Chapter 9

601 70 4
                                    


Jimin mengerang pelan saat dirasa seseorang sedang mengguncang bahunya. Ia semakin menenggelamkan seluruh tubuhnya pada selimut tebal ketika seseorang tersebut menepuk sisi wajahnya untuk membangunkannya, yang malah disalah artikan Jimin sebagai penghantar tidurnya.

Seseorang tersebut menjulurkan lidah ke pipi dalam bagian kanan, merasa gemas.

"Aku tau kalau kau itu mirip bayi. Tapi aku sekarang sedang tidak menidurkanmu, sayang. Jadi, ayo cepat bangun!" perintahnya dalam. Tangannya yang kekar dan berotot itu dengan mudah menarik selimut yang melingkari tubuh Jimin.

Jimin mencebilkan bibirnya kesal, tapi dia tetap berusaha mendudukkan dirinya dengan sisa-sisa nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya. Jari-jari mungilnya mengucek pelan matanya agar penglihatannya cepat fokus. Setelah wajah seseorang tersebut nampak jelas di matanya, Jimin mendesah kesal, "Aku muak lama-lama melihat wajah konyolmu itu, Jungkook!" makinya.

"Sebelum kau mengataiku, lihat dulu dimana kau sekarang tinggal, nona tidak tau terimakasih!" maki Jungkook balik.

"Mana aku tau! Aku tertidur tadi!" jawabnya tak mau disalahkan. "Cih, apartemenmu kah ini? Apartemenku bahkan dua kali lipatnya dari tempat ini!" lanjut Jimin berdecih.

"Daripada membicarakan hal yang tidak berguna seperti ini, lebih baik kita membicarakan masalah kita saja, sialan!"

"Bicaralah sana dengan tembok!"

Jungkook hanya mendesah kasar. Apalagi saat Jimin dengan gaya angkuh malah melewatinya begitu saja.

Hey, gadis itu memang harus diingatkan kembali dimana ia tertampung sekarang!

^^^

"Yak! Jungkook-ssi!" panggil Jimin disela-sela acara makan malamnya di apartemen Jungkook.

Jungkook berdehem pelan sebagai jawaban. Melihat respon tersebut membuat Jimin mengurungkan kembali niatnya, "Padahal aku ingin memberikanmu kesempatan untuk berbicara denganmu tentang masalah saat itu!" kata Jimin dengan nada acuh tak acuh, tak peduli lebih tepatnya.

Sontak saja Jungkook langsung mendongakkan kepalanya cepat, "Ayo bicarakan sekarang!" sahut Jungkook cepat yang terkesan tak sabaran.

Jimin menggelengkan kepalanya pelan sambil terus melanjutkan acara makannya, "No! Aku sudah tidak mood gara-gara kau mengacuhkanku!"

Jungkook yang mendengarnya pun berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan amarahnya pada gadis cantik didepannya ini. Harus diingat, Jungkook tidak pernah sesabar ini!

"Jimin, aku akan melakukan apapun jika kau mau." bujuk Jungkook dilembut-lembutkan.

Mata Jimin langsung berbinar cerah, "Benarkah? Apapun? Kau mau?" tanya Jimin beruntun.

Jungkook diam, mendadak dia memiliki firasat yang jelek pada Jimin. Tapi saat melihat Jimin menatapnya memohon bak anak anjing yang minta dipungut, dengan setengah hati ia mengangguk, "Iya!"

"Belikan aku apartemen!" Jimin langsung meminta tanpa tau malu.

"KATANYA KAU LEBIH KAYA DARIKU?!" protesnya tidak terima.

"AKU MEMANG KAYA! DAN SEKARANG AKU SEDANG MENJAGA KEKAYAANKU AGAR TIDAK BERKURANG!" balas Jimin berteriak setengah merengek.

"ARGH! AISHH! Menyesal aku mencintaimu!"

^^^

"NOONA PULANG DAN KENAPA TIDAK BILANG?! KENAPA AKU DITINGGALKAN DISINI SENDIRIAN?!"

Jimin mengorek telinganya kesal saat suara sang adik ditelpon terdengar sangat nyaring.

"Lebay sekali, sih! Jangan berlagak seperti perawan yang habis diperkosa dan ditinggalkan begitu saja!!!" balas Jimin kesal.

Jihyun menggerutu kesal dan sesekali mengumpati kakaknya, "Berhenti membicarakan ku! Aku dengar, bodoh!"

"Kenapa pakai segala acara pulang lebih awal, sih?"

Jimin langsung memandang Jungkook disampingnya yang sedang menyetir. Ya, rencanya hari ini mereka akan mencari apartemen untuk Jimin tinggali.

Jimin mendengus, "Ada urusan dengan seorang bajingan!" jawab Jimin seraya memutarkan bola matanya malas. Dan mendelik saat Jungkook menatapnya tanpa dosa. Please, wajah tanpa dosa itu malah terlihat menyebalkan dimata Jimin!

"Huh, dasar sok sibuk kau—"

Tut.

"Cerewet. Benci sekali aku melihat dan mendengarnya!"

Jimin melemparkan ponselnya dengan asal ke dashboard mobil. Lalu, memijit pelan keningnya. Jujur saja ya, Jimin masih belum memaafkan semua orang dimasa lalu. Jimin tidak ingin berdamai, dia ingin balas dendam tentu saja!

Mengingat nama-namanya saja sudah membuat Jimin ingin muntah. Hah, wajah-wajah para munafik itu— Jimin tidak akan pernah melupakannya!

"Kau serius ingin menguras uangku?" tanya Jungkook memastikan sekali lagi, sedikit tidak rela juga.

Dasar orang-orang kaya pelit!

Memangnya mau diapakan uang-uang itu nanti?

"Iya lah!" jawab Jimin ketus.

Jungkook menghela nafas, "Ya sudahlah. Hitung-hitung melatih diri untuk menjadi suami yang sedang menafkahi istri!"

"Aku tidak mau jadi istrimu!" balas Jimin.

Jungkook terkekeh tanpa suara, "Siapa juga yang sedang melamarmu?"

Jimin mengerucutkan bibirnya, wajahnya memerah malu, dan tangannya bersiap meninju lengan Jungkook, tapi segera ditahan oleh sang empu pemilik lengan tersebut.

"Kau sendiri yang terlalu percaya diri sampai sakit hati dan kenapa malah aku yang dipukul?!"

Jimin menurunkan tangannya. Wajahnya menunduk tapi tatapan matanya lurus kedepan. Bibirnya mencebik disertai tangan yang sekarang sudah disilangkan didepan dadanya.

Jungkook yang tidak tahan dengan tingkahnya pun, segera menarik pipi Jimin lumayan keras sampai ia menghadap Jungkook tepat didepan wajahnya.

Jimin melotot, "Sakit, bodoh!"

Kebetulan sekali, saat ini mereka berada di perempatan dan lampu rambu lalu lintas disana masih menyala dengan warna merah yang dipinggirnya menunjukkan detikan angka 100— maklum saja, ini ditengah kota.

Jungkook mengelus lembut pipi tembam Jimin yang tadi dicubitnya, "Jangan ngambek, baby. Tenang saja, aku segera melamarmu!"

Jimin menampar keras seluruh wajah Jungkook dengan telapak tangannya, tidak mengenai diseluruh wajah Jungkook, karena tangan Jimin yang mungil, "Hm, makan itu baby!"










penthouse mau tayang😭
udah siap darah tinggi aku :)

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang