"Eoh?!"Jimin mengerjapkan matanya beberapa kali, barangkali dia salah lihat atau matanya sudah sedikit rabun mengingat ia melalui hari-harinya didepan komputer, handphone, dan alat-alat yang beradiasi lainnya.
Jungkook didepannya hanya tersenyum miring menatapnya, terkesan dipolos-poloskan malah. "Apa?" tanyanya tanpa dosa saat Jimin menatapnya nyalang.
"Kau masih ingat kan tujuan kita kemana?" Jimin bertanya dengan nada putus asa. Tidak tahan lagi dengan tingkah menyebalkan Jungkook. Dia ini kenapa, sih?! batin Jimin sembari melirik Jungkook kesal.
Jungkook menganggukkan kepalanya berkali-kali, "Ingat. Kita akan mencari apartemen untukmu." jawabnya. Matanya yang semula menatap Jimin penuh kasih sayang, tergantikan dengan tatapan biasa yang menatap bangunan didepannya.
"LALU KENAPA KAU MEMBAWAKU KE APARTEMENMU LAGI, BRENGSEK?!" jerit Jimin histeris.
Sebagai respon, Jungkook hanya menaikkan sebelah alisnya. Tetapi, telapak tangannya bergerak untuk mengelus rambut Jimin, yang tentu saja langsung ditepis, "Kenapa cerewet sekali, sih? Kau ini belum kuhamili, tapi sikapmu sudah seperti ibu-ibu mengidam saja!" Jungkook menggerutu lumayan keras. Dan gadis disampingnya itu dapat mendengar dengan jelas perkataan Jungkook tadi.
Memang Jungkook cari mati kok!
Lihat saja sekarang ;
Telapak tangan mungil Jimin yang sudah mengepal erat tersebut sudah terisi dengan segerombol rambut Jungkook yang sedikit memanjang.
"A— ADUH, JI— AMPUN!"
^^^
"Awsshhh! PELAN-PELAN DONG!" bentak Jungkook tak sadar kepada gadis didepannya.
Gadis itu semakin menekan kompresannya pada luka di dahi Jungkook dengan hati dongkol, "Pria atau bukan? Luka seperti ini saja mengeluh! Andai saja kau bisa merasakan bagaimana sakitnya orang melahirkan!"
Jungkook pusing, "Aduh, sayang. Membahas anak kita nanti saja, sekarang obati aku dulu supaya benjolan ini cepat hilang!"
"Sudah." ucap Jimin malas, malas meladeni Jungkook lagi lebih tepatnya. Dia segera membersihkan kotak obat yang berserakan di meja ruang tamu tersebut.
Jadi, saat Jimin tadi mengetahui bahwa ia dibawa kembali ke apartemen lelaki ini lagi, Jimin langsung saja keluar dari mobil Jungkook dan berniat untuk menghancurkan seisi apartemen Jungkook. Sayangnya, niatnya tersebut sepertinya terbaca oleh Jungkook, jadi pemuda itu pun segera menyusul Jimin yang sudah berlari jauh didepannya.
Naas-nya, saat Jungkook hendak masuk kedalam apartemennya, Jimin malah menutup pintunya kencang sekali sampai membentur dahi Jungkook, inilah akibatnya sekarang, dahi seksinya itu memerah, lebam, dan sedikit benjol. Bahkan, sempat-sempatnya saat di lorong tadi Jungkook berteriak "AKU AKAN MEMBAWA INI KE HUKUM, ISTRIKU! KAU SUDAH BERBUAT KDRT PADA SUAMI TAMPANMU INI!"
Jimin yang sudah siap menghancurkan barang-barang milik pemuda sialan itupun, seketika menghentikan kegiatannya. Didalam sana, diam-diam Jimin menahan senyum gelinya "Dasar tidak waras!"
Dengan langkah malas, akhirnya Jimin membuka kembali pintu apartemen Jungkook dan langsung menatap si empu pemilik apartemen ini dengan datar. Dan mendapat feedback tatapan penuh kesal oleh Jungkook, "Bantu aku, baby!" perintahnya sambil memeluk erat lengan kecil Jimin.
"Aku yang kau panggil bayi, tapi tingkahmu yang seperti bayi!" gumamnya.
Seperti itulah kejadiannya...
Sekarang, Jungkook sedang mematai Jimin yang sedang membereskan kotak obat sampai gadis itu berjalan kearahnya.
Jimin nampak menuntut penjelasan darinya, karena sudah membawanya kesini lagi. Jimin itu ingin istirahat dengan tenang, omong-omong! Tapi, Jungkook malah mempersulit hidupnya!
"Lupakan permintaanku! Aku akan mencari apartemen sendiri sekarang!" Jimin berucap saat Jungkook tak kunjung buka suara.
Spontan, Jungkook berteriak, "Jangan!"
"Please—"
"Tinggallah bersamaku!" kata Jungkook tegas, seakan tak ada bantahan. Rautnya yang tadi nampak bodoh, sekarang berganti raut serius penuh intimidasi.
"Tidak!" Jungkook tau, pasti tidak mudah. Tetapi, ia sudah bertekad untuk hal ini. Kalaupun Jimin tak mau, Jungkook harus memaksanya, apapun yang terjadi!
"Ayolah, Ji. Kita simulasi bersama-sama untuk membangun rumah tangga, ya?"
Dan pertanyaan bodoh yang dilontarkan oleh Jungkook tersebut sangat mengundang Jimin untuk membedah otak Jungkook saat ini juga!
^^^
"Kemarin kau memaksaku tinggal di apartemenmu, dan sekarang kau memaksa membawaku ke kantormu?! Gila kau!" teriak Jimin histeris. Tangannya memegang erat sisi pintu mobil untuk menahan tubuhnya yang ditarik paksa oleh Jungkook.
Jimin bahkan hampir meneteskan air matanya karena kesal, "Jungkook~" rengek Jimin saat pemuda tampan didepannya ini melonggarkan genggaman tangannya dengan lembut agar terlepas dari pintu mobil.
"Aku tidak mau! Tidak, Jungkook!!!" Jimin tetap bersikukuh keras untuk bertahan ditempatnya, tapi gagal. Akhirnya, ia berguling-guling di parkiran kantor.
"Bajumu akan kotor. Berdiri, Jimin!"
Jimin tidak menggubrisnya. Dirinya masih betah menunduk dengan bibir mengerucut membuat Jungkook gemas setengah mati.
"Kau memang senang dimanja ya, hmm?" tanya Jungkook seraya menggendong Jimin langsung secara bridal style.
Jimin semakin memberontak dan memukul bahu Jungkook secara brutal.
Tapi, lama-kelamaan dia semakin menyembunyikan atensinya. Tubuhnya mengkerut dalam gendongan Jungkook, karena malu.
Apalagi saat dengan nada dinginnya, Jungkook mengatakan, "Dia Jeon Jimin, istriku. Aku menikahinya beberapa hari yang lalu!" kepada semua para karyawannya yang langsung melongo, kaget.
Jimin semakin mengeratkan pelukannya pada leher Jungkook, tapi Jungkook merasa Jimin berniat mencekiknya alih-alih ingin memeluknya.
"Sinting kau, Jeon Jungkook!"
gila. kangen banget😭
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fanfic[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...