Chapter 29

535 64 28
                                    


Semua orang nampak berteriak heboh ketika mendengar kalimat "saya bersedia" yang terucap dari belah bibir sepasang calon suami istri baru dialtar sana. Si tampan tampak sangat menawan dengan senyuman tipisnya, berbeda dengan si cantik yang tampak menggelengkan kepalanya tak paham. Dalam hati ia bertanya, apa spesialnya sih berkata saya bersedia? Orang-orang ini sangat lebay kenapa sih?

Kalian pasti tau itu gerutuan siapa. Tau kan?

"Dipersilahkan untuk memakaikan cincin di jari manis masing-masing pasangan!"

Suara seorang pendeta kembali mengintrupsi kehebohan di aula tersebut. Setelah pasangan tersebut saling memasangkan cincin, pendeta itu bersuara lagi dengan suara menggelegarnya, "Silahkan cium pasangan anda!"

"EH? APA? DISINI?" teriakan tak tahu malu dari mempelai wanita itu menggema di segala penjuru ruangan megah itu. Membuat keluarga dari calon suaminya itu menepuk jidat masing-masing.

Kenapa kebodohannya harus keluar disaat yang tidak tepat?

Si mempelai pria sebenarnya tak kalah kesal, terlihat dari senyum kakunya yang terlihat dipaksakan. Please! Padahal aku membayangkan situasi yang romantis saat menikah, kenapa jatuhnya malah seperti ini? Apa keinginanku itu berlebihan?

Dia segera memutar tubuh orang yang akan menjadi istri sahnya supaya menghadap padanya. Menunduk untuk menatap perempuan itu yang sedang bertanya, "Beneran mau ciuman disini? Kalau aku sih malu—"

Cup

"Diam, sialan! Nurut saja!"

Mereka tidak mendengar apapun lagi, bahkan sorakan antusias dari para tamu undangan pun diacuhkan. Yang mereka tau, kini mereka adalah sudah menjadi pasangan suami istri yang sah dihadapan Tuhan maupun Negara!

"HOY! KOOK, SUDAH! TAHAN HORMONMU ITU!"

"WAJAH ISTRIMU SUDAH MEMERAH TUH!"

"JUNGKOOK-AH, LANJUTKAN MEMBUAT ANAKNYA DIRUMAH KALIAN SAJA NANTI MALAM!"

Teriakan dari eomma si pria itu semakin membuat ricuh manusia yang lainnya.

"DASAR JUNGKOOK! KASIHAN ITU JIMINNYA!" dan dibalas sang suami dengan teriakan yang tak kalah nyaring dengan istrinya barusan.

Sedangkan di altar sana, tangan Jimin masih berada di bahu Jungkook untuk menopang tubuhnya yang mendadak tremor. Jungkook terkekeh penuh kemenangan dengan tangan yang masih berada di pinggang ramping istrinya itu, "Aku gemas sekali padamu, kook! Rasanya ingin kucubit saja empedu-mu itu, brengsek! Malu sekali, aish!"

"Berhenti mengelak. Kau suka kan?"

"Iya—" Jimin itu orang jujur loh, ingat kan? "—tapi tetap saja malu lah aku, bodoh!" lanjutnya kesal.

"Memang begitu peraturan nikah, sialan!" jawab Jungkook tak kalah sebal.

"BARU MENIKAH KOK SUDAH SALING MENGUMPAT KASAR?! CEPAT MINTA MAAF!" sentakan dengan nada penuh tak percaya tersebut bukannya malah membungkam ucapan sepasang suami-istri baru itu, mereka malah semakin berhasrat mengoceh dengan mata mendelik.

"Kau tidak dengar kata eomma? Cepat minta maaf!"

"Aku suamimu! Kau harus menurut padaku! Cepat minta maaf!"

"Kau saja!"

"Kau!"

"Tidak mau!"

"Aku juga tidak mau!"

"Berhenti mengikutiku!"

"Untuk apa aku mengikutimu? Yang seharusnya mengikuti adalah kau, karena kau adalah istriku!"

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang