||The Servant Devil 2||
MARK menatap dari atas bukit tak jauh dari mansion yang ditinggali oleh Haechan saat ini. Angin bertiup kencang di atas sana, mengibarkan beberapa helai rambut hitam milik sang pelayan iblis, rambut hitam selegam matanya. Ia menghembuskan nafas Panjang selaras dengan angina yang berjalan menjauh dari atas bukit, menerbangkan beberapa rumput kering serta debu halus yang tak terlihat oleh mata. Di belakang tubuhnya berdiri laki-laki yang lebih tinggi darinya, seorang angelius mortis; Jaehyun. Matanya juga tak teralihkan dari mansion yang nampak sunyi dari luar. Changbin sangat memperhatikan tuannya yang baru.
"Jadi apa yang kau ketahui tentang Changbin dan ingatan Haechan yang diambilnya, atau bisa aku katakan ingatannya telah diubah olehnya. Seperti yang dituduhkan padauk, bukankah seorang iblis seperti kami tak boleh ikut campur dalam ingatan dan jiwa dari manusia." Mark melirik ke balik punggung, melihat Jaehyun yang masih berdiri dengan satu tangan berada di balik kantung celana.
Jaehyun maju beberapa langkah hingga hampir sejajar dengan Mark, "kau tahu, sebenarnya Changbin mengacaukan ingatan Haechan disebabkan karena ingatannya dengan Felix sangat mirip. Jadi dia bias sangat mudah memanipulasinya, bermula dengan membunuh tuannya sendiri. Dan aku tak tahu dimana dia menyembunyikan tuannya sendiri, setelahnya. Dalam ingatan yang tumpeng tindih, Changbin melakukan ritual terhadap Haechan hingga dia menganggap dirinya sebagai kepala keluarga Lee." Jaehyun melirik kembali ke arah Mark, menatap bayangan sang iblis yang sudah menguarkan aura menyeramkan, asap hitam sudah mengepul pada bayangan. Menari mengintimidasi siapapun yang mendekat.
"Lalu kenapa Changbin tidak dituduh sepertiku? Bukankah dia yang sebenarya ikut campur dalam semua ini. Tubuh dan jiwa tuanku sudah bukan dirinya lagi, bahkan dia mengira akulah yang membunuh kedua orang tuanya serta membakar mansionnya dulu." Mark mengepalkan tangan, matanya berubah menjadi keunguan, "kontrak terhadap tuanku masih terikat denganku, dan aku tak bias membantah semua perintah yang diberikan padaku."
"Aku juga tidak tahu, ini sama persis dengan kasus Caroline. Kau ingat? Dia menyusup ke alam kami dan mengambil cinematic record tanpa dideteksi." ucapnya memandang ke arah mansion, angina kembali berhembus. Kembali pada poros dimana tempatnya dan Mark berdiri, kali ini anginnya lebih kencang mengibarkan rambut mereka berdua bahkan lebih banyak daun kering yang sudah berterbangan, singgah pada beberapa bagian tubuh mereka berdua.
Mark menatap tajam, kali ini bukan pada bayangannya saja asap hitam mengepul. Tapi pada tubuhnya, dari ujung sepatu pantofel yang dia kenakan. Bahkan rambutnya sudah menguarkan aroma yang tidak sedap, ciri dari iblis yang sudah dalam amarah memuncak. Termasuk apa yang terjadi akan sang tuan, Jaehyun hanya bias mendengus pada Mark. Sikap tenangnya seketika hilang, hanya karena setiap inci dari tubuh sang tuan kini tengah disentuh oleh tangan dari orang lain, perasaan yang tidak dimengerti oleh para angelius mortis seperti dirinya.
"Aku tidak mengerti, kenapa kalian berdua sangat menginginkan jiwa dari seorang bocah Pantomhive itu. Hingga berakhir seperti ini, melibatkan banyak orang di dalamnya. Termasuk kami yang harus bekerja lebih untuk itu." ucapnya dengan helaan nafas yang terdengar lebih berat.
"Sudah diam saja, bukankah tugasmu sekarang hanya sebagai penonton saja? Pekerjaanmu tak seberat itu."
Jaehyun terkekeh, "lalu sekarang kau mau apa?
Mark mengeratkan sarung tangannya, merapikan pakaiannya yang terasa tak nyaman. "Tentu saja mengambil tuanku kembali dari tangan sang laba-laba menjijikkan itu. Tangannya benar-benar membuatku muak, dia telah menodai kesucian tubuh dari tuanku."
•
•
•
Di tengah perkebunan mawar biru melangkah kaki dengan bantuan tongkat dengan ukiran yang sangat rumit. Baju yang terlihat mahal, dengan cincin di jari tangan kanan berwana biru sebiru laut dan di jari sebelah kiri berwarna sepekat darah. Haechan dengan kepala tertunfuk menyusuri perkebunan mawar yang berada di pekarang belakang mansion, semuanya mekar merekah karena musim sedang dating dengan hangatnya matahari, namun tak berdampak sama sekali terhadap dirinya.
Hatinya memanas dengan darah yang mendidih, menaglir lebih cepat dari biasanya. Kepalanya terus berputar mengingat-ngingat kejadian-kejadian yang berkeping-keping di dalam otaknya. Dimana kenangan itu diisi oleh Mark, bagaimana sang pelayan melayaninya dengan cekatan. Bagaimana Mark memperlakukannya seperti seorang raja, dan dia sendiri bagai anjing yang sangat penurut. Dan bagaimana saat Haechan bercinta dengan sang pelayan, semuanya terlihat sangat nyata membuat rona di kedua pipi tan nya.
Tapi rona itu seketika hilang saat Haechan mengingat bagaimana mansion miliknya terbakar, dimana itu meluluh lantakkan semuanya menjadi lautan api yang membara. Merenggut semua yang dimiliki oleh Haechan, begitupun dengan kedua orang tuanya. Semuanya tewas dalam peristiwa itu, mengingatnya kembali membuat perut Haechan bergejolak. Rasa mual langsung ia rasakan, kepalanya pening karena peredaran darah berkumpul di ujung kepala. Tangannya mencengkram tongkat yang dibawanya, mengayunkannya dengan kuat menerjang kelopak-kelopai mawar biru yang ada di hadapan dirinya.
Seketika kelopak mawar itu hancur berkeping-keping, kelopaknya berhamburan. Berterbangan kala angin membawanya di udara hangat.
"Akh,-" satu buah rintihan terdengar di balik punggung Haechan saat tongkat itu melayang ke arah belakang, saat Haechan putar tungkainya. Ternyata yang dia dapati adalah sang pelayan wanita; Hana.
Haechan terdiam sebentar, menatap sang pelayan wanita yang tertunduk dan jatuh ke atas tanah dengan wajah menghadap ke bawah. Sang pelayan wanita mengangkat wajahnya, menampakkan wajah cantik dengan mata yang tertutup sebelah oleh perban. Menyembunyikan mata kosong di sana, meninggal rongga yang menganga.
"Tidak apa tuan, jangan merasa bersalah. Kau bisa memukulku lagi, bahkan lebih keras. Aku tak apa." Hana merangkak mendekati Haechan, meraih ujung tongkat nyang dibawa sang tuan, hingga sampai pada ujungnya Hana akan menarik tongkat mengangkatnya dan diarahkan pada pipi sebelah kanan. Namun ia tidak menyangka jika Haechan akan menghentikan gerakan, menarik tongkat itu menjauh dari wajah cantik sang pelayan.
"Apa yang kau lakukan? Aku tak akan memukulmu atas ketidaksengajaan yang aku perbuat sendiri. Bangunlah." Haechan mengulurkan tangannya, menyambut tangan Hana yang terangkat dengan ragu-ragu. Hingga ujung-ujung jari sang pelayan wanita bersentuhan dengan telapak tangan Haechan, dengan tenaga yang tak seberapa sang pelayan wanita langsung berdiri, menunduk mengucapkan terimakasih.
Hana nampak malu-malu diperlakukan seperti sekarang, perlakuan yang lembut mengingat dirinya berstatus pelayan. Dengan kepala tertunduk ia menuruti Haechan yang kembali melangkah dengan suara ketukan yang menyertai.
•
•
•
Changbin menatap dari luar jendela, menatap bagaimana sinar matahari sangat cerah ditaburi kicauan burung di luar sana. Dia berbalik dengan kedua tangan di belakang punggung, kali ini matanya yang berkilau keemasan menatap ke arah tiga orang yang kini berdiri tak jauh dari dirinya. Menatap satu persatu pelayan muda yang berjumlah tiga orang. Pelayan yang pernah bertarung dengan Mark.
"Sekarang kalian pergilah, aku ingin kalian menangkap Mark Chaiden dan bawa dia ke hadapanku. Dia masih berada di sekitar sini, aku bisa merasakan hawa iblisnya." perintahnya pada riga pelayan muda yang kini menundukkan kepala sebagai tanda bahwa perintah telah diterima. Tanpa berbicara banyak, ketiga pelayan muda itu berbalik, keluar dari ruangan milik Changbin, tak luoa mereka mengambil senjata masing-masing, tentunya sebagai upaya melawan seorang Mark Chaiden.
🍂To be continue
salam _dwaekki🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
[04][pt.2] The Servant Devil : Master's Soul
Fanfiction[COMPLETED] [Dark] [Fantasy] Perjalanan Pantomhive kembali lagi, dengan kebangkitannya yang kedua kali dia harus berlawanan dengan kepala keluarga Lee yakni Lee Felix. Dimana dia juga memiliki masa yang kelam dan juga seorang pelayan iblis yang mend...