Empat Puluh Lima

8.9K 2.2K 109
                                    

Met hari Senin!

Selamat Natal buat mentemans eike umat Kristiani, damai senantiasa bersama kita.

Buat semuanya, gimana akhir tahun ini, ada rencana liburan? Eike sih di rumah aja. Selain dana gak ada buat liburan ke luar ... ehem! Eike juga masih males kenalan sama Omicron. Ntar deh kapan-kapan kalo dia udah jinak. So, akhir tahun Steven-Keke berakhir di Wattpad juga, akan ada novel terbit, tapi untuk saat ini masih dalam tahap editing eike supaya bukunya nanti lebih baik, padat, dan gak ada plot hole lagi.

Sekarang, cekidot.

*****

"Saya orang yang sangat sibuk, Eunike. Menemui kamu seharusnya bukan hal yang perlu saya lakukan sendiri. Tapi, satu-satunya hal yang ingin saya hindari saat ini adalah masalah yang muncul dari perempuan sakit hati. Kamu kebetulan mendapat sedikit perhatian dari Steven, tapi jangan besar kepala. Saya bisa melihat kenapa Steven tertarik untuk main-main dengan kamu, dia pasti melihat sosok ibunya yang naif dan lugu dalam diri kamu.

"Sayangnya, Steven tidak belajar dari pengalaman. Saya dan ibunya gagal dalam pernikahan karena kami adalah pasangan yang tidak seimbang, kenapa dia tidak berpikir ke arah yang sama tentang kalian? Bagaimana bisa dia terpikat pada kepolosan dan kenaifan yang pada akhirnya hanya akan berakhir pada kekecewaan?"

Keke masih belum menjawab. Tatapannya tertuju pada taplak meja yang terlihat jauh lebih menarik dibanding sosok menawan ayah Steven.

Beberapa saat hening, sebelum kemudian Teddy menghela napas. "Saya tidak punya masalah pribadi dengan kamu. Saya hanya tidak ingin kamu berada di tengah pengaturan pernikahan untuk Steven. Sekeras kepala apa pun dia, nama belakangnya tetap Darmawan. Dia berkewajiban meneruskan nama keluarga dan juga perusahaan. Pada akhirnya hubungan kalian akan kandas juga, sama seperti saya dulu. Jadi, sebelum segalanya terlambat, mundurlah. Saya akan memberikan apa pun yang kamu inginkan, tapi jangan membiarkan Steven bermain-main denganmu. Tolong maafkan saya karena bersikap kejam dengan mengatakan ini kepada kamu sekarang, saya hanya tidak ingin kamu jadi korban seperti ibu Steven dulu."

Keke mengangkat kepala, dan entah kenapa, dia merasakan sedikit ketulusan dalam ucapan terakhir Teddy. Seolah-olah Teddy memang hanya ingin mencegah sesuatu yang buruk terjadi kepadanya. Sebuah keberanian menyeruak, dan dia menatap langsung ke mata pria senior di hadapannya.

"Kenapa Bapak pikir saya mungkin akan jadi korban juga seperti ibunya Mas Steven?"

Teddy balas menatapnya lama. "Karena kamu sama naif dan lugunya dengan dia."

"Kami orang yang berbeda."

"Benar, tapi Steven anak saya. Meski dia membenci saya setengah mati, sifat dan karakternya benar-benar mirip dengan saya. Apa kamu pikir, saya tidak pernah mencoba mempertahankan pernikahan saya sebelumnya? Saya sudah berusaha Eunike, tapi gagal. Karena Steven sama persis dengan saya, pasti dia pun akan gagal. Kamu rela mencoba?"

Keke langsung tercenung. Relakah dia mencoba?

*******

Langit malam terlihat pekat, tidak ada bulan, apalagi bintang. Sama seperti hati Keke yang dipenuhi kegundahan setelah pertemuannya yang berakhir dingin dengan ayah Steven. Rasanya sakit, ada luka, tapi tak berdarah. Dia tidak pernah mengira, hubungan romantisnya yang pertama dengan seorang pria ternyata berjalan ke arah yang sangat tidak terduga.

Sudah cukup berat mengetahui kekasihnya terlibat hubungan yang entah apa dengan dua perempuan terkenal, sekarang malah ada fakta perjodohan yang diatur, entah apa alasan Steven belum mengatakan apa-apa kepadanya. Kalau dipikir-pikir, tindakan Steven seperti menempatkan Keke dalam cangkang, memblokirnya dari informasi apa pun, dan itu sangat membingungkan. Apakah Steven memang tidak ingin Keke tahu tentang hidupnya? Lalu, apa yang diinginkan pria itu dari Keke?

A Simple LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang