Chapter 27

467 64 27
                                    


Jungkook menghela nafas lelah saat ditatap penuh tuntutan oleh dua perempuan yang memiliki peran penting dalam hidupnya itu. Kalau Somi hanya memicingkan matanya tak mengerti, sedangkan sang eommanya menatap ia dengan tajam tak lupa pelototannya.

"Jadi? Aish, kenapa kau diam saja?"

"Apakah oppa mendadak bisu?"

Jungkook membolakan matanya tak terima saat menatap Somi yang balas menatapnya dengan kedipan polos. Jungkook mendengus, "Aku bingung harus memulai dari mana!"

"Intinya saja, Jeon!"

Jungkook mengumpat dalam hati, mereka selalu saja berkata itu, seperti bukan bagian dari keluarga Jeon saja!

"Kalau intinya ya – pokoknya Jimin tidak akur dengan keluarganya!"

^^^

Jika berpikir Jimin mungkin akan menangis tersedu-sedu di bangku taman rumah sakit, salah besar. Dan jika berpikir Jimin mungkin merasa frustasi, lelah, letih, dan sebagainya, itu juga salah.

Nyatanya, gadis itu kini sedang menelusuri lorong rumah sakit yang sudah ia hapal seluk-beluknya dengan bersiul pelan. Tujuannya adalah mengunjungi sebuah ruangan yang biasa digunakan untuk rapat besar para dokter.

Jimin berteriak heboh saat mendapati ruangan itu berisi orang-orang yang sedang ingin dikunjunginya, "EONNI!!! OPPA!!!"

"Eoh? JIMINIE?!"

Jimin segera berlari dengan langkah riang. Begitu sampai dihadapan mereka yang masih melongo tak percaya, tubuh kecilnya langsung ditabrakkan pada tubuh salah satu wanita tinggi disana yang mana membuat wanita itu hampir saja terjengkang jika tak ditahan oleh kekasihnya, tapi Jimin mana peduli "Seokjin eonni! Wah, kenapa kau semakin tinggi?" gumamnya dalam dekapan Seokjin. Seokjin menggumam betapa rindunya ia pada adik nakalnya ini seraya mengeratkan pelukan mereka.

"Sejak kapan berada di Swiss? Kenapa tak menghubungi kita?"

Jimin melepaskan pelukannya dan beralih memeluk kekasih Seokjin— Namjoon dengan erat, "Ah, Namjoon oppa juga semakin tinggi! Benar-benar pasangan tiang!" hujatnya dengan wajah penuh iri dan dengki. Namjoon mengelus lembut rambut gadis yang dianggapnya seperti adik kandung itu.

Setelah puas, dia kembali melemparkan tubuhnya pada gadis lain yang memiliki perawakan tubuh mungil sepertinya, "Yak! Kim Jennie—"

Jennie segera menepuk keras lengan kurus Jimin yang sudah melingkar diarea pinggangnya, "Panggil yang benar!" tak pelak juga ia semakin mengeratkan pelukannya dengan Jimin.

Jimin menarik tubuh kecilnya dan memilih duduk di kursi yang ada disana, tanpa menggubris perkataan dengan nada penuh tak terima oleh kekasih Jennie, "Kau melupakan ku? Yak, Park perawan tua Jimin! Tidak sopan!"

"Berhenti mengataiku seperti itu!" rengek Jimin. Telapak tangan mungilnya yang terkepal menggebrak meja tak berdosa disana, karena merasa tak terima dihina oleh Jongin!

"Aku mau menikah tau! Dan hilangkan panggilan busuk itu!" imbuhnya ketus sembari menatap mereka satu persatu yang sibuk menahan tawa, "Kalian tidak percaya?"

"Memangnya siapa yang mau dengan gadis— ah tidak maksudku perempuan perawan tua yang suka seenaknya sepertimu!" tentu saja ini adalah Jongin yang hobi mengerjainya.

Meskipun dirinya tau bahwa teman-temannya itu hanya bercanda, Jimin merasa hawa panas ada disekelilingnya, jadi yang ia lakukan sekarang adalah mengibaskan telapak tangannya didepan wajahnya sendiri. Setelah itu, ia kembali menatap mereka sambil mengibaskan rambut panjang terurainya dengan jumawa.

"Tidak masalah baru bertemu jodoh, yang penting langsung nikah dan punya anak banyak! Daripada kalian, kencan terus kapan nikahnya? Nanti anak kalian keburu mengenali kalian sebagai neneknya loh! Hih, amit-amit!"

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang