"Yak!"Jimin berjengit kaget saat ada yang menepuk bahunya lumayan keras, "Astaga. Untung saja aku sehat!"
Gadis itu langsung berbalik, siap mengeluarkan suara cempreng dan kemampuan rap-nya. Tapi, sayang seribu sayang. Perkataan yang akan keluar dari celah kedua bibir tebalnya tertahan kala melihat wanita paruh baya didepannya yang menatapnya berbinar dan penuh cinta.
Jimin mendelik saat wanita tersebut menggoyangkan badannya tak beraturan, "Kau Park Jimin, kan? Aigo, Jiminie! Kau sangat cantik, sayang!"
Jika tadi Jimin merasa kesal, tak dapat dipungkiri kini ia merasa sedikit takut dengan perempuan tua asing didepannya ini.
Siapa dia? Kenapa dia mengenalku? Jimin pun tidak pernah merasa kenal dengan orang ini! Atau aku pernah kecelakaan dan mengalami amnesia sehingga melupakan orangtua ini? Mustahil. Dia bahkan masih mengingat Jihyun- adiknya pernah mengompol saat SMP! Ah, pokoknya Jimin tidak mengenali wanita ini!
"Kau siapa? Bagaimana bisa kau mengenalku?" tanya Jimin seraya menunjuk-nunjuk wanita itu disertai delikan matanya yang malah terlihat menggemaskan.
Dapat dilihat Jimin, wanita didepannya ini langsung melunturkan senyumnya. Raut wajahnya menjadi sedih, membuat Jimin merasa bersalah. Tapi, hey! Jimin benar-benar tidak mengenal perempuan ini, dia tidak salah kan bereaksi seperti tadi?
"Ternyata anak kurang ajar itu tidak mengenalkanku padanya? Sedangkan, dia setiap hari menceritakan tentang gadis ini!" gerutunya pelan.
Jimin yang mendengarnya sedikit langsung menundukkan wajahnya dan mendekati wanita setengah baya itu, "Nee? Ahjumma salah orang?"
"TIDAK!" balasnya berteriak. Dan refleks langsung menutup mulutnya saat dia menjadi pusat perhatian diparkiran rumah sakit. Ya meskipun tidak terlalu banyak orang berlalu lalang.
Jimin pun langsung memundurkan langkahnya, berniat pergi diam-diam dan tidak menghiraukan perempuan yang menurutnya gila ini!
Dia sudah akan membuka pintu mobil, sebelum tangannya ditahan lagi oleh tangan kurus wanita tadi, "Mari berkenalan! Kau pasti akan mengetahui siapa aku sehabis ini!"
Jimin hanya mengangguk, supaya cepat. Oh ayolah, dia sangat capek! Ingin cepat-cepat memanjakan punggungnya nanti!
"Park Jimin."
"Jeon Yoonhee. Ibu Jeon Jungkook, teman SMA mu dulu. Kau ingat kan?" tanyanya antusias.
"M-mwo?" dan senyumnya yang sempat terbit beberapa detik lalu langsung sirna begitu saja.
^^^
"Eomma!"
Yoonhee yang sedang menundukkan kepalanya langsung menolehkan kepalanya ke sumber suara.
"Kau baru sampai? Perjalanan macet?"
Pemuda didepannya langsung merotasikan bola matanya malas, "Berhenti bercanda, eomma! Pesawat mana yang terjebak kemacetan, huh?"
Sang ibu pun terkekeh menyebalkan, "Aigo, kookie. Jangan terlalu serius! Bercanda lah sesekali, sayang."
"Mana Jimin?" tanyanya langsung tanpa basa-basi.
Yoonhee langsung mencibir dan memukul keras kepala Jungkook. Dia mendadak merasa kesal lagi dengan tingkah laku sang anak lelaki satu-satunya. Padahal seingatnya, dulu Yoonchul tidak se-menyebalkan Jungkook. Entah gen mana yang ditiru Jungkook!
"Kau berbohong ya tentang Jimin?! Dia bukan kekasihmu, bodoh!" omelnya seraya menarik telinga Jungkook.
"Argh— aku tidak pernah bilang Jimin itu kekasihku, eomma!" teriaknya kesakitan.
"Lalu? Selama sepuluh tahun ini, kau tidak mau menikah hanya demi dia yang bahkan tidak peduli kau masih bernafas atau tidak?!" teriak Yoonhee jengkel.
"AMPUN, EOMMA!!!"
^^^
"Bagaimana keadaan Somi?" tanya Jungkook pelan.
"Besok dokter akan menjelaskan hasilnya. Mau ikut?" ajak Yoonhee, kemudian wanita tua yang masih cantik itu menghela nafas saat dilihatnya sang anak malah merenung.
Yoonhee menyenggol lengan Jungkook supaya kesadarannya kembali. Jungkook mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menatap Yoonhee dengan tampang bodoh.
Itu artinya, dia akan bertemu Jimin, kan? Tentu saja Jungkook mau! Dia tidak mungkin menolak untuk bertemu dengan malaikat pemilik hatinya!
kayaknya per chapter pendek-pendek, biar jadi banyak halaman :v

KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fiksi Penggemar[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...