Jimin menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan senyum lebar. Tangannya direntangkan setelah berhasil membuka jendela kamar yang membuat ia kini langsung terhubung ke balkon. Maniknya terlihat berbinar seperti melihat sesuatu yang indah, walaupun kenyataannya yang dilihat hanyalah atap-atap mewah yang ada di kawasan ini."Aaahh~ akhirnya! Bukankah sangat membosankan saat sakit?" kepalanya diangkat keatas sembari memejamkan mata. Setelah beberapa detik, maniknya kembali terbuka dan yang dijumpai tidak hanya awan-awan berjalan diatas sana, namun juga wajah kaku Jungkook yang berada tepat disampingnya.
"Apa?" tanya Jimin ketus. Tangannya dengan tega mendorong kuat wajah Jungkook agar menjauh darinya. Yang dibalas pemuda itu dengan cibiran protes.
"Inikah balasanmu? Tidak tau terima kasih! Kau mau kupecat jadi istri simulasiku, ya?"
"Tidak mau!" acuh Jimin, "Kau sudah janji, dan harus kau tepati!"
"Maksudku, kupecat jadi istri simulasiku dan kuangkat kau jadi istri sahku!" terang Jungkook.
"Mulai bicara tak tentu arah lagi!" desah Jimin, "Oh iya, omong-omong. Kau benar-benar menjual bayi yang kusewa?!" pekikan Jimin setelahnya, sukses membuat Jungkook menutup telinga kanannya dengan sebelah tangannya lagi yang langsung membekap mulut gadis itu.
"Telingaku masih seratus persen berfungsi. Dan berhenti berteriak! Persentase fungsi telingaku akan menurun nanti!"
Jimin segera membuat gestur muntah saat telapak tangan Jungkook berhasil ia singkirkan dari mulutnya, dia terus-terusan menjulurkan lidahnya keluar membuat Jungkook jengah, "Nah, teruskan bakatmu seperti itu! Kau sudah nampak seperti anjing peliharaanku!"
Jimin memberikan bogeman main-main pada lengan kekar Jungkook, "Enak saja! Bau tanganmu itu loh, seperti habis terkena kotoran bayi!" sungutnya kesal.
"Oh iya. Aku memang habis mengganti popok bayi sewaanmu dan sekarang aku lupa belum cuci tangan sama sekali. Makasih ya sudah diingatkan! Dah, Jimin!" sembari menahan tawa mati-matian, Jungkook segera berlalu dari hadapan Jimin yang masih sedang memproses perkataannya.
Begitu paham, "JUNGKOOK! IWH! YA AKU TAU DIA SEKARANG BAYIKU, TAPI TETAP SAJA KOTORANNYA NEMPEL PADA MUKAKU! HWAAA!"
Jungkook tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
^^^
"Kau benar-benar menjual bayi ini?"
"Ralat. Bukan menjual, aku menitipkannya dipanti asuhan. Jika orang tuanya mencari, kita tinggal bilang padanya jika bayinya yang menyusahkan sudah ku taruh di panti asuhan!"
Jimin mengernyitkan dahinya, "Katamu kau sewakan?"
Jungkook mendengus, "Aku tidak setega seperti dirimu!" sahutnya cepat.
Wajah Jimin langsung menekuk dengan bibir mengerucut sebal, "Selalu saja ada orang iri ketika aku bersikap mulia hati, huh!" gerutunya.
"Berhenti berbicara omong kosong!" sahut Jungkook ketika ia mendengar dengan jelas gumaman milik Jimin.
"Mwo?"
"Kau tidak punya kelebihan untuk membuat iri setiap orang, mantan dokter!"
"YAKKK!!!"
^^^
"Yeobseo, eomma?"
"Aish, Jeon! Kau benar-benar tidak pernah menjenguk adikmu lagi? Kau memilih dengan perempuan tidak peka itu?!"
Jungkook menjauhkan handphone dari telinganya saat sang ibu tengah mengomel sambil teriak-teriak diseberang sana. Menghela nafas sesaat, ia kembali menempelkan handphonenya pada telinga kirinya. Bersamaan dengan itu, tangan kanannya yang menganggur dibawa untuk memainkan lembut pipi Jimin yang sedang tidur disofa dengan bantalan pahanya.
"Seperti biasa. Ibu-ibu ini sangat cerewet!"
"Yakkkk!!! Bagaimana bisa kau mengatakan hal ini kepada eomma-mu, eoh? Aku yang melahirkanmu, aish jinjja!!!"
Mendengus jengah, pemuda itu kembali berkata, "Selalu saja kalau ngomel pasti menyangkut-pautkan dengan kelahiran! Aku tau kau yang melahirkanku, lalu kenapa? Menyesal? Dasar perhitungan!"
"JEON JUNGKOOK!!! YAKKK—"
"Minggu depan aku akan kesana— bersama Jimin. Sampai jumpa!" selanya.
Tut.
Jimin yang sedari menutup matanya pun perlahan-lahan melirik Jungkook dari sudut kecil matanya yang terbuka.
"Bangun! Aku tau kau belum tidur, menyusahkan!"
Jimin mencibir, menirukan bagaimana tadi Jungkook berbicara sebelum membuka mata sipitnya dengan lebar, "Eomma-mu mengatakan aku tidak peka? Wah, haishh! Wanita itu perlu diberi pembekalan jika aku ini adalah orang pemilik rasa simpati dengan persentase tertinggi di dunia!"
"Kau menguping?" tanya Jungkook seraya menjewer telinga Jimin, tidak sakit tapi menimbulkan bekas merah yang langsung dibalas dengan rengekan gadis itu, "Dasar tidak sopan! Kau juga bilang apa tadi? Wanita itu?" setelah puas menjewer telinga Jimin, kini pemuda itu mencubit gemas hidung mungil perempuan itu, "Dia akan menjadi ibu mertuamu kalau harus kuingatkan!"
Lalu, Jimin balas dengan cubitan mautnya pada lengan kekar pemuda itu, "Persetan dengan itu! Pokoknya kau suamiku!"
Jungkook mengambil tangan Jimin yang masih sedang mencubitnya dan langsung digigit dengan gemas jari-jari kecil milik gadis itu.
"Aigoo, posesif sekali!"
"JUNGKOOK! EWWHHH! LEPAS! DASAR JOROK, SIALAN!"
🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fanfiction[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...