalian yang belum baca cerita Vivian di Karyakarsa, silakan cuss ke sana aja ya. Betewe, meski bukan cerita erotis, tapi muatannya cukup dewasa, jadi kalo kamu belum cukup umur, jangan ke situ. Oke? Kalo bandel, hm ....

Ini covernya.

Sekarang, cuss

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang, cuss....

*********

Steven berdiri di samping mobil dan menjenguk sedikit saat melihat sosok mungil kekasihnya yang keluar dari kantor dengan sebuah tas laptop menggantung di bahunya. Tas laptop itu begitu besar dan tampak kontras dengan figur Keke yang kecil, dan dengan spontan Steven langsung menghampirinya serta mengambil tas itu. Keke melongo melihat kesigapannya membuat Steven tersenyum gemas karena sepasang mata bulat Keke yang tampak makin membulat.

"Jangan memandangku seperti itu, membuatku makin gemas saja," katanya sambil mengarahkan Keke ke mobilnya. Dia membukakan pintu dan membantu Keke masuk sambil menjaga kepalanya agar tidak terbentur, lalu meletakkan tas laptop Keke di bagian belakang mobil sebelum berputar dan duduk di belakang kemudi. "Sudah pakai sabuk pengaman?" tanyanya sambil memandang penuh perhatian.

Keke masih termangu karena setiap tindakannya sebelum kemudian berdeham dan memasang sabuk pengaman. "Sekarang sudah," sahutnya. Dia bingung melihat Steven masih memandangnya. "Mas Steven...?"

Steven tersenyum. "Aku baru sadar betapa mungilnya kamu," katanya. Tangannya terulur dan menyentuh dahi Keke dengan lembut, merapikan anak rambutnya yang berantakan.

Keke langsung tersipu. "Saya memang mungil, kok, pakai baju saja ukurannya S," sahutnya sambil mengerucutkan bibir.

Steven terkekeh. "Mungil dan menggemaskan," imbuhnya. "Dan hari ini aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki kamu."

Keke mengangkat sebelah alisnya."Mas Steven maunya saya merespons bagaimana?" tanyanya polos.

Steven langsung mengerutkan kening. "Maksudnya?" Dia balik bertanya.

"Ya itu, Mas Steven ingin mendengar saya bicara begitu juga? Kalau saya lebih beruntung memiliki Mas Steven?"

Steven termangu sejenak, lalu tertawa. "Sayangnya, kamu tidak seberuntung aku, Ke," katanya sambil menaik-naikkan alis.

Keke bingung. "Kok bisa?"

"Iya. Karena aku bukan orang baik seperti kamu."

Keke mengerutkan kening. "Saya tahu Mas Steven itu resek dan kadang agak lebay untuk urusan kebersihan dan kerapian, tapi kalau Mas bukan orang baik ... kenapa berpikir begitu?"

A Simple LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang