Jimin berdehem dengan canggung saat manik sabitnya melihat layar handphonenya yang menampilkan icon panggilan dengan nama yang tertera pada benda pipih itu—Eomma is calling...📞
"Bagaimana ini?" gumamnya pelan.
"Angkat saja! Atau aku saja yang mengangkat?" tanya pria diseberang mejanya dengan acuh tak acuh.
"Dia pasti tau aku sudah berada di Korea. Aish!" Jimin mangacak rambutnya kasar, tanpa peduli dengan pertanyaan pria didepannya tadi.
Jungkook— pria itu menatap Jimin malas. Menurutnya, keluarga Jimin itu terlalu banyak drama sekali, terlalu kaku, dan tidak bisa diajak santai sekalipun. Ya, Jungkook juga tau sih, kalau keluarga Jimin itu tipe-tipe orang yang mengedepankan materi dan tentu saja mereka harus terus berada di kasta atas. Orang yang mempunyai tipe seperti itupun banyak. Dan kenyataannya masih banyak yang bisa bersantai bahkan liburan bersama. Tapi, keluarga Park?
Mereka terlalu kaku dan kuno!
Itu yang Jungkook simpulkan.
Jungkook melihat Jimin yang menaruh kepalanya ke meja makan dengan gaya lemas. Jungkook berdecak melihatnya sampai membuat nafsu makannya hilang saja. Apalagi Jimin yang masih memakan sesendok makanannya? Pasti gadis itu sudah mual hanya dengan melihat makanannya.
"Kalaupun eomamu tau, kenapa?"
Jimin mengangkat wajahnya, "Kau tau sendiri mereka itu terlalu banyak aturan. Dan aku sudah muak dengan itu semua!"
"Bukannya kau di Swiss juga dengan mereka, karena kejadian 10 tahun yang lalu?" tanya Jungkook sedikit canggung, karena baru kali ini ia mengungkit langsung masalah sepuluh tahun yang lalu dengan Jimin. Biasanya ia meminta izin dulu jika ingin membicarakannya dengan Jimin, tapi gadis itu selalu menolak.
Dan sepertinya sekarang waktu yang tepat untuk menanyakan dan menjelaskan.
Bersamaan dengan itu, layar handphone Jimin meredup karena si penelpon sepertinya sudah mengakhiri panggilan dan lelah karena Jimin tak kunjung mengangkat panggilannya. Jimin tidak peduli, maaf saja.
"Sepuluh tahun yang lalu, setelah kejadian memuakkan itu, aku dan keluargaku pergi ke Jepang. Bukan ke Swiss!"
Sebenarnya, sekarang mereka sedang makan malam di restoran terdekat dengan apartemen Jungkook.
Jungkook mengangguk seadanya.
"Lalu, apakah kau yang memenjarakan Jihyo karena membelaku?"
^^^
"Aduh, Jihyun. Berhenti mengomel seperti tante-tante! Suaramu itu membuat siput yang ada di telingaku tak betah berada dirumahnya!"
"Aish, Noona! Jangan bercanda!"
Jimin merebahkan tubuhnya pada sofa disana dan meluruskan kakinya di meja serta menggoyangkannya kekanan dan kemiri dengan pelan. Ia memainkan kuku-kuku cantiknya sambil meniupnya pelan seakan ada debu yang menyangkut disana.
"Tidak usah terlalu serius seperti appa dan eomma, Jihyunie. Kau tidak lihat mereka cepat keriput seperti itu?"
"Noona—!"
Kenapa dia selalu memutus sambungan telpon seenaknya, sih? kesal Jihyun diseberang sana.
"Dasar mengganggu saja!" gerutu Jimin, "Ah, membosankan juga sendirian di apartemen tanpa melakukan apa-apa." keluhnya lagi. Ia memindai apartemen Jungkook yang menurutnya tak ada yang menarik, "Bukankah apartemen ini sangat membosankan? Selera Jungkook memang payah!"
Masalah pekerjaannya yang terpaksa harus diberhentikan Jungkook, dari lubuk hati terdalam Jimin, dia tentu saja senang. Siapa sih yang tidak suka saat kita tidak melakukan apa-apa tapi uang tetap terus masuk kekantong kita? Jimin juga termasuk kedalamnya.
Ibaratnya seperti siklus hujan, sebanyak apapun air yang terbuang, air itu tetap kembali pada tempatnya, sungai misalnya. Begitupun yang terjadi pada Jimin sekarang, dia tetap ada pemasukan walaupun dia sudah menghabiskan uangnya begitu banyak. Masa bodo, itu uang Jungkook kok!
Tiba-tiba ia kepikiran untuk mengoleksi mobil-mobil mewah. Rasanya sudah bosan dia melihat Jungkook hanya memakai mobil itu-itu saja.
Ah, mendadak ia ada ide!
^^^
Jungkook memijit kepalanya yang terasa berat. Ini sudah hampir tengah malam dan Jungkook baru saja menyelesaikan pekerjaannya yang sangat menumpuk, "Jimin pasti kesal sendirian di apartemen."
Sebelum beranjak, ia merenggangkan ototnya terlebih dahulu dan membuang nafasnya kasar. Lobi kantor sudah lumayan sepi, hanya tersisa beberapa karyawan yang lembur.
Pemuda itu melepas jas dan menggulung kemejanya hingga siku saat sudah memasuki mobilnya. Merasa masih cukup gerah karena keringatnya, ia pun menyalakan AC mobilnya.
"Ah, begini lebih baik." desahnya pelan.
Jungkook mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Walaupun sudah merindukan Jimin, ia tak mau mengambil resiko kecelakaan dengan mengendarai mobil diatas kecepatan rata-rata. Dia itu ingin cepat-cepat bertemu Jimin, bukan ingin cepat-cepat bertemu Tuhan!
Dia sedikit mengernyit bingung saat mendapati banyak mobil yang berhenti didepan apartemennya. Matanya memicing saat mendapati Jimin ada diantara mereka semua. Mendadak ia khawatir, jangan-jangan ada sesuatu yang terjadi pada Jimin?
Tentu saja Jungkook langsung mendekati mereka semua dan turun dari mobilnya. Ia sudah memasang wajah super khawatirnya, tapi apa yang dilihat? Jimin yang tersenyum lebar!
"Wah, Jungkook-ah! Kau baru pulang?" tanyanya antusias sembari mengamit lengan Jungkook dan menggoyangkannya pelan.
"Ada apa ini, hm?" tanya balik Jungkook dengan lembut. Laki-laki itu bahkan menyempatkan tangannya untuk mengusap peluh yang ada di dahi Jimin, "Kau berkeringat! Kau habis bekerja sangat keras?" tanyanya lagi dengan nada menyelidik.
Jimin mengangguk dalam pelukannya. Jungkook sedikit mengernyit bingung akan perubahan sikap Jimin yang mendadak menjadi manja? Jungkook sendiri tak yakin.
"Eoh. Aku habis melakukan suatu pekerjaan yang sangat melelahkan! Tapi aku senang!"
Jungkook menggeleng tak setuju, "Aku tidak mengizinkanmu melakukan pekerjaan yang kau maksud itu, jika itu membuatmu kelelahan."
"Tidak terlalu melelahkan seperti apa yang kau bayangkan, kook."
"Kau habis melakukan apa memangnya? Dan siapa mereka?"
Inilah pertanyaan yang ditunggu-tunggu Jimin sedari tadi!
"Aku senang sekali, Jungkook! Kau tau? Aku tadi habis mengurus surat-surat kepemilikan mobil. Dan yang lebih menyenangkan lagi adalah saat aku menukarkan semua uangmu dengan semua mobil-mobil yang dijual di Hyundai Motor Company!" jawab Jimin seraya loncat-loncat bak anak kecil yang baru dibelikan mobil-mobilan.
Jungkook membulatkan matanya, jadi mobil-mobil ini—?
"Tenang saja, aku mengatasnamakan mobil-mobil ini dengan namaku kok! Hehehe." cengir Jimin.
Jungkook menatapnya tak percaya.
"Apa yang kau lakukan, Park?" gumamnya shock.
double up yuhuu😂
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fanfiction[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...