||The Servant Devil 2||
DI sebuah kursi goyang terbuat dari kayu cendana yang kuat berwana coklat pekat dengan ukiran dan pahatan yang elegan. Hasil buatan tangan yang sempurna, dikirim langsung dari negara Belanda yang dipesan oleh Mark khusus untuk sang tuan.
Haechan yang duduk dengan tenang memangku sebuah surat kabar di pangkuannya. Dia membacanya sebaris demi sebaris tulisan yang ada, melihat kabar tentang kereta api yang hampir menewaskan seluruh penumpang di dalamnya yang secara ajaib berhenti begitu saja. Tidak ada yang tahu penyebab kereta itu berhenti, namun orang-orang sudah mengetahui siapa yang dapat melakukannya. Yakni, Haechan bersama dengan sang pelayan setia, walau nama mereka tidak tertera di halaman berita. Tetap saja kabar berhembus dari mulut ke mulut yang awalnya di mulai dari beberapa penumpang yang mengingat wajah Haechan dan Mark.
Suara langkah terdengar mendekat.
Mark mendorong sebuah meja roda ke hadapan Haechan. Di atas sana sudah ada teko berisi teh hangat dengan satu cangkir dan juga tatakan. Tidak lupa dengan roti kering sebagai pendamping teh hangat.
Mark menunduk hormat.
Tanpa diperintahkan, Mark bergerak untuk menyajikan teh yang sudah dibawanya. Teko diangkat. Saat teh itu keluar dari dalam teko kepulan asap beraroma teh segar langsung tercium ke dalam indera penciuman. Aroma teh tidak terlalu pekat dan ringan membuat tubuh rileks karenya. Warna teh jernih tanpa ampas.
Mark mengangkat tehnya, meletakkannya di dibagian meja kecil yang terdapat di dekat Haechan.
"Hari ini aku menyiapkan mate tea*, kau pasti kelelahan akibat perjalan kereta. Teh ini akan membuat tubuh dan otot-ototmu rileks. Aku juga menyiapkan cookies dengan kualitas cokelat terbaik. Silahkan tuan."
Haechan meraih cangkirnya, menghirup aroma teh itu dalam-dalam untuk menikmati aromanya terlebih dahulu. Matanya terbuka, memandang pemandangan mansion yang begitu luas, dengan gerakan pelan dan tertata. Haechan menyesap teh nya, membiarkan ujung lidahnya mengecap rasa pahit dan sedikit hambar dengan rasa manis yang yang tidak keras. Mark benar-benar tahu seleranya seperti apa.
Dia kembali melirik ke arah kirinya, saat dia melihat Mark menyerahkan sebuah amplop kepadanya. Cangkirnya masih dia pegang, ditaruh di atas kedua pahanya.
"Apa itu?" tanyanya dengan mata menatap ke depan. Beberapa pegawai sedang bekerja, memetik anggur yang mulai berbuah. Sebagian dari mereka juga sedang memangkas rumput-rumput yang mulai tinggi karena selalu tersiram air hujan.
"Pelayan pribadi tuan Lee menyerahkan ini padaku. Akan diadakannya pesta di mansion nya. Dan dia mengundangmu, aku tidak tahu tujuannya apa."
Haechan meletakkan cangkirnya di atas meja, mengambil sepucuk surat yang tersegel lilin dengan cap khas keluarga Lee, lilin itu berwarna biru terang sedikit keunguan dengan lambang yang Haechan tidak tahu itu apa.
TAKK
Bunyi amplop yang terbuka tidak terlalu kuat. Di dalam sana, dengan teliti dan pelan-pelan. Haechan membacanya, membaca undangan yang akan dilaksanakan dua hari itu. Tema dari acara adalah pesta kostum.
"Terlalu kekanak-kanakan, kenapa dia mengambil tema pesta kostum? Apa dia sedang bermain-main?" Haechan melipat kertas itu dan menaruhnya di atas meja. Tangannya menggapai satu cookies untuk meredam rasa pahit yang masih terasa di ujung lidahnya.
"Aku tidak tahu tuan, tapi bukankah kau ingin menyelidiki tuan Lee? Bukankah kau ingin mengetahui keterlibatannya dalam kasus nyonya Audrey. Kita tidak tahu, siapa laki-laki yang bertemu dengannya, dan siapa yang memberikannya bubuk magnesium oksida itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[04][pt.2] The Servant Devil : Master's Soul
Fanfiction[COMPLETED] [Dark] [Fantasy] Perjalanan Pantomhive kembali lagi, dengan kebangkitannya yang kedua kali dia harus berlawanan dengan kepala keluarga Lee yakni Lee Felix. Dimana dia juga memiliki masa yang kelam dan juga seorang pelayan iblis yang mend...