Chapter 12

583 67 6
                                    


"Mengalah pada perempuan, Jungkook!" teriak Jimin. Matanya melotot dan mengarah tajam tepat pada manik bulat Jungkook.

"Tidak mau!" jawab Jungkook. Pria itu juga balas menatap Jimin dengan jengah, "Sudahlah, tidur berdua saja kenapa sih?" sahutnya kemudian yang malah semakin membuat Jimin naik pitam.

Tanpa basa-basi lagi, Jimin segera berlalu dari hadapan Jungkook dengan menghentak-hentakkan kakinya karena merasa kesal, dadanya naik turun dengan tempo yang lumayan cepat, dan wajahnya pun memerah.

Mereka terlalu sering bertengkar, kan?

"Aku benar-benar akan pergi jika dia tidak mau pindah!" gerutu Jimin dengan nafas tersengal.

Jungkook yang mengetahui Jimin pergi dari hadapannya dibuat tersentak kaget. Jungkook tau Jimin itu kecil, tapi dia tidak tau kalau pergerakan Jimin lebih gesit dari apa yang dipikirkannya. Baru saja ditinggal mengedipkan mata, si empu sudah tidak ada lagi dalam atensi Jungkook.

Pemuda tampan itu mengejar Jimin yang ternyata sudah mau keluar dari apartemennya, "Yak! Kau marah?!" teriak Jungkook sebal.

"IYA LAH!" sahut Jimin yang suaranya tak kalah nyaring dan melengking dari suara Jungkook.

Akhirnya, Jungkook berhasil menarik lengan Jimin, dan membawa gadis itu kembali kedalam apartemennya. Jimin merotasikan bola matanya jengah.

"Bagaimana bisa kau mengusirku yang jelas-jelas pemilik apartemen ini?" tanya Jungkook dengan nada tak percayanya. Pandangannya mengarah lurus menatap Jimin yang sedang mencibir.

"Kalau kau tidak mau pergi dari kamarmu ya sudah! Aku yang pergi. Lagipula aku masih punya banyak uang untuk membeli apartemen yang lebih mahal dari apartemenmu ini!"

"Apa salahnya sih tidur berdua denganku? Kita berbagi ranjang dan berbagi kehangatan- aawh" bujukan Jungkook tetap tidak berhasil. Bukannya luluh dengan tatapan memelas si pria, gadis itu malah dengan teganya memberikan Jungkook cubitan kecil mautnya pada lengan berotot pemuda Jeon tersebut.

"Tidur di ruang tamu atau aku pergi dari sini?" ancam Jimin.

Jungkook mencebilkan bibir tipisnya kesal, tangannya masih mengusap-usap lengan kirinya yang terasa panas, "Nanti kalau badanku pegal-pegal bagaimana? Kau mau tanggung jawab, hah?"

Jimin melipat tangannya didepan dada dan menatap Jungkook dengan angkuh, "Tamu adalah ratu. Jadi, kau harus melayani tamu-mu dengan baik. Tanggungjawabmu ya tanggung sendiri, tidak mungkin kan tanggungjawabmu ditanggung tamu-mu?"

"Bukan seperti itu konsep tamu-"

Ucapan Jungkook terpotong, karena Jimin menempelkan jari telunjuk mungilnya tepat pada bibirnya, "Sshh, bukankah aku tamu yang spesial, hm? Jungkookie~" goda Jimin seraya mengalungkan kedua tangannya pada leher Jungkook.

Jungkook menelan ludahnya kasar, "Jangan bermain-main denganku, Jimin!"

Jimin terkekeh senang dan menjauhkan tubuhnya dari Jungkook, kemudian ia mengerlingkan matanya, "Jadi?"

Jungkook berlalu dari hadapan Jimin setelah mendengus kasar.

"Ya ya ya. Sana pakailah kamarku sepuasmu, istriku!"

^^^

Pagi harinya, kericuhan kembali terjadi di apartemen yang pemiliknya adalah seorang CEO muda yang tak lain adalah Jeon Jungkook. Tentu saja penyebab keramaian tersebut adalah penghuni baru apartemen itu.

"BANGUN, JUNGKOOK!!!" teriak Jimin tepat pada telinga kiri Jungkook yang sedaritadi masih asik mendengkur dengan santainya, bahkan mulutnya juga sedikit terbuka.

"APA SIH, JIMIN?! AKU MASIH MAU TIDUR!!!" balas Jungkook berteriak juga.

Jimin dengan tanpa rasa bersalahnya pun mendudukkan dirinya diatas tubuh Jungkook dan menampar pipi Jungkook bergantian dengan keras, "Sialan! Bangun atau kuukir wajahmu dengan warna merah alami?!"

"Kau yang sialan! APAKAH KAU TIDAK TAU JIKA SEORANG PRIA BIASANYA AKAN EREKSI DI PAGI HARI?! DAN LIHAT, APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN SEKARANG, PARK JIMIN?!!" bentak Jungkook frustasi.

Jimin otomatis langsung menghentikan kegiatannya dan melongo dengan wajah memerah, hey, bukankah Jungkook terlalu jujur?

"Lanjutkan saja kalau kau memang ingin kuperawani saat ini juga! Kenapa berhenti?" gumam Jungkook.

Bug

"Sialan! Awas sampai kau menggodaku lagi dengan hal-hal vulgar!"

"Ck."

^^^

"Kan sudah kubilang, kita ini sedang simulasi dalam menjalani rumah tangga. Dan untuk menjadi istriku hanya cukup berdiam diri dirumah, melayaniku, dan mengasuh anak-anak kita nanti. Paham, sayang?"

Sebuah hairdryer mendarat tepat pada kening Jungkook dan pelakunya tentu saja Jimin yang sekarang sedang berkacak pinggang menatapnya, "Persetan dengan itu! Siapa yang bilang ingin jadi istrimu?! Aku tidak mau menjadi istrimu!"

"Siapa juga yang bilang kau akan jadi istriku! Kau yang simulasi, barangkali nanti ketrampilanmu itu bisa kau ajarkan pada calon istriku tanpa aku susah-susah membinanya!" Jungkook menyahut tanpa mau kalah.

Jimin mendudukkan dirinya dilantai, merasa capek, lelah, kesal, marah, semua tercampur aduk sampai dia hampir menangis.

"Aku mau bekerja, kook! Kembalikan semua pakaian-pakaian dan peralatan dokter ku!!!" jerit Jimin frustasi.

Sudah dapat menebaknya apa yang sedang terjadi diantara mereka berdua?

Ya, benar. Jungkook benar-benar mensimulasikan dirinya sebagai suami dengan serius. Dia bahkan melarang Jimin bekerja lagi. Karena sudah pasti jelas Jimin tidak mau, ia dengan sengaja membuang semua pakaian kantor, jas, serta peralatan dokter yang lain milik gadis itu.

Bodo amat ya! Jungkook tidak peduli! Toh, mereka sudah kaya raya 17 turunan!

Jungkook berjongkok dihadapan Jimin dan menunjukkan cengiran menyebalkannya, "Kau terlihat lebih manis saat sedang kesal seperti ini."

Jimin berdecih pelan, "Kau juga terlihat manis dengan semua perbuatan dan perkataanmu padaku, brengsek!"







kalau happy end pasti bakal panjang, soalnya mereka harus nglewati banyak momen nyebelin dulu wkwk👌😂

sebenernya gemes juga, ngeliat mereka berantem mulu🤣 sabar ya, uwunya mereka kan beda >3

ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang