🍂 Chapter_08:: Teror Di Dalam Kereta

661 98 9
                                    

||The Servant Devil 2||

SUARA desis dari asap kereta menyembul dari cerobongnya. Kereta api akan segera berangkat, beberapa orang mengangkat koper mereka. Berjalan satu persatu menaiki gerbong yang semakin lama semakin penuh oleh penumpang yang ingin menuju tujuannya.

"Tolong jaga manor selama kami pergi. Kami tidak akan lama, aku mohon bantuanmu Robert." Mark meletakkan tangan kanannya di dada sebelah kiri dan menunduk kepada Robert.

Robet membalas dengan sedikit membungkuk, "tentu saja, aku akan menjaganya dengan baik. Jagalah tuan Haechan saat bersamamu. Naiklah, aku takut nanti akan terasa sesak saat detik-detik terakhir keberangkatan."

Mark beralih kepada Haechan. Mereka berjalan menunju gerbong mereka, Haechan berjalan di depan dan dengan senantiasa Mark akan mengekorii dari arah belakang, menemani serta melindungi sang tuang dari kondisi sekitarnya. Bagai seekor anjing yang sangat setia, siap mengigit siapapun yang ingin menyentuh tuannya.

Sebelum naik ke atas gerbong, Haechan melihat kekacauan yang tercipta di depan dirinya. Seorang perempuan dengan kacamata telah menyenggol satu peti yang dibawa oleh dua pria kekar, peti itu terbuka sedikit. Sang perempuan hendak menyentuh penutup peti untuk ditutupnya kembali, namun tangan itu menggantung di udara.

"Jangan sentuh benda itu! Itu adalah benda ilmiah yang sangat berharga, apa kau tahu berapa harganya?!" seorang pria yang berumur sekitar empat puluh keluar dari gerbong, jas coklat dengan topi tinggi dan cerutu dalam genggamannya. Dilihat sekali saja orang-orang pasti tahu jik dia adalah seorang pria kaya.

"Mumi?" Haechan melirik ke arah Mark untuk meminta penjelasan.

"Belakang ini, barang-barang yang berasal dari mesir. Seperti harta terpendam sangat populer di kalangan bangsawan, slaah satunya adalah mumi. Benda incaran para kolektor."

Mark dan Haechan hanya memandangi kekacauan yang ada tanpa ingin ikut campur di dalamnya. Seorang dengan baju serba hitam datang dan berlutut di depan peti; seorang pendeta muda.

"Tolong maafkan kami, jauhkan kami dari malapetaka." dia berdoa dengan jari jemari yang saling menggenggam.

"Kenapa diam saja! Bawa itu masuk, pelan-pelan jangan sampai rusak!"

Dua orang yang membawa itu bergegas menutup kembali peti yang berisikan satu buah mumi di dalamnya, mengangkatnya dengan hati-hati, takut jika sang tuan akan marah pada mereka.

Dengan bahan seadanya, Mark menyajikan satu cangkir teh dengan kualitas terbaik, daun-daun teh itu dibawanya dari mansion. Daun teh itu diseduh dengan air panas disaring hingga tidak ada ampas yang ikut terbawa, saat sang pelayan menyiapkan teh, sang tuan sedang melamun memandangi pemandangan luar dengan dagu yang ditahan oleh tangan kanannya.

"Aroma dari teh Williamson Magor's Summer cocok sambil memandang pemandangan, ini adalah kombinasi yang sangat pas." tidak mendapatkan jawaban, Mark menatap ke arah Haechan yang masih melamun dengan wajah masam tidak betah, "tuan? Jangan seperti itu, kita sedang berpura-pura untuk liburan. Jangan memasang ekspresi seperti itu. Pelakunya pasti akan curiga."

Haechan mendengus, "ya, aku tahu."

"Apa kau sedang memikirkan keluarga Lee?"

"Tidak."

"Lalu apa yang kau pikirkan? Tentang kasus ini?"

"Tidak ada, kita hanya tahu kalau adanya hubungan dalam masalah ini. Tapi sekarang perintah yang mulia adalah yang utama." Haechan menggeser duduknya ke dekat pintu gerbongnya, dia menyibak tirai yang menutupi kaca ruangannya, di luar sana dia melihat seseorang yang tengah bersembunyi. Seorang pria yang terlihat sangat gugup. "Jadi ini tuan Acroid? Yang diculik adalah anak satu-satunya."

[04][pt.2] The Servant Devil : Master's SoulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang