KlingUnknown : hai, cantik!
Jimin mengernyitkan dahinya bingung saat mendapati nomer tak dikenal itu mengirimi pesan padanya, "Siapa, ya?" gerutunya bingung. Jari-jemari mungilnya bergerak langsung menekan tombol profil yang kosong. Merasa itu mungkin hanya salah sambung atau orang iseng, ia pun memblokirnya dengan santai.
Drrt... Drrt...
Gadis itu mengambil lagi ponselnya yang digeletakkan di kasur king size nya dengan kesal, "Awas saja kalau tidak guna!"
Jihyunie is call... 📞
Tanpa pikir panjang, Jimin langsung menerima panggilan tersebut, "Mwo? Ada apa?"
"NOONA!!! BESOK AKU KETEMPATMU YA! JEMPUT AKU DIBANDARA, YA! SEE YOU TOMORROW, NOONA!" teriak Jihyun dengan nada memaksa dan menuntut diseberang sana. Lebih menyebalkannya lagi, disetiap adiknya itu selesai memberi kabarnya, dia langsung mem-blok nomor Jimin. Pemuda itu tidak menerima bantahan lagi dari Jimin.
Seperti saat ini, setelah menelpon kakaknya, dia langsung mematikan sambungan telponnya, lalu memblokir nomer sang kakak. Kenapa si bungsu itu tidak pernah tau diri, sih?
"Menyesal aku mempunyai dongsaeng seperti Jihyun! Aish." ucapnya seraya menatap ponselnya yang masih menyala dengan dongkol.
Layar yang baru saja meredup itu kembali menyala dengan suara yang lumayan nyaring. Dia mendadak paranoid sembari mengawasi keadaan sekitar.
Kenapa ada nomer tak dikenali mengirimi pesan padanya, lagi?
Jimin tak mengindahkannya. Dia sudah capek, lelah, dan ingin tidur. Kasur yang hanya diam itu seolah menggodanya untuk cepat-cepat memanjakan seluruh bagian tubuhnya disana.
"Ah, aku cinta kau, kasurku!" lirihnya sambil tersenyum manis. Tangannya memeluk erat guling miliknya dan semakin menenggelamkan dirinya pada selimut tebal.
Uh!
^^^
"PARK JIMIN!"
Jimin menolehkan kepalanya saat dirasa ada seseorang yang memanggil namanya begitu keras. Dia sontak membulatkan matanya dan mencebik kesal saat sudah tau siapa orang tersebut, "Pria ini! Haish."
"Pasienmu kah?" tanya Jennie yang otomatis ikut menghentikan langkahnya. Mereka bertiga— Jimin, Jennie, Jong-in akan makan siang di kantin seperti biasa meninggalkan Seokjin dan Namjoon yang sepertinya mempunyai agenda sendiri.
Dasar pasangan alay, sudah tua juga! batin Jimin.
"Bukan. Dia kerabat dari pasienku. Tidak usah meladeni dia, ayo cepat pergi!" titah Jimin malas.
"Tapi, dia sedang berjalan kearah— oh tidak tidak, dia tidak berjalan. Dia berlari kearahmu, Park!" kata Jong-in cepat dan terdengar antusias? Jimin tidak salah dengar kan?
"Ada apa denganmu?" tanya Jimin kepada Jong-in yang saat ini sedang menatapnya takjub.
"Aku tidak menyangka saja. Jika perawan tua sepertimu masih ada yang meliriknya. Aku turut senang kalau begitu, hehe."
Jimin langsung mengambil sebelah sepatunya dan melayangkannya pada punggung Jong-in yang bergerak menjauh. Bahkan pendengarannya yang tajam masih mampu menangkap suara tawa ledekan yang dilayangkan kekasih Jennie tersebut. Sialan!
Jennie hanya terkekeh melihatnya. Dia mengelus bahu Jimin menenangkan dan melirik seorang pria lagi yang berada dibelakang mereka, "Tampan, loh! Jangan ditolak— itupun kalau kau tidak ingin menjadi perawan tua, haha!" Dan gadis itu langsung berlalu menghindari amukan Jimin.
"YAK!!!" bentak Jimin kesal.
"Jimin!"
"Apa lagi, Jeon? Jas mu masih kucuci!" bentak Jimin jengah. Sedangkan pria yang tak lain dan tak bukan adalah Jungkook, hanya menatapnya datar dan dingin.
"Kau mem-blokir nomerku ya semalam?"
"Huh?" bingung Jimin sebelum dia melototkan matanya menatap Jungkook, "OH? ITU KAU?!"
"Aish, berhenti bermain-main denganku. Wajah brengsekmu tidak cocok untuk menjadi peneror!" dengus Jimin.
"Aku memang tidak berniat menerormu!" balas Jungkook cepat.
Jimin mengangkat sebelah alisnya, menunggu laki-laki didepannya ini yang sepertinya belum selesai bicara.
Jungkook menghelas napas gusar ditempatnya, wajahnya memerah hingga ke telinga. Sial, dia malu! Apalagi melihat Jimin yang lebih pendek didepannya ini sedang menatapnya tidak mengerti.
"Sialan kau, Jimin! Aku benar-benar ingin membungkam bibirmu dengan bibirku!" geram Jungkook gemas.
Jimin menegakkan tubuhnya, wajahnya memerah entah karena apa. Cukup, dia tidak mau mendengarkan omong kosong ini lagi, "Bajingan gila!"
^^^
"Kau marah?"
"Kau mau makan, ya?"
Jungkook terus saja mengikuti Jimin yang berjalan menyusuri meja kantin yang kosong.
"Tidak! Aku mau mengoperasi orang disini!" sentak Jimin sebal. Tiba-tiba, gadis itu berbalik. Kepalanya hampir menubruk dada kekar sang pria, jika saja si pria tidak memiliki refleks yang bagus untuk langsung menghentikan langkahnya.
"Daripada kau mengikutiku, cepat pesankan aku makanan!" perintah Jimin. Pokoknya kalau gadis itu dibantah, dia benar-benar akan mengoperasi orang disini, terserah siapapun orangnya.
"Berani sekali kau memerintahku!" kata Jungkook pelan.
"Berani sekali kau membantah ucapanku!" sahut Jimin tak kalah ketus.
Jungkook menatap Jimin dalam, sedangkan yang ditatap malah menatap balik dirinya dengan tatapan galak. Sumpah, Jungkook tidak tahan. Pemuda 28 tahun itu mencubit pipi chubby Jimin dan mencium pipi kiri Jimin gemas.
Dia mengusak rambut Jimin pelan, sang empunya tentu saja sedang memasang wajah bodoh sekarang, "Oke-oke. Aku pesankan, tuan putri!" ucapnya terkekeh pelan.
Jimin menahan napas dan menghela napas lirih menatap kepergian pria berbadan besar dan kekar itu!
kenapa si bang malu-malu aplud selca berduanya? ah elah...
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴋᴏᴏᴋᴍɪɴ ɢꜱ (ᴇɴᴅ) ✔
Fanfiction[ BOOK 2 DARI I'M YOU ] Jimin dan Jungkook tidak tau, sebenarnya apa salah mereka? Mengapa mereka sangat sulit untuk bersama? Semua masalah mereka lalui dan semua usaha juga sudah mereka lakukan. Lantas, apa lagi yang kurang? Jadi, sebenarnya siapa...