||The Servant Devil 2||
TEMPAT itu, Haechan kembali ke tempat Hendery sang informan yang sangat dipercayainya. Dia dan Mark datang untuk mencari informasi yang diinginkan sesuai dengan kasus yang sedang diselidikinya sekarang, tangan Mark menggapai tangan Haechan yang hendak keluar dari kereta kuda. Dengan kepala yang ditundukkan ia menunggu hingga tapak kaki Haechan keduanya menyentuh tanah.
Haechan berjalan terlebih dahulu memasuki bangunan diikuti oleh Mark yang berbeda di belakangnya.
"Tuan Haechan." sambut Hendery yang sudah berdiri di balik meja seperti sudah tahu bahwa Haechan akan datang ke tempatnya.
"Kau pasti tahu alasanku kemari bukan? Tunjukkan aku dimana itu, aku tidak ingin membuang waktu."
TUK
Hendery meletakkan satu botol kecil di atas meja.
"Ini yang kau cari bukan?" Hendery tertawa kecil.
"Apa kau mempermainkanku? Aku kemari untuk melihat mayat wanita yang terbakar secara hidup-hidup, berhentilah bermain-main Hendery."
Hendery kembali tertawa.
"Aku sedang tidak bercanda Haechan, ini adalah abu sisa dari tubuh wanita yang terbakar tadi malam, aku mengambil beberapa yang tidak berhasil dikumpulkan oleh suaminya. Aku tidak pernah mempermainkanmu, tuan." Hendery melempar botol kecil itu pada Haechan.
Haechan terus saja menatap botol kecil yang berisikan abu dari sang wanita.
"Aku bahkan tidak tahu alasan kenapa wanita-wanita itu terbakar secara misterius. HAHAHA___atau ada penyebab yang sama dengan kasus-kasus sebelumnya." lanjut Hendery.
•
•
•
Topi hitam tinggi dengan jas hitam terbalut ditubuh Haechan dengan indah, bahkan sang pelayan tidak hentinya menatap ke arah sang tuan yang kini tengah menghadiri sebuah pemakaman.
Dua orang asing datang di belakang Haechan dan Mark yang sedang datang untuk menyaksikan acara pemakaman korban pembakaran terakhir kali. Dua orang asing itu menunduk hormat pada sang suami korban yang masih sendu menatap liang kubur yang sudah tertutup oleh tanah yang masih basah.
"Saya Turner dari studio foto, saya ikut berduka atas meninggalnya istri anda." ucap sang laki-laki membuka topi yang ia kenakan lalu diberikannya pada sang istri yang berdiri di belakangnya. "Ini adalah foto terakhir yang kalian ambil di studio, dia terlihat sangat cantik." tuan Turner menyerahkan satu bingkai foto yang sudah dicetaknya.
Sang laki-laki yang sedang bersedih itu semakin menangis saat melihat potret terkahir dari sang istri.
"Kalau begitu, kami permisi dulu. Saya sudah menyerahkan sesuatu yang berharga bagimu tuan."
Tuan Turner beserta sang istri pergi meninggalkan area pemakaman. Tepat saat melewati Haechan dan Mark yang berdiri di dekat pohon tidak jauh dari kerumunan yang datang. Mata tajam Haechan menangkap sesuatu yang mencurigakan dari tubuh sang istri fotografer.
Sesuatu yang berkelap-kelip.
"Mark."
"Ya tuan."
"Selidik istri sang fotografer, ada sesuatu yang mencurigakan pada dirinya. Malam ini, aku ingin menerima informasimu. Aku tidak suka seseorang yang lambat."
"Dengan senang hati, my lord."
•
•
•
Tepat saat malam menjelang, di ruang pribadi milik Haechan. Mark datang dengan botol kecil yang berada dalam genggamannya. Ia masuk dengan langkah pelan ke dalam ruangan, tidak lupa membungkuk hormat pada sang tuan yang sedang menyiapkan senapan kecil pribadi miliknya.
"Apa yang sudah kau dapatkan." tanyanya dengan tangan yang masih membersihkan senapan miliknya menggunakan kain putih yang digerakkan perlahan.
"Seperti yang anda duga tuan, ternyata benar. Bubuk itu adalah magnesium oksida." Mark menunjukkan sesuatu pada sang tuan, botol kecil yang berisikan bubuk abu itu ditaruhnya di depan Haechan.
"Magnesium oksida?"
"Ya tuan, dan zat ini sama persis aku temukan dikedua orang yang datang pada pemakaman tadi siang. Serbuk ini biasa digunakan untuk pencahayaan dalam pengambilan foto."
"Lalu?"
"Ada hal menarik yang aku temukan juga, Renjun berkata. Jika beberapa bulan ini ada pengiriman bubuk magnesium oksida ke kota London, dan itu sangat mahal harganya."
"Apalagi yang kau temukan selain itu?"
Mark merogoh saku dalam jas yang dikenakannya. Dikeluarkannya satu lembar dokumen yang sudah didapatkannya dari penyelidikan.
"Ini adalah daftar korban yang mati karena kasus yang sama dengan wanita yang terakhir kali, satu kesamaan dari mereka. Yakni, semuanya mati setelah melakukan pemotretan di studio foto yang sama."
Haechan mengecek pluru pada senapannya.
"Studio Turner?"
Mark mengangguk.
"Kalau begitu tunggu apalagi? Kita akan pergi ke sana. Kita sudah tahu pelakunya bukan?" lanjut sang tuan, Haechan berdiri dari kursinya. Senjata yang dipegangnya dia taruh di balik celananya yang terdapat sarung senapan. "Kita berangkat, malam ini juga kita habisi kedua pelaku itu."
•
•
•
"Apa yang kau lakukan Audrey?!" tuan Turner berteriak dengan kepala yang sudah mengeluarkan darah karena dipukul oleh kamera besar, dan pelakunya adalah sang istri.
"Hahahaha__" Audrey tertawa keras dengan terus menaburkan bubuk magnesium yang berada pada kotak yang dibawanya. Studio tempat tinggalnya sudah terbakar di makan api, tapi Audrey tidak peduli sama sekali.
"Audrey___" sang suami menatap sedih ke arah sang istri.
"Kenapa wajahmu sangat jelek?! Apa kau tahu? Gara-gara aku menikah denganmu, aku kehilangan gejolak cinta pada diriku. Aku sudah lelah memotret para wanita itu dengan senyum yang terpancar pada wajah mereka! Aku benci hidupku! Sudah waktunya aku bahagia."
DARRRRR___
Tubuh sang suami terbakar seketika saat Audrey menekan pemicu alat peledak yang dibawanya. Dia merasa senang saat tubuh sang suami perlahan-lahan menjadi abu.
Dengan tawanya yang keras dia berlari ke luar studio dengan menyebarkan bubuk magnesium di wadah yang dibawanya ke seluruh kota.
Dia berniat membakar seluruh kota.
catatan :
*Renjun di book 1 hanya terluka dan tidak mati ya. Dan Haechan masih tidak bisa mengingat apa-apa di sini.
🍂To be continue
salam _dwaekki🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
[04][pt.2] The Servant Devil : Master's Soul
Fanfiction[COMPLETED] [Dark] [Fantasy] Perjalanan Pantomhive kembali lagi, dengan kebangkitannya yang kedua kali dia harus berlawanan dengan kepala keluarga Lee yakni Lee Felix. Dimana dia juga memiliki masa yang kelam dan juga seorang pelayan iblis yang mend...