||The Servant Devil 2||
AIR sungai teramat tenang, bahkan gelombang tak terlihat walau perahu ada di atasnya. Bebatuan runtuh, menggelinding, retak hingga menjadi puing-puing tak berarti. Dengan kekuatan luar biasa Hana berhasil menghisap keempat tibuh itu masuk ke pulau kematian. Pulau persembahan bagi iblis yang ingin memakan jiwa. Tempat yang pernah dikunjungi oleh Haechan dan Mark, tempat yang seharusnya menjadi saksi bahwa jiwa Haechan adalah milik seorang iblis bernama Mark Chaiden.
Langitnya sekarang terlampau gelap, burung gagak dengan mata merah bertengger sepi di atas dahan-dahan pohon dengan daun hijau hitam yang terlihat suram. Aura kematian tercium di penjuru tempat. Menguap di atas tanah bagai udara yang berhembus begitu saja.
"Kenapa kau membawa kami kemari Hana?" Changbin yang terlampau tak sabaran bertanya pada Hana yang berdiri tepat di depan mereka berdua; Mark bersamanya. Berdiri diam dengan mata tertuju pada sosok dalam gendongan Hana.
Tubuh itu terlihat terlampau rapuh dengan mata tertutup rapa. Sang tuan, Haechan Pantomhive. Hana membawanya dalam gendongan, membawanya dengan mudah. Berjalan sedikit menjauh ke arah kursi panjang yang terbuat dari batu. Tubuh yang tak sadarkan diri itu dia terlentangkan. Membelainya pelan kemudian berbalik menatap dua iblis laki-laki yang tengah menatapnya tajam, teramat tajam seperti tatapan itu akan tembus menghujam jantung.
"Tentu untuk menentukan permainan terakhir. Bagaimana?" Hana tertawa pelan.
Berhenti.
Ia menunduk dalam, menatap tanah yang mengeluarkan aroma kematian. Perlahan dia membuka mulutnya lebar-lebar, memasukkan satu ujung jari. Dua, tiga, hingga lengannya masuk ke dalam mulut. Matanya melotot dengan urat-urat yang bewarna merah dah kehijauan, dari dalam mulutnya keluar sebuah pedang; Laevateiin. Pedang yang pernah digunakan Changbin untuk melawan Mark dalam perjamuan makan malam di kediaman keluarga Lee. Pedang yang diselimuti kutukan keabadian, pedang dengan pendar hijau kebiruan. Ujungnya melengkung dan tajam seperti bulan sabit.
"Aku ingin kalian melawan satu sama lain dengan menggunakan pedang ini. Kalian pasti tahu jika iblis tak akan mati. Tapi jika pedang ini yang menyayat kalian. Maka luka pada tubuh iblis tidak akan pernah disembuhkan, begitupun kematian akan menghampirinya. Kalian akan benar-benar lenyap. Siapapun yang akan menang, akan kembali mendapatkan Haechan." Hana tersenyum kecil, menyeringai amat mengerikan. Menatap kedua pelayan iblis yang sedang haus akan jiwa. "Mari kita mulai." Hana melempar pedang itu ke udara.
Changbin dan Mark saling melirik sebelum keduanya sama-sama melompat ke udara. Tujuannya hanya satu, yaitu untuk merebut pedang Laevateiin dengan kutukan di dalamnya.
"Sepertinya perjanjian kita batal." mata Mark berkilau keunguan, ia menendang tubuh Changbin sebelum berhasil merebut pedang itu, ia menggenggamnya kuat yang ternyata lebih berat dari yang dia perkiraan.
Mereka saling menendang memukul hingga bertumpu pada bebatuan yang saling menumpuk. Beberapa bebatuan hancur luluh lantak, tebing-tebing mulai berguguran tapu dua iblis itu tidak peduli dengan semuanya, mereka sudah diselimuti hawa membunuh. Merebutkan satu tubuh dengan dua jiwa, dan tiga kontrak yang terjalin di dalamnya.
"Dia memang dari awal adalah tuanku. Jadi aku akan mempertahankannya sebagaimana dia milikku sejak awal." Mark mengayunkan senjata, hingga lengan Changbin tergores olehnya.
"Dia juga tuanku. Tidak ingatkan kau jika Haechan telah melakukan kontrak denganku? Dia juga mutlak adalah tuanku. Jangan besar kepala hanya kau yang pertama." Changbin menghentakkan kakinya, bebatuan yang cukup besar melayang dan ditendangnya.
Mark dengan cepat mengangkat Laevateiin, membelah dan mengurai bebatuan yang mengarah padanya menjadi debu. Debu itu berterbangan terbawa angin dan menyapu udara semakin pekat. Aroma kematian semakin tercium terlalu banyak, pulau itu akan hancur oleh amuk dari dua iblis dan ilusi yang dibuat oleh sang pelayan wanita.
Hana yang menyaksikan pertarungan itu hanya tertawa ringan, menatap tubuh Haechan yang masih tak sadarkan diri. Tidur diam di atas bangku yang terbuat dari pahatan batu. Sang pelayan wanita melirik sekilas.
Menampakkan tonjolan kecil saat dua alis Haechan sang mengkerut dan hampir bertautan. Di dalam sana, dua jiwa sedang bertemu. Kontrak baru yang terukir di tubuh Haechan juga membuatnya tidak seimbang. Salah satu atau bahkan dua harus menghilang secara paksa.
Maka dari itu Hana memaksa dua pelayan iblis untuk melakukan pertarungan. Melihat siapa yang paling haus akan jiwa sang tuan. Melihat siapa yang paling mengamuk saat tuan mereka diusik, tapi. Dibalik semua itu ada sesuatu hal lain yang sudah direncanakan oleh Hana, dan ia tahu skenario seperti apa yang akan terjadi di depannya. Ia sekali lagi melirik ke arah Haechan, melirik wajah dengan ketegangan tak kalah kuat oleh dua pelayan yang sedang bertarung.
•
•
•
Ruang Hampa
Dua punggung saling menempel, mengambang di satu buah persegi yang melayang di ruang hampa. Satunya bermata biru laut yang dalam, sedangkan yang lain seperti cahaya bulan yang kesepian. Punggung itu menempel namun tak ada satupun yang saling melirik, berbalik karena mereka berdua sudah tahu siapa sosok yang berada di balik punggung.
"Kau hebat, kau bisa rasakan bukan? Mereka berdua sekarang bertarung demi mendapatkanmu. Dan dari apa yang aku lihat, Mark sangat mencintaimu." jiwa Felix yang berada di dalam tubuh Haechan mengangkat kepala, menatap ruang hampa tanpa ujung manapun. Namun ia amat merasakan bagaimana kedua pelayan itu sangat bernafsu untuk mendapatkan jiwa dari seorang Pantomhive.
"Cinta? Bukan, Mark tidak mencintaiku. Kau salah tentang itu, tatapan itu adalah tatapan kelaparan. Tatapan yang hanya menginginkan jiwaku. Dia hanya kesal, karena dia kalah dan dapat dibodohi. Bahkan sampai dua kali, pertama oleh Changbin, kemudian oleh Hana." Haechan hanya menutup mata, merasakan tubuhnya yang terasa diambang nestapa.
Mungkin.
Potongan lantai tempat mereka berdua bergerak, mengambang entah tujuan kemana. Yang pasti, gelap itu tak akan berujung. Punggung keduanya juga tak berpisah sesenti pun. Menempel seperti sudah menjadi satu jua.
"Changbin? Tenang saja, setelah pertarungan itu dia akan kembali kepadaku. Aku memang sangat suka dengan kesetiaan Hana, apalagi dia sudah mempertemukanku dengan adiku. Jeongin, aku dapat merasakan jiwanya di dalam tubuh Hana. Tapi, aku mencintai Changbin, walaupun dia sangat terobsesi dengan jiwamu dan memanfaatkan aku. Tidak apa, aku akan mengambil dia kembali."
Haechan tersenyum kecil.
"Ya, Changbin akan kembali bersamamu. Tapi aku mengasihani Mark."
Felix yang sedari tadi diam kini berdiri, ia sama sekali tak melirik ke.balik punggung. Tatapannya lurus, seperti melihat ke satu titik yang akan ditujunya. Ia merentangkan tangan seperti akan menyambut angin yang datang padanya, memeluknya erat hingga angin akan menghilang sekejap mata.
Felix tersenyum.
"Yah.....itu masalah itu aku minta maaf. Tapi aku juga harus melakukan sesuatu bukan? Maka dari itu, aku mendapatkan apa yang aku inginkan kembali. Dan aku dapat menyaksikan bagaimana Mark akan tersiksa nantinya, perjanjian tetap perjanjian. Aku pergi." Felix melambai pada Haechan, walaupun ia tak menatap ke belakang, walau Haechan juga tak berbalik.
Seketika itu juga Felix melompat pada ruang hampa. Menghilang pada jurang tanpa ujung di dalam jiwa milik sang Pantomhive.
Haechan mendongak.
"Bagaimana ekspresimu nanti jika mengetahui semuanya, Mark?"
🍂To be continue
salam _dwaekki🐻
KAMU SEDANG MEMBACA
[04][pt.2] The Servant Devil : Master's Soul
Fanfiction[COMPLETED] [Dark] [Fantasy] Perjalanan Pantomhive kembali lagi, dengan kebangkitannya yang kedua kali dia harus berlawanan dengan kepala keluarga Lee yakni Lee Felix. Dimana dia juga memiliki masa yang kelam dan juga seorang pelayan iblis yang mend...