⚠️WARNING : Cerita mengandung kata-kata kasar, vulgar, dan kekerasan di dalamnya. Di mohon kebijaksanaannya dalam memilih dan membaca cerita.
Kita hanya sedang di pertemukan oleh takdir. Tapi, kita tidak tahu takdir itu pada akhirnya membawa kita ke...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat ini Sameera dan Sofia tengah berada di sebuah rumah sakit di gedung bagian kejiwaan, sedangkan Dewangga tengah berada di rumah sakit yang sama dengan kekasihnya namun bedanya ia di gedung ruangan khusus rawat inap VIP.
Satu jam setelah kejadian dikediaman Danish dan Laluna, kabar buruk menimpa dua keluarga itu.
Pertama, Laluna mengalami keguguran dan yang kedua Danish mengalami gangguan kejiwaan seperti tertawa atau menangis dengan sendirinya bahkan secara tiba-tiba bisa disebut dengan Pseudobulbar affect (PBA).
Hingga terpaksa Danish harus dirawat di rumah sakit jiwa agar ditangani oleh dokter dan perawat yang ahli dalam bidangnya itu.
Walaupun Sameera dan Sofia pernah berucap tidak akan memperdulikan ayah mereka itu, tapi bagaimanapun juga mereka tidak tega membiarkan sang ayah tersiksa seperti itu.
Mereka sadar apa yang dialami oleh kedua makhluk itu adalah sebuah karma atas apa yang mereka lalukan selama ini.
Melihat sosok Danish mendekam didalam ruangan seorang diri dengan tangisan dan tawanya yang tanpa sebab itu, membuat hati Sameera merasa teriris begitupula dengan Sofia.
Setetes air mata keluar dari pelupuk mata gadis itu, "Lebih baik kita menemui Laluna." Ucap Sofia kepada Sameera.
Sameera nampak berpikir hingga akhirnya ia mengangguk setuju.
•••
Jarak antar gedung ke gedung yang cukup berdekatan memudahkan Sameera dan Sofia menghampiri ruangan dimana Laluna berada.
Disana kedua orang tua Dewangga hanya bisa menatap cemas ke arah putri bungsunya yang masih terkapar diatas kasur rumah sakir dengan selang infus yang menancap di punggung tangan kanannya.
Menyedihkan melihat kondisi Laluna saat ini, Sameera dan Sofia pun hanya bisa terdiam.
Tiba-tiba saja pintu terbuka dan datanglah sosok Dewangga yang dimana kedua tangannya membawa beberapa kantong plastik makanan serta buah-buahan yang ia beli dari luar sana.
"Sayang." Sapanya lembut, segera Dewangga meletakkan kantong plastik itu diatas meja dan ia berjalan pelan menghampiri kekasihnya.
Langsung saja ia memeluk erat tubuh Sameera, disana air mata Sameera tumpah membasahi jas hitam yang dikenakan oleh Dewangga.
