"Aku benar-benar membenci kau yang sok jika dihadapkanku seperti sekarang! Apakah kau tidak ingat jika dulu kau meringkuk ketakutan saat Jungkook tidak ada disisimu?!"Tawa renyah khas milik Yoongi mengalun memenuhi lorong tersebut. Taehyung— suaminya pun langsung melangkah mendekati istrinya dan menyuruhnya untuk tak mencari masalah.
Apalagi dapat ia lihat dari sudut matanya, Jungkook seperti sudah bersiap meninju wajah Yoongi, tak peduli jika ia lebih tua dan seorang perempuan.
Sedangkan si empu sasaran Yoongi langsung menampilkan raut tenang dan datar. Jari-jemarinya yang ikut tenggelam dalam lengan hoodie milik Jungkook mengepal disisi tubuh. Bibirnya yang tadi membentuk garis lurus, kini tersungging main-main.
Jimin melangkah pelan mendekati Yoongi. Begitu sampai dihadapan wanita itu, ia menepuk sekaligus meremas pelan bahu Yoongi sarat akan peringatan.
"Memangnya kau pikir selama sepuluh tahun terakhir aku bertahan karena ada Jungkook disisiku? Kau sudah terlalu banyak melewati perkembangan diriku, Min! Aku sangat berbeda dengan Park Jimin yang dulu!"
Puk
Jimin mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia merasa seperti ada yang menepuk-nepuk pipinya pelan. Gadis itu tersentak kaget saat sudah membuka mata sepenuhnya dan mendapati seonggok daging mungil yang sedang menyengir lucu berada tepat didepan mukanya.
Jimin langsung bangun. Dan bayi didepannya tadi langsung ditangkap oleh Jungkook yang ternyata sedang berdiri dipinggir ranjang.
Jimin memijit pelan keningnya dan setelah itu memukul sedikit keras kepalanya. Sialan! Gara-gara perkataan Min Yoongi beberapa minggu yang lalu, sedikitnya berhasil membuatnya sedikit kewalahan menghadapi ketakutan alam bawah sadarnya.
Jungkook dengan cekatan mencekal tangan Jimin, "Mau kubantu memukul kepalamu supaya kau cepat pintar?" ketusnya.
"Aku sudah pintar! IQ-ku superior asal kau tau!"
"Percuma saja IQ-mu setinggi itu, kau tetap saja seorang pengangguran sekarang!"
Jimin yang tadinya menunduk lesu, langsung menatap Jungkook nyalang. Dan sikap Jimin yang satu inilah yang memang dinanti-nantikan oleh seorang Jeon Jungkook dari tadi.
"Aku ini pengangguran yang spesial!" sahutnya keras. Keningnya mengernyit dan kedua alisnya menukik tanda dia kesal.
"Mana bisa begitu? Pengangguran ya pengangguran saja. Dimana-mana arti pengangguran ya cuma satu, dia tidak bekerja dan tidak menghasilkan uang!" ucap Jungkook. Maniknya bergantian antara menatap Jimin dan bayi digendongannya yang sedang terkikik.
"Aku tau, bodoh! Makanya aku menyebut diriku pengangguran spesial, karena walaupun aku pengangguran aku masih tetap menghasilkan uang!" balas Jimin nyolot.
"Kau tidak menghasilkan uang, tapi meminta uang namanya. Itu uangku kalau kau lupa!"
"KENAPA PERHITUNGAN SEKALI, SIH?"
"YA AKU MANA MAU RUGI!"
^^^
Beberapa hari yang lalu, Jihyun yang sering bolak-balik antara apartemennya ke apartemen Jungkook akhirnya pamit kepada sang kakak untuk kembali ke Jepang. Dia harus segera menyelesaikan pendidikannya disana mengingat ia senang sekali mengundur jadwal skripsinya.
Memang kakak dan adik itu sama saja, semena-mena! Mentang-mentang orang kaya!
Sebelum dia pergi, dia menemui Jungkook terlebih dahulu saat itu. Hendak memberikan suatu wejangan agar Jungkook tak lengah. Dan hingga saat ini, Jungkook tak melupakan nada tegas, namun terselip juga nada khawatir milik Jihyun yang sedang berbicara dengannya kala itu.
"Aku tidak tau apa yang terjadi. Tapi melihat gerak-gerik Noona-ku beberapa hari belakangan ini, aku merasa dia seperti menahan sesuatu. Aku sudah bersamanya sejak lama, jadi perubahan apapun itu aku tidak mungkin salah melihatnya. Cara dia tertawa, berbicara denganmu, dan semua sikapnya itu menunjukkan dia sedang berusaha mengerasi dirinya lebih keras lagi!"
Jihyun menghela nafas.
"Aku tidak tau apa yang dilakukan eomma dan appa kepada Noona saat berada di Jepang. Aku sangat khawatir padanya, tapi ketika mendapati seorang disekitarnya yang khawatir atau kasihan padanya ia akan mengamuk. Tak terkendali. Dia membenci itu semua, itu yang dia katakan padaku."
"Jadi, tolong bersikap hati-hatilah padanya. Dia dididik sangat keras, jika saja kau memperlihatkan bentuk perhatian sekecil apapun, dia pasti tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri!"
Garis rahang tegas milik Jungkook terlihat bergerak, gigi-gigi atas dan bawahnya saling menekan kuat. Matanya menyorot tajam kedepan juga tangan yang terkepal erat diatas meja menandakan jika ia sedang berpikir keras, namun tidak menemukan titik terang apa-apa.
Dia meluruhkan tubuhnya pada kursi yang didudukinya, berusaha menenangkan dirinya sendiri agar tidak terlalu tegang.
"Sebenarnya kau ini kenapa, Jimin-ah?"
"Rasanya aku tidak sanggup menebak bagaimana jalan pikiranmu!"
Ungkapan lirih Jungkook pada udara kosong diruangannya pun menjadi suara terakhir yang bergema disana selain deru nafas Jungkook.
karena disini lagi ujan, semakin membangkitkan semangat untuk ngetik🙂
suara gemericik sama bau petrichor nya bikin my inspirasi harus segera dituangkan ke sini, mumpung suasana mendukung dan sejuk banget🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fanfic[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...