T i g a p u l u h s a t u

1.3K 172 27
                                    

Alin kembali menyisir rambutnya untuk yang beberapa kali. Beberapa kali juga ia mencoba mencepol rambutnya tapi berujung kembali di lepas. Ia bingung harus menata rambutnya dengan gaya apa. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan, yang artinya sebentar lagi Rivaldo menjemputnya.

"Udahlah nggak usah di apa-apain." Alhasil ia hanya menggerai rambutnya dan keluar dari kamar.

Di ruang tengah, Alin sempat melihat Arsan dan Nawang tengah menonton televisi bersama.

"Mbaaakk..... Tungguin aku!" Suara cempreng itu terdengar. Alin menoleh ke belakang dan melihat adik bungsunya tengah berlari menghampirinya dengan tubuh yang sudah berbalut gaun cantik.

Alin mengernyit heran melihat Citra yang nampak sumringah. "Kamu mau kemana?" Tanyanya setelah Citra sudah tiba di sebelahnya. Ia pandangi Citra dari atas sampai bawah lalu beralih menatap kedua orangtuanya untuk meminta klarifikasi.

"Aku kan mau ikut ke kondangan." Jawab Citra seraya memutar tubuh gemuknya, membuat gaun cantik yang dikenakannya mengembang bak princess.

"Apa? Ikut kondangan?" Wajah Alin mulai tidak santai. "Ma, ini maksudnya gimana sih? Kok dia ikut kondangan?" Adunya pada Nawang.

"Adik kamu maunya ikut kondangan sama kamu." Hanya itu yang keluar dari mulut Nawang.

Lantas Alin mencoba meminta penjelasan pada Arsan. "Yah, kok Ayah biarin Citra ikut sih!?"

"Jadi aku nggak boleh ikut?" Sela Citra. Wajah gadis itu yang semula sumringah menjadi muram.

"Nggak lah! Kamu ikutnya nanti lusa, sama Mama sama Ayah." Sahut Alin tak bisa berucap sedikit saja lebih pelan karena sudah terlanjur tertimbun emosi.

Bukan anak Nawang Wulan kalau dia tidak membantah. "Tapi aku maunya sekarang!"

"Ya nggak bisa lah!"

"Nggak mau tau! Pokoknya ikut!!" Wajah Citra yang sebulat bola pingpong mulai memerah dan sebentar lagi pasti menangis.

Arsan menghela napas. "Citra, kamu kan sudah besar, jangan apa-apa serba nangis dong. Lagipula disana nggak ada anak kecil. Semuanya orang dewasa," Tuturnya pada si bungsu.

Air mata mulai mengalir di pipi Citra. Dan Alin sungguh puas dengan pembelaan sang Ayah.

"Udah ah, aku mau berangkat dulu." Pamitnya dan segera pergi sebelum suara tangis Citra terdengar.

"Kamu berangkat sama siapa?" Tanya Arsan.

Alin membuka layar ponsel kala ponselnya bergetar. Itu pesan dari Rivaldo yang memberitahu bahwa pria itu sudah menunggu di depan rumah. Setelah itu ia tatap sang Ayah. "Sama driver taksi, hehehe." Lantas segera keluar dari rumah.

Dan suara tangis pun terdengar. Tak tanggung-tanggung, Citra bahkan ngosek didepan Arsan dan Nawang.

Nawang yang tak tega segera membawa Citra duduk di pangkuannya dan berusaha menenangkan Citra. "Kan lusa kita juga mau ke kondangan. Udah dong jangan nangis, cup-cup-cup."

Citra tak henti menangis. Membuat Arsan sekali lagi harus turun tangan untuk menenangkan. "Udah gede kok nangis terus, malu dong sama temen-temennya," Katanya sembari mengambil alih Citra dari pangkuan istrinya. "Ya ampunnnnn beratnya... Udah jadi anak SMP kok masih doyan nangis."

Citra sama sekali tak menggubris nyinyiran sang Ayah. Ia terus menangis tersedu-sedu.

"Udah dong Dek, jangan nangis terus, ah! Katanya mau punya adik."

"Bohong! Kata Mbak Alin, Mama nggak bisa punya anak lagi!" Ucap Citra.

Arsan melirik Nawang dan Nawang hanya mengangkat bahu.

Your My LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang